KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah Pendidikan yang berjudul Makalah Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Indonesia, Oktober 2024
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, budaya, bangsa, dan bahasa daerah. Realitas tersebut secara positif menggambarkan kekayaan masyarakat yang bertipe pluralis. Kemajemukan suku ini merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia yang bisa dibanggakan. Akan tetapi, tanpa kita sadari bahwa kemajemukan tersebut juga menyimpan potensi konflik yang dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini telah terjadi di beberapa wilayah Indonesia terjadi konflik (Permana & Ahyani, 2020).
Proses pendidikan ke arah ini dapat ditempuh dengan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural dapat menjadi solusi atas permasalahan keberagaman tersebut. Pendidikan multikultural juga harus ditanamkan sejak dini, karena pendidikan multikultural merupakan proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural diharapkan muncul kelenturan mental bangsa dalam menghadapi benturan konflik sosial. Dalam konteks relasi masyarakat yang kompleks, multikulturalisme merupakan kunci penting untuk memahami realitas kehidupan manusia. Realitas kehidupan merupakan hasil konstruksi, karena itu tidak ada realitas yang tunggal, tetapi plural. Sebab setiap individu dan komunitas sosial memiliki konstruksi sosial sendiri-sendiri (Munadlir, 2016).
Institusi pendidikan selain bertanggungjawab untuk menciptakan sistem penyelenggaraan pendidikan yang mengkondisikan dan memotivasi peserta didik untuk berkembang menjadi insan yang cerdas, memiliki kemampuan bernalar logis dan menguasai bidang-bidang ilmu pengetahuan tertentu juga bertujuan untuk mensosialisasikan peserta didik ke dalam kebiasaan, nilai-nilai, sikap, peran, kompetensi dan cara memahami ‘dunia sosial’ yang dimiliki bersama oleh keluarga, komunitas, masyarakat dan orang-orang lainnya. Para siswa sebagai peserta didik di sekolah harus belajar untuk bekerja sama dan berkolaborasi dengan teman-teman sesama siswa, guru dan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pendidikan di sekolah. Sosialisasi menjadi kata kunci dalam membangun kemampuan para siswa untuk hidup berkelompok dengan teman-teman sekolah, guru-guru dan warga masyarakat lainnya. Setiap siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah terus belajar menjalin hubungan interpersonal dengan orang tua, teman, guru, dan komunitas kampung tempat tinggal mereka. Realitas sosial di sekolah serta lingkungan tempat tinggal para siswa pada umumnya relatif heterogen.
Dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk, satu dari sekian tugas utama sekolah yang strategis dan penting adalah menanamkan sikap toleran dan inklusif sehingga setiap siswa mampu mengembangkan relasi sosial yang harmonis dengan sesama peserta didik dan penyelenggara pendidikan di sekolah serta warga masyarakat. Sikap toleran dan inklusif dalam menyikapi realitas kemajemukan sosial harus dipandang sebagai salah satu indikator akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Sekolah dapat membantu menumbuh-kembangkan sikap toleran dan inklusif dengan menerapkan penanaman nilai-nilai multikultural.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah ini adalah sebagai berikut:
- Apa pengertian pendidikan multikultural?
- Apa saja tujuan dan fungsi pendidikan multikultural?
- Apa saja komponen pendidikan multikultural?
- Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam pendidikan multikultural?
- Apa saja dimensi-dimensi dalam pendidikan multikultural?
- Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di sekolah?
- Apa hasil dari pendidikan multikultural?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui pengertian pendidikan multikultural.
- Untuk mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan multikultural.
- Untuk mengetahui komponen pendidikan multikultural.
- Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam pendidikan multikultural.
- Untuk mengetahui dimensi-dimensi dalam pendidikan multikultural.
- Untuk mengetahui penerapan pendidikan multikultural di sekolah.
- Untuk mengetahui hasil pendidikan multikultural.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. Pendidikan multikultural sekaligus juga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka (Ainul Yaqin, 2015).
Pendidikan multikultural berasal dari dua suku kata yakni pendidikan dan multikultur. Berikut adalah pengertian dari pendidikan multikultural, baik secara etimologi ataupun secara terminologi. Secara etimologi, pendidikan disebut juga dengan pedagogi. Istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani, “Pedagogia” yang berarti pergaulan dengan anak-anak (Maslikhah, 2017).
Multikultural adalah sebuah pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan atas nilai-nilai demokratis yang mendorong berkembangnya pluralisme budaya; dalam hampir seluruh bentuk komprehensifnya. Pada prosesnya pendidikan multikultural diusahakan untuk dapat mengembangkan seluruh potensi manusia sehingga bisa menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi dari keragaman budaya, etnis, suku, dan agama (Anam & Marlina, 2022). Tujuan utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sifat simpatik, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. Melalui sekolah, guru dapat mengimplementasikan Pendidikan multikultural melalui interaksinya dengan warga sekolah (Mahiri, 2017). Guru juga secara kreatif dapat memberikan arahan untuk memahami dan menerima perbedaan yang terjadi. Baker (Raharja, 2013) menuturkan bahwa:
“pendidikan multikultural merupakan proses pendidikan di mana anak didik dilayani dengan pembelajaran dan pengalaman yang mengakui latar belakang budaya pada semua individu dan melalui mana mereka disiapkan untuk mengembangkan kehidupan dalam masyarakat yang lebih seimbang. Ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural harus diakui sebagai proses bukan merupakan hal yang sederhana seperti program yang komprehensif.”
Selanjutnya Baker berpendapat mengenai perbedaan-perbedaan pada diri anak didik yang harus diakui dalam pendidikan multikultural, antara lain mencakup penduduk minoritas etnis dan ras, kelompok pemeluk agama, perbedaan agama, perbedaan jenis kelamin, kondisi ekonomi, daerah atau asal-usul, ketidakmampuan fisik dan mental, kelompok umur, dan lain-lain. Melalui pendidikan multikultural ini anak didik diberi kesempatan dan pilihan untuk mendukung dan memperhatikan satu atau beberapa budaya, misalnya: sistem nilai, gaya hidup, atau bahasa.
Menurut James A. Banks (Tilaar, 2014)pendidikan multikultural adalah konsep, ide, atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok, maupun negara. Dalam pendidikan multikultural ada dimensi-dimensi yang harus diperhatikan.
B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural mempunyai dua tujuan yaitu, tujuan awal dan tujuan akhir. Tujuan awal adalah tujuan sementara karena tujuan ini adalah perantara agar tujuan akhir dapat tercapai. Tujuan awal pendidikan multikultural adalah membangun wacana di antara guru, dosen, ahli pendidikan, pengambilan kebijakan dalam dunia pendidikan dan siswa (Ainul Yaqin 2015). Artinya mereka mempunyai wacana yang baik tentang pendidikan multikultural maka mereka bisa mengajarkannya kepada peserta didik dan masyarakat lokal yang belum menguasai akan hal itu.
Tujuan akhir dalam pendidikan multikultural adalah peserta didik tidak hanya mampu memahami-memahami dan menguasai materi tentang pendidikan multikultural, namun mereka juga mampu menerapkan materi pembelajaran dalam karakter dan tingkah laku setiap hari (Ainul Yaqin 2015).
The National Countil For Social Studies (Karwuyan 2019), mengajukan sejumlah fungsi yang menunjukkan pentingnya keberadaan dari fungsi tersebut adalah:
- Memberi konsep diri yang jelas.
- Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya.
- Membantu memahami bahwa konflik antar ideal dan realitas itu memang ada di setiap masyarakat.
- Membantu mengembangkan pembuatan keputusan (decision making), partisipasi sosial dan keterampilan kewarganegaraan (citizenship skills).
- Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.
Pendidikan multikultural memberi tekanan bahwa sekolah pada dasarnya berfungsi mendasari perubahan masyarakat dan meniadakan penindasan dan ketidakadilan. Fungsi pendidikan multikultural yang mendasar adalah mempengaruhi perubahan sosial. Jalan di atas dapat dirinci menjadi tiga butir perubahan, yaitu perubahan diri, perubahan sekolah dan persekolahan, perubahan masyarakat (Karwuyan, 2019).
Perubahan diri dimaknai sebagai perubahan dimulai dari siswa sendiri itu sendiri yang lebih menghargai orang lain agar dia bisa hidup damai dengan sekelilingnya. Kemudian diwujudkan dalam tata tutur dan tata perlakuannya di lingkungan sekolah dan berlanjut hingga di masyarakat. Karena sekolah merupakan agen perubahan, maka diharapkan ada perubahan yang terjadi di masyarakat seiring dengan terjadi perubahan yang terdapat dalam lingkungan persekolahan.
C. Komponen Pendidikan Multikultural
Seberapa banyak pendidik menggunakan model dan konten dari berbagai masyarakat dan pertemuan untuk mewakili ide-ide kunci, standar, spekulasi, dan hipotesis dalam cabang pengetahuan atau disiplin mereka dikenal sebagai penggabungan konten (Kristiawan, 2019). Kursus pengembangan informasi diidentifikasi dengan sejauh mana pengajar memiliki kewajiban mendasar (Agus Munadlir, 2016). Terlebih lagi dalam ulasan ini juga terlihat bahwa pelatihan pengajar dan pandangan semangat pendidik terhadap sekolah multikultural memainkan peran penting untuk hidup seolah-olah perlawanan untuk diam dan penuh dengan kesamaan untuk mengakui semua karakter dengan kemewahan sosial mereka tanpa takut akan perpecahan (Yuberti, 2014).
Penurunan bias menggambarkan ilustrasi dan latihan yang digunakan guru untuk membantu siswa dengan menciptakan perspektif yang menggembirakan terhadap kelompok ras, etnis, dan sosial yang berbeda. Nilai Metode pengajaran Pendidik di setiap disiplin ilmu dapat memutuskan sudah seberapa jauh mereka mencerminkan suatu masalah serta perhatian multikultural, menyelidiki metodologi maupun gaya pertunjukan mereka. Desain Sosial yang melibatkan satu lagi komponen penting dari pengajaran multikultural seperti budaya sekolah sejauh asosiasi sekolah yang memajukan jenis kelamin, budaya, serta kesetaraan dalam kelas sosial (Pupuh, 2018).
D. Pendekatan-pendekatan dalam Pendidikan Multikultural
Bentuk pengembangan pendidikan multikultural di setiap negara berbeda-beda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi masing-masing negara. James A. Banks dalam Farida Hanum (2019) mengemukakan empat pendekatan yang mengintegrasikan materi pendidikan multikultural ke dalam kurikulum ataupun pembelajaran di sekolah yang bila dicermati relevan untuk diimplementasikan di sekolah di Indonesia, bahkan pendekatan pertama sudah biasa dilakukan, yaitu :
- Pendekatan Kontribusi (The Contributions Approach)
Level ini yang paling sering dilakukan dan paling luas dipakai dalam fase pertama dari gerakan kebangkitan etnis. Ciri pendekatan kontribusi ini adalah dengan memasukkan pahlawan-pahlawan dari suku bangsa/etnis dan benda-benda budaya ke dalam pelajaran yang sesuai. Hal inilah yang sampai saat ini yang dilakukan di Indonesia.
- Pendekatan Aditif (Aditive Approach)
Pada tahap ini dilakukan penambahan materi, konsep, tema, dan perspektif terhadap kurikulum tanpa mengubah struktur, tujuan dan karakteristik dasarnya. Pendekatan aditif ini sering dilengkapi dengan buku, modul atau bidang bahasan terhadap kurikulum tanpa mengubah secara substansif.
- Pendekatan Transformasi (The Transformation Approach)
Pendekatan transformasi berbeda secara mendasar dengan pendekatan kontribusi dan aditif. Pada pendekatan transformasi mengubah asumsi dasar kurikulum dan menumbuhkan kompetensi siswa dalam melihat konsep, isu, tema, dan problem dari beberapa perspektif dan sudut pandang etnis. Perspektif berpusat pada aliran utama adalah hanya satu di antara perspektif dari mana isu, masalah, dan konsep dipandang. Jadi suatu isu tidak hanya dilihat dari perspektif aliran utama yang mungkin dipaparkan pada materi pelajaran. Siswa boleh melihat dari perspektif yang lain. Banks menyebut ini proses multiple acculturation sehingga rasa saling menghargai, kebersamaan dan cinta sesama dapat dirasakan melalui pengalaman belajar.
- Pendekatan Aksi Sosial (The Social Action Approach)
Pendekatan aksi sosial mencakup semua elemen dari pendekatan transformasi, namun menambah komponen yang mempersyaratkan siswa membuat aksi yang berkaitan dengan konsep, isu atau masalah yang dipelajari dalam unit. Tujuan utama dari pengajaran dalam pendekatan ini adalah mendidik siswa melakukan untuk kritik sosial dan mengajari mereka keterampilan pembuatan keputusan untuk kritik sosial dan mengajari mereka keterampilan pembuatan keputusan untuk memperkuat siswa dan membantu mereka memperoleh pendidikan politis, sekolah membantu mereka menjadi kritikus sosial yang reflektif dan partisipan yang terlatih dalam perubahan sosial. Dalam pendekatan ini pengajar adalah agen perubahan sosial yang meningkatkan nilai-nilai demokratis dan kekuatan siswa.
E. Dimensi-dimensi dalam Pendidikan Multikultural
Menurut James ada lima dimensi pendidikan multikultural yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut:
- Mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi, dan teori dalam mata pelajaran, artinya pengajaran yang dilakukan dapat menyatukan berbagai budaya dan kelompok dalam mengilustrasikan konsep-konsep, prinsip-prinsip dalam memperluas wilayah muatan budaya.
- Membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran, siswa dibantu untuk membawa dan memahami dalam memasukkan nilai budayanya ke dalam mata pelajaran.
- Menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi peserta akademik, artinya bagaimana guru memberikan metode pengajaran yang sesuai kepada peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai multikultural.
- Mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajarannya, artinya guru harus mampu mengidentifikasi sejak awal kepada seluruh siswa dengan karakteristik ras masing-masing siswa dan menentukan metode pengajaran yang tepat.
- Melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, berinteraksi dengan seluruh siswa dan staf yang berbeda ras dan etnis untuk menciptakan budaya akademik.
Berdasarkan teori di atas penulis dapat menyimpulkan ada dimensi yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok, memahamkan siswa dalam mengimplementasikan budaya ke dalam mata pelajaran, menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa, mengidentifikasikan dan menentukan metode pengajaran kepada siswa yang berbeda ras, melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dengan siswa yang berbeda ras dan etnis.
F. Penerapan Pendidikan Multikultural di Sekolah
Pelaksanaan pendidikan multikultural tidak harus mengubah kurikulum. Pelajaran untuk pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran lainnya. Hanya saja diperlukan pedoman (model) bagi guru untuk menerapkannya. Yang terpenting adalah siswa perlu diberi kesempatan belajar toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi, dan saling menghargai. Kegiatan itu bermaksud untuk menghasilkan model pembelajaran Pendidikan multikultural di sekolah. Dipilihnya tingkat pendidikan sekolah yang paling dasar sebagai sasaran penelitian, agar nilai-nilai multikultural telah ditanamkan pada siswa sejak dini. Bila sejak awal mereka telah memiliki nilai-nilai kebersamaan, toleran, cinta damai, dan menghargai perbedaan, nilai-nilai tersebut akan tercermin pada tingkah laku mereka sehari-hari karena telah terbentuk pada kepribadiannya. Bila hal tersebut berhasil dimiliki oleh para generasi muda, mereka dapat hidup dalam lingkungan yang damai sejahtera.
Salah satu upaya strategis dalam membangun kesadaran multikulturalisme di antaranya adalah melalui pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah sebagai media Pendidikan kebangsaan erat kaitannya untuk membangun kesadaran multikulturalisme peserta didik. Kuntowijoyo menjelaskan bahwa pembelajaran sejarah dapat diartikan sebagai suatu proses pentransferan nilai-nilai luhur dari peristiwa-peristiwa masa lampau kepada peserta didik melalui kegiatan belajar-mengajar (pembelajaran sejarah). Peristiwa masa lampau tersebut mencakup hal-hal yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh setiap manusia (Wirasari, et. al., 2018).
Dengan arti lain lapangan sejarah juga meliputi segala pengalaman yang dimiliki manusia, sehingga lukisan sejarah merupakan pengungkapan fakta mengenai apa, siapa, kapan, di mana, serta bagaimana sesuatu itu bisa terjadi. Kegiatan wisata edukasi sangat diharapkan menjadi sarana untuk melestarikan budaya, mengenalkan dan menghayati nilai luhur sejarah serta budaya bangsa Indonesia. Wisata edukasi dapat dilakukan di tempat yang mempunyai makna dan nilai wisata bersejarah. Pembelajaran sejarah berperan untuk membangun serta memperkuat jati diri bangsa berdasarkan kemajemukan yang ada (Nuhiyah & Darmawan, 2021).
G. Hasil Pendidikan Multikultural
Dilihat dari eksplorasi pada pembelajaran multikultural di sekolah dasar di lingkungan 3T, hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan multikultural dapat dibingkai dengan penyesuaian untuk tidak bertindak dan berpikir dengan cara yang tidak terduga, dengan pemahaman dan tentang kesan orang lain, mendorong keseragaman dan perasaan keseimbangan dan hak-hak sipil (Fay, 2017). Sementara eksplorasi prosedur pendekatan substansi tambahan dengan investasi guru selama waktu yang dihabiskan untuk mengoordinasikan kualitas multikultural dalam pembelajaran di sekolah dasar harus dimungkinkan dengan melakukan pelatihan multikultural.
Diperlukan beberapa perspektif dalam menampilkan pembelajaran multikultural, yaitu pengenalan siswa yang spesifik untuk tidak memperlakukan orang lain secara diskriminatif dan terpisah, seperti halnya memahami dan menghargai penilaian orang lain, administrasi pembelajaran adalah ruang dinamis di mana sekolah menjadi tempat untuk bertukar renungan, kesimpulan, oleh menjauhkan diri dari penyimpangan-penyimpangan, khususnya prasangka atau membuat suatu kesepakatan yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai rasa ketangguhan. kasih sayang dan simpati dengan membangun budaya menghormati orang lain yang ditunjukkan oleh cara hidup individu di setiap daerah (Bahri, 2020). Terlebih lagi dapat mendorong rasa keseimbangan dan hak-hak sipil, khususnya memberikan akses dan kebebasan yang setara kepada semua masyarakat, kebangsaan dan agama di sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan multikultural adalah proses pendidikan yang memberikan pemahaman pada peserta didik tentang pola interaksi dalam masyarakat akibat keanekaragaman masyarakat. Pendidikan multikultural kian mendesak untuk dilaksanakan di sekolah. Dengan pendidikan multikultural, sekolah akan menjadi lahan untuk menghapus prasangka serta melatih dan membangun karakter peserta didik agar mampu bersikap demokratis, humanis, dan pluralis. Melalui pendidikan multikultural, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang aman, tenteram, dan tercipta rasa saling menghargai dan rasa toleransi di antara sesama.
Multikultural dapat pula dipahami sebagai “kepercayaan” kepada normalitas dan penerimaan keberagaman. Pandangan dunia multikultural seperti ini dapat dipandang sebagai titik tolak dan fondasi bagi kewarganegaraan yang berkeadaban. Di sini, multikultural dapat dipandang sebagai landasan budaya (cultural basis), tidak hanya bagi kewargaan dan kewarganegaraan, tetapi juga bagi pendidikan. Penanaman nilai multikultural di sekolah ditekankan pada proses pembelajaran pendidikan dengan metode yang sesuai dengan perkembangan siswa.
Pengajaran multikultural di sekolah dasarnya memiliki sifat mendasar serta komprehensif, menyiratkan bahwa itu harus diciptakan. Pengajaran multikultural di sekolah dasar dibundel tergantung pada cara hidup dan karakter negara. Pelatihan multikultural diharapkan dapat membentuk perspektif, praktik dan pertimbangan yang lebih jauh jangkauannya pada siswa dalam berbagai kajian, untuk memiliki opsi untuk mendorong ketahanan. Pembelajaran multikultural dapat menyebabkan siswa memperoleh keragaman dan dapat menumbuhkan rasa.
Terlepas dari hal-hal utama yang ditemukan dalam pengajaran multikultural, hambatan dalam sekolah multikultural juga ditemukan, termasuk tidak adanya guru yang mempersiapkan pendidikan berbasis pelatihan multikultural, iklim sekolah yang pluralistik, yang mendorong tidak adanya resistensi, bergabung dengan sekolah multikultural kurang terlihat di setiap mata pelajaran. Di Indonesia para guru sangat penting memahami pentingnya pengajaran multikultural di dalam pendidikan.
B. Saran
Paradigma pendidikan multikultural sangat bermanfaat untuk membangun harmoni sosial di antara keragaman etnik, ras, agama, budaya, dan kebutuhan di antara kita.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, C., & Marlina, T. (2022). Implementasi Pendidikan Multikultural (Studi Kasus di SD Negeri Rejoagung 2 Jombang). International Journal of Educational Resources, 2(5).
Bahri, S. 2020. Filsafat Pendidikan. Istiqra’: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam.
Fay, D.L. 2017. Pendidikan Multikultural Sekolah Dasar di Wilayah 3T. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
Hanum, Farida. 2019. Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di Sekolah Dasar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian Strategi Nasional, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Kawuryana, Sekar Purbarini. 2009. Handout Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Mahiri, Jabari. 2017. Introduction: Multicultural Education and Micro-Cultural Youth. Article of Multicultural Education Review.
Maslikhah. 2017. Quo Vadis Pendidikan Multikultur; Rekonstruksi Sistem. Surabaya: JP Books.
Munadlir, Agus. 2016. Strategi Sekolah dalam Pendidikan Multikultural. 2 (Jurnal Pendidikan Dasar), 17.
Nuhiyah, N., & Darmawan, W. (2021). Kota Multietnis Surosowan sebagai Living Museum: Upaya Pendidikan Multikultural Melalui Pembelajaran Sejarah Kreatif. Jurnal Candrasangkala Pendidikan Sejarah, 7(2), 107.
Pupuh, F. 2018. Pendekatan Metode, dan Teknik dalam Pembelajaran Bahasa. 2(1), 12.
Raharja, Setya. 2010. Mengkreasi Pendidikan Multikultural di Sekolah dengan Menerapkan Manajemen Mutu Sekolah secara Total. Jurnal Manajemen Pendidikan. No. 2: 27-40.
Tilaar, H.A.R. 2014. Multikulturalisme Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.
Wirasari, Bain, & Atno. 2018. Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Multikultural Pada Mata Pelajaran Sejarah Terhadap Sikap Pluralis Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Pekalongan Tahun Pelajaran 2017/2018. Indonesian Journal of History Education, 6(1), 76–88.
Yaqin, M. Ainul. 2015. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Bekasi: Pilar Media.
Yuberti, Yuberti. 2014. Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan. Bandar Lampung: Anugerah Utama Raharja.