Makalah Karawitan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Karawitan ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Karawitan ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Karawitan ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Karawitan ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, April 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keragaman seni budaya nusantara merupakan pembentuk kebudayaan nasional. Kita ketahui bahwa salah satu bagian dari kebudayaan itu di antaranya kesenian. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kesenian daerah merupakan unsur penting dalam pembentuk kesenian nasional. Apabila diteliti secara seksama tentang kesenian daerah yang ada di Indonesia sangat beraneka ragam bentuk, hal ini merupakan salah satu di antaranya. Karawitan merupakan salah satu bentuk kesenian yang ada di Indonesia. Seperti kita kenal ada Karawitan Jawa, Karawitan Sunda, dan Karawitan Bali serta banyak lagi jenis-jenis karawitan lainnya.

Karawitan sunda mempunyai ciri tersendiri, pertumbuhan, dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh keberadaan orang Sunda serta aspek sosial kehidupannya. Istilah karawitan dalam Bahasa Sunda merupakan istilah baru, tetapi cepat meluas sehingga istilah karawitan dianggap sebagai istilah yang telah baku dalam kesenian Sunda.

Pengertian yang telah memasyarakat tentang karawitan adalah seni suara daerah yang berpedoman pada laras Selog dan Salendro. Banyak juga pendapat-pendapat lain tentang karawitan, seperti pendapat para ahli karawitan (pangrawit) Sunda. Yang perlu kita ketahui bahwa istilah karawitan itu berasal dari Bahasa Jawa, mengingat sekitar kurang lebih tahun 1920, istilah karawitan dipergunakan pada sebuah kursus menabuh gamelan di Keraton Surakarta.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian karawitan?
  2. Bagaimana sejarah karawitan?
  3. Bagaimana pembagian karawitan?
  4. Apa fungsi karawitan?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karawitan

Karawitan adalah segala bentuk kesenian yang berakar dari kebudayaan tradisional Indonesia. Tentu saja di dalamnya terdapat bentuk-bentuk seni, kesenian, dan alat kesenian yang secara harfiah dikatakan dan masuk dalam kategori tradisi seperti, kendang, goong, gamelan, kacapi, suling, celempung, dll. Karawitan tidak hanya hidup di tatar Parahyangan (Sunda), akan tetapi hidup pula di Jawa, Bali, Madura, Dayak, Batak. Istilah karawitan dalam bahasa Sunda dapat dikatakan sebagai bentuk yang baru. Akan tetapi, pemakaiannya cepat sekali meluas dan digunakan secara bebas, sehingga istilah ini tidak terdengar asing baik di kalangan seniman maupun di kalangan pendidik.

Istilah karawitan pertama digunakan dalam bahasa Jawa, sekitar tahun 1920. Istilah tersebut mengacu pada seni suara, yang digunakan sebagai nama untuk kursus menabuh gamelan di Museum Radya Pustaka Keraton Surakarta. Orang Sunda menggunakan istilah karawitan untuk jenis kesenian Degung, Cianjuran, Kiliningan, Calung, Celempungan, dan berbagai jenis seni suara lainnya yang memiliki ciri tradisi Sunda seperti sekar kawih, sekar kapasindenan, sekar tembang serta seni suara yang dititik beratkan pada panggunaan laras salendro, pelog, degung, dan madenda.

Di bawah ini ada beberapa pengertian kerawitan menurut para ahli, yang ditinjau dari segi keilmuan, kebahasaan, dan sejarah karawitan sendiri. Tentu saja bentuk karawitan itu adalah sesuatu yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari tetapi kita tidak tahu tentang pengertian karawitan itu sendiri.

1. Menurut Ki Sindoe Soewarno (Seorang Ahli Karawitan Jawa)

Karawitan berasal dari kata ka–rawit–an. Ka- dan -an adalah awalan dan akhiran. Rawit berarti halus. Jadi karawitan berarti kumpulan segala hal yang halus dan indah. Karawitan juga dapat diartikan sebagai kesenian yang mempergunakan bunyi-bunyian dan seni suara. Tegasnya, karawitan sama dengan seni dan suara sama dengan musik. Tetapi kata musik sudah terlanjur menimbulkan gambaran lain di dalam pengertian kata yaitu bunyi-bunyian Eropa.

2. Menurut R.M.A. Kusumadinata (Seorang Ahli Karawitan Sunda)

Selain sependapat dengan ki Sindoe Soewarno beliau juga berpendapat bahwa kata karawitan berasal dari kata rawit yang akar katanya bermula dari Ra = sinar matahari = cahaya = seni dan Wit = weda = pengetahuan. Jadi karawitan adalah pengetahuan kesenian yang meliputi seni tari, seni rupa, seni suara, seni padalangan, seni drama, seni sastra, dan sebagainya.

3. Menurut Udjo Ngalagena, dkk.

Secara etimologis kata karawitan berasal dari ka–rawit–an. Ka dan an awalan dan akhiran. Rawit berarti cabai kecil yang sangat pedas, halus, indah, seni, dalam arti yang luas karawitan = kehalusan atau kasenian, meliputi: seni tari, seni padalangan, seni rupa, dan seni sastra. Dalam arti yang khusus, karawitan adalah seni suara daerah yang berlaras pelog atau salendro.

4. Menurut Kamus Basa Sunda

Menurut kamus basa Sunda (LBBS) pengertian karawitan adalah ilmu yang mempelajari seni swara baik yang menggunakan laras pelog, degung, salendro ataupun madenda.

5. Pengertian Karawitan Secara Umum

Karawitan secara umum adalah seni suara daerah di Indonesia yang berlaras pelog maupun salendro.

6. Pengertian Karawitan Secara Khusus

Karawitan dalam arti yang khusus berarti seni suara yang mempergunakan alat–alat gamelan, yang memakai laras pelog dan salendro.

B. Sejarah Karawitan

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.

Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu kebudayaan Indonesia yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara Hipotesis, masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, di antaranya adalah wayang dan gamelan. Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk kategori pusaka. Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan dekat dengan perkembangan religi yang dianutnya.

Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada beberapa kakawin Jawa Kuno. Arti kata gamelan, sampai sekarang masih dalam dugaan-dugaan. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentungan, barang yang sering digembal namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu adalah perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-gembel atau dipukul-pukul.

Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Dunia pun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sesuai norma kesopanan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gending-gending.

Berdasarkan sejarah, keberadaan gamelan sudah berabad-abad lamanya. Hal ini dapat dibuktikan dari tulisan-tulisan, maupun prasasti-prasasti di dinding candi yang ditemukan. Perkembangan selanjutnya dari masa ke masa mengalami perubahan, baik bentuk, jenis, maupun fungsinya. Dari yang sangat sederhana, menjadi sederhana, kemudian menjadi lebih komplit. Bukti tertua mengenai keberadaan alat-alat musik tradisional Jawa dan berbagai macam bentuk permainannya dapat ditemukan pada piagam Tuk Mas yang bertuliskan huruf Pallawa. Kesederhanaan bentuk, jenis dan fungsinya tentu berkaitan erat dengan pola hidup masyarakat pada waktu itu. Pada piagam tersebut terdapat gambar sangka-kala, yaitu semacam trompet kuno yang digunakan untuk perlengkapan upacara keagamaan.

Kehidupan seni karawitan sejauh ini sudah mengalami perjalanan sejarah yang panjang bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar, seperti Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram. Di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan tersebut, gamelan (seni karawitan) mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sehingga menarik para ilmuwan asing untuk mempelajari dan mendokumentasikan. Banyak penemuan-penemuan hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan asing. Sebagian hasil penemuan tersebut selanjutnya digunakan untuk mempelajari seni karawitan.

Perkembangan yang terjadi pada dunia seni karawitan menggambarkan bahwa seni karawitan merupakan suatu produk kebudayaan yang selalu ingin berkembang, menyesuaikan dengan kondisi jaman. Hal ini sesuai dengan kodratnya, bahwa seni karawitan sebagaimana cabang seni pertunjukan tradisi lainnya dikategorikan dalam jenis seni komunal, yaitu seni yang lahir dari, oleh, dan untuk masyarakat. Keberadaan dan perkembangannya tergantung pada kondisi masyarakat. Dalam konteks yang lain dapat dikategorikan dalam bentuk seni yang patronage, yaitu seni jenis yang mengabdi kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap sebagai payungnya. Sehingga keberadaan dan perkembangannya tergantung pada penguasa.

Pada jaman kerajaan perkembangan seni karawitan berjalan pesat. Peran Raja sebagai penguasa tunggal sangat menentukan hidup dan matinya suatu bentuk seni. Seperti yang diutarakan dalam puisi abad ke-14 kakawin Negarakertagama, Kerajaan Majapahit mempunyai lembaga khusus yang bertanggung Jawab mengawasi program seni pertunjukan. Begitu pentingnya seni pertunjukan (karawitan) sebagai suatu pertanda kekuasaan raja adalah keterlibatan gamelan dan seni teater pada upacara-upacara atau pesta-ria kraton.

Perkembangan seni karawitan berlanjut dengan munculnya Kerajaan Mataram. Pada jaman ini dianggap sebagai tonggak seni karawitan, terutama untuk gaya Yogyakarta dan Surakarta. Tidak hanya penambahan jenis-jenis gamelan saja, melainkan fungsi seni karawitan pun mengalami perkembangan. Di samping sebagai sarana upacara, seni karawitan juga berfungsi sebagai hiburan. Dahulu seni karawitan produk kraton hanya dinikmati di lingkungan kraton. Selanjutnya karena keterbukaan kraton dan palilah Dalem, seni karawitan produk kraton sudah berbaur dengan masyarakat pendukungnya.

Dari realitas tersebut terlihat begitu kuatnya peran penguasa dalam menentukan keberadaan suatu bentuk kesenian. “Sabda pandhito ratu” merupakan kebiasaan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan pada saat itu. Eksistensi dan perkembangan kesenian di masyarakat, keadaannya, penciptaannya, pelaksanaannya tergantung pada kegiatan para pendukung, dan adat kebiasaan yang berlaku. Popularitas suatu cabang seni bertalian erat dengan kegemaran orang banyak pada suatu waktu, hidup suburnya berkaitan dengan penghargaan, bantuan materiil dari.

C. Pembagian Karawitan

1. Karawitan Sekar (Vokal)

Yang dimaksud dengan karawitan vokal atau lebih dikenal dalam istilah karawitan sunda dengan sekar ialah seni suara yang substansi dasarnya menggunakan suara manusia. Tentu saja dalam penampilannya akan berbeda dengan bicara biasa yang juga mempergunakan suara manusia. Sekar merupakan pengolahan yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang sangat erat berhubungan langsung dengan indra pendengaran. Vokal sangat erat bersentuhan dengan nada, bunyi, atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu akrab berdampingan. Menurut bentuknya sekar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

  • Sekar irama merdika (bebas irama), contoh: pupuh, bawa sekar, kakawen, nyandra, murwa, macapat.
  • Sekar tandak (ajeg, tetap), contoh: panambih dalam tembang, lagu kawih, kapasindenan.

2. Karawitan Gending (Instrumental)

Karawitan Gending secara harfiah dapat diartikan sebagai bentuk kesenian yang di dalamnya terdapat sebuah iringan musik instrumentalia, pada dasarnya ansamble yang digunakan dalam karawitan gending adalah gamelan yang berlaraskan pelog, salendro, degung, dan madenda. Akan tetapi di dalam karawitan sunda gending diterapkan ke dalam bentuk luas, gending tidak hanya digunakan untuk waditra bernada dan berlaras seperti gamelan dan kacapi akan tetapi digunakan pula pada waditra non-gamelan dan tidak berlaras seperti dogdog, kohkol, keprak, dsb. Di dalam bentuknya karawitan gending pun dibagi menjadi 2 yaitu:

  • Gending maat bebas: yaitu gending yang tidak terikat oleh ketukan, seperti masieupan, dsb.
  • Gending tandak: yaitu gending yang bertempo ajeg, seperti: lagu gendu, banjaran, dsb.

3. Karawitan Campuran (Sekar Gending)

Sekar gending atau disebut pula karawitan campuran merupakan bentuk sekaran yang diiringi dengan gendingan. Dalam penyajiannya karawitan sekar gending dibagi dalam 2 bagian yaitu:

  • Sekaran, ialah karawitan campuran yang menonjolkan sekarnya saja, misalnya: kiliningan, celempungan, dsb.
  • Sekar gending, ialah karawitan campuran di mana hidangan sekar dengan gendingnya saling mendukung sehingga menjadi harmonis.

D. Fungsi Karawitan

  1. Sebagai pengiring lagu atau nyanyian.
  2. Untuk mengiringi tarian terutama tari Sunda.
  3. Untuk pengisi suasana dalam suatu adegan sendra tari atau gending karesmen.
  4. Sebagai ungkapan rasa etika.
  5. Sebagai pencerminan jiwa.
  6. Sarana hiburan yang bersifat sosial bersifat sosial maupun komersial.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perangkat musik gamelan lengkap yang kita ketahui sekarang pada mulanya hanya diawali dengan satu alat bunyi saja yaitu Gong. Kemudian pada perkembangannya, ada penambahan sejenis gong kecil yang disebut kempul namun jumlahnya masih terbatas lalu seiring dengan kebutuhan musikalitas dari jaman ke jaman yang berkembang, barulah ada penambahan alat-alat lainnya. Seni mengolah bunyi benda atau alat bunyi-bunyian (instrumen) tradisional gamelan disebut Seni Karawitan.

Asal kata Karawitan itu sendiri berasal dari bahasa sansekerta, yakni rawit, yang mempunyai arti keharmonisan, elegan dan kehalusan. Namun menurut pendapat yang lain, karawitan berasal dari kata pangrawit yang berarti orang atau subjek yang memiliki perasaan harmonis dan halus. Adapula yang berpendapat bahwa karawitan itu berasal dari kata ngerawit yang dalam bahasa Jawa artinya sangat rumit. Jadi memainkan karawitan itu tidak hanya sekedar menghasilkan bunyi-bunyian tapi memang harus memaknainya secara mendalam melalui gending (lagu-lagu) yang dibawakan dalam seni karawitan karena gending-gending tersebut berpengaruh pada sikap kehidupan manusia, misalnya ada nama gending yang merujuk pada keselamatan dan permintaan.

B. Saran

Penulis hanya bisa memberi saran kepada pembaca bahwasanya seni dan budaya masih sangatlah dibutuhkan karna hidup tanpa seni tak akan indah dan hidup tanpa mengenal budaya sering kali terjerumus ke arah jurang kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Karawitan

http://bondann.blogspot.co.id/2011/03/sejarah-karawitan.html

https://macapatwungu.wordpress.com/category/karawitan/sejarah-karawitan

http://rinaldyalvin92.blogspot.co.id/2015/04/teori-dasar-karawitan-sunda.html

http://sejarahindonesia96.blogspot.co.id/2015/02/karawitan-sunda.html

Download Contoh Makalah Karawitan.docx