Makalah Perkembangan Islam di Eropa

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Perkembangan Islam di Eropa ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Perkembangan Islam di Eropa ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Perkembangan Islam di Eropa ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Perkembangan Islam di Eropa ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, November 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama terbesar kedua di Eropa setelah Kristen. Meskipun mayoritas masyarakat Muslim di Eropa saat ini adalah imigran, terdapat penduduk pribumi asli Eropa yang memeluk Islam di Balkan. Islam masuk ke Eropa selatan melalui invasi “Moor” dari Afrika Utara pada abad ke 8–10. Selama beberapa abad, entitas politik Muslim berdiri kokoh di wilayah yang saat ini adalah Spanyol, Portugal, Selatan Italia dan Malta. Komunitas Muslim di wilayah tersebut kemudian dikonversi atau diusir pada akhir abad ke-15.

Di Kaukasus perluasan Islam terjadi setelah penaklukan oleh dinasti persia sejak awal abad ke-16. Kesultanan Utsmaniyah menyebarkan Islam ke Eropa tenggara melalui penaklukkan sebagian besar Kekaisaran Bizantium pada abad 14 dan 15. Selama berabad-abad, Kesultanan Utsmaniyah juga secara bertahap kehilangan hampir semua wilayah di Eropa, hingga akhirnya runtuh pada tahun 1922. Penduduk asli yang memeluk Islam di negara-negara di Balkan saat ini memiliki populasi yang besar, walaupun mayoritasnya berpaham sekuler.

Istilah “Muslim Eropa” digunakan untuk negara-negara mayoritas Muslim seperti Albania, Kosovo dan Bosnia dan Herzegovina. Negara-begara lintas benua seperti Turki, Azerbaijan dan Kazakhstan memiliki populasi Muslim yang besar, seperti halnya di Kaukasus Utara, Rusia.

Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 sejumlah besar umat Muslim berimigrasi ke Eropa Barat. Pada tahun 2010 diperkirakan 44 juta Muslim yang tinggal di Eropa (6%), termasuk sekitar 19 juta di Uni Eropa (3.8%). Diproyeksikan persentase umat muslim akan mencapai 8% pada tahun 2030.

Umat Muslim Eropa sering menjadi subjek dari perdebatan yang intens dan kampanye politik. Terkadang menjadi lebih hangat ketika terjadi peristiwa-peristiwa seperti serangan teroris oleh ekstrimis Islam, kontroversi kartun Nabi Muhammad di Denmark, perdebatan soal cara berpakaian Islami, dan kampanye partai-partai sayap kanan populis yang melihat Muslim sebagai ancaman terhadap nilai-nilai Eropa, budaya, dan cara hidup. Peristiwa tersebut juga telah memicu perdebatan yang berkembang mengenai topik Islamophobia, sikap terhadap Muslim dan partai kanan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Peradaban Islam di Dunia ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah proses masuknya Islam ke Eropa?
  2. Bagaimanakah perkembangan Islam di Eropa?
  3. Bagaimanakah peradaban Islam di Eropa?

C. Tujuan

  1. Untuk mengetahui proses masuknya Islam ke Eropa.
  2. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Eropa.
  3. Untuk mengetahui peradaban Islam di Eropa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam ke Eropa

Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.

Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Kholifah

Abdul Malik (685-705 M). Kholifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Kholifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Kholifah Bani Umayyah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu Kerajaan Gothic.

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah:

  1. Tharif ibn Malik
  2. Thariq ibn Ziyad
  3. Musa ibn Nushair

Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang 500 orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visi Gothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.

Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Kholifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ seperti Cordova, Granada, dan Toledo (Ibukota kerajaan Goth saat itu). Kebudayaan Islam memasuki Eropa melalui beberapa jalan, antara lain melewati Andalusia. Ini karena kaum muslimin telah menetap di negeri itu sekitar 8 abad lamanya.

Pada masa itu kebudayaan Islam di negeri itu mencapai puncak perkembangannya. Kebudayaan Islam di Andalusia mengalami perkembangan yang pesat di berbagai pusatnya, misalnya Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Kholifah Umar ibn Abdul Azis tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.

Faktor eksternalnya antara lain pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Begitu juga dengan adanya perebutan kekuasaan di antara elite pemerintahan, adanya konflik umat beragama yang menghancurkan kerukunan dan toleransi di antara mereka. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja roderick memindahkan ibukota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu saja.

Hal yang menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu orang Yahudi yang selama ini tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.

Adapun faktor internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

B. Perkembangan Islam di Eropa

Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dibagi menjadi enam periode yaitu:

1. Periode Pertama (711-755 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Kholifah Bani Umayyah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara Kholifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.

Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman ad-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.

2. Periode Kedua (755-912 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Kholifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman adDakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.

3. Periode Ketiga (912-1013 M)

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nashir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk at-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Kholifah, penggunaan kholifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Kholifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.

Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar kholifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Kholifah-kholifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu:

  1. Abdurrahman an-Nashir (912-961 M)
  2. Hakam II (961-976 M)
  3. Hisyam II (976-1009 M)

Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman an-Nashir mendirikan Universitas Cordova. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan kholifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.

4. Periode Keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Muluk atThawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.

5. Periode Kelima (1086-1248 M)

Pada periode ini, Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).

Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.

Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumazi (1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Pada tahun 1238 M, Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.

6. Periode Keenam (1248-1492 M)

Pada periode ini, ketika umat Islam Andalus bertahan di wilayah Granada di bawah kekuasaan dinasti Bani Amar pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar An-Nasr, oleh karena itu kerajaannya disebut juga Nasriyyah.

C. Peradaban Islam di Eropa

Pembahasan tentang peradaban Islam di Benua Eropa pada bab ini dibatasi pada beberapa negara, sebagai gambaran umum tentang keberadaan Islam di Eropa, yaitu Andalusia (Spanyol), Rusia, dan Inggris secara sekilas. Peradaban Islam di wilayah lain di Benua Eropa dapat kalian telusuri dari berbagai sumber.

1. Peradaban Islam di Andalusia (Spanyol)

Pada masa pemerintahan Bani Umayah di Damaskus, Andalusia dipimpin oleh Amir (gubernur) di antaranya oleh putra Musa sendiri, yaitu Abdul Aziz. Runtuhnya kebesaran Bani Umayah di Damaskus dengan berdirinya Daulah Bani Abbasyah di bawah pimpinan Abdul Abbas As Safah (penumpah darah) yang berpusat di Baghdad, yang menyebabkan seluruh keluarga Kerajaan Bani Umayah ditumpas. Namun, salah seorang keturunan dari Bani Umayah, yaitu Abdur Rahman berhasil melarikan diri dan menyusup ke Spanyol. Di sana dia mendirikan Kerajaan Bani Umayah yang mampu bertahan sejak tahun 193-458 H (756-1065 M).

Kondisi masyarakat Spanyol sebelum Islam mereka memeluk agama Katolik, dan sesudah Islam tersebar luas tidak sedikit dari mereka yang memeluk agama Islam secara suka rela. Hubungan antar agama selama itu dapat berjalan dengan baik karena raja-raja Islam yang berkuasa memberi kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di sana telah terjadi percampuran darah juga terdapat orang-orang yang berbahasa Arab, beradat istiadat Arab, meskipun tetap memeluk agama nenek moyang mereka. Keberadaan kerajaan Islam di Spanyol merupakan perantara sekaligus obor kebudayaan dan peradaban. Ilmu pengetahuan kuno dan filsafat ditemukan kembali. Di samping itu, Spanyol menjadi pusat kebudayaan, karena banyaknya para sarjana dan mahasiswa dari berbagai pelosok dunia berkumpul menuntut ilmu di Granada, Cordova, Seville, dan Toledo.

Di kota-kota tersebut banyak terlahir ilmuwan terkemuka, seperti Abdur Rabbi (sastrawan terkemuka), Ali ibnu Hazm (penulis 400 jilid buku sejarah, agama, logika, adat istiadat), Al Khatib (ahli sejarah), Ibnu Khaldun (ahli filsafat yang terkenal dengan bukunya “Muqaddimah”), Al Bakri dan Al Idrisi (ahli ilmu bumi), dan Ibnu Batuta (pengembara terkenal yang menjelajahi negeri-negeri Islam di dunia). Kemudian lahir pula seorang ahli filsafat yang lain, yakni Solomon bin Gabirol, Abu Bakar Muhammad, Ibnu Bajjah (ahli filsafat abad ke-12 penafsir karya-karya Aristoteles), dan Ibnu Rusyd (ahli bintang, sekaligus seorang dokter dan ahli filsafat). Adapun sumbangan utama Ibnu Rusyd di bidang pengobatan ialah buku ensiklopedi dengan judul Al Kuliyat fit At Tibb, serta buku filsafat Thahafut At Tahafut.

Perlu pula diketahui bahwa peranan wanita-wanita muslim di Spanyol saat itu tidak hanya mengurus dapur mereka, tetapi mereka juga memberikan sumbangan besar di bidang kesusasteraan, seperti Nazhun, Zaynab, Hamda, Hafsah, Al-Kalayyah, Safia dan Marian dari Seville (adalah seorang guru terkenal). Penulis-penulis wanita dan dokter-dokter wanita, seperti Sysyah, Hasanah At Tamiyah, dan Ummul Ula serta masih banyak lagi. Pada abad 12 di Spanyol didirikan pabrik kertas pertama. Kenangan pertama dari peristiwa itu ialah kata “Rim” melalui kata “Ralyme” (Perancis Selatan) diambil dari bahasa Spanyol “ Risma” dari bahasa Arab “Rizma” artinya bendel.

Berakhirnya kekuasaan Bani Umayah di Spanyol di bawah kekuasaan Khalifah Sulaiman, diganti oleh dinasti-dinasti Islam kecil, seperti Al-Murabithin, Al-Muhades (Muwahidun), dan kerajaan Bani Ahmar. Setelah delapan abad umat Islam menguasai Andalusia pada tahun 898 H (1492 M). Raja Abdullah menyerahkan kunci kota Granada kepada Ferdinand pemimpin kaum Salib, yang selanjutnya beliau menduduki istana Al Hambra, di mana sebelum itu Khalifah Abdullah bersedia menandatangani perjanjian yang terdiri atas 72 pasal. Di antara isinya antara lain Ferdinand akan menjamin keselamatan jiwa keluarga Raja Bani Ahmar, demikian pula kehormatan dan kekayaan mereka. Dalam pada itu, kemerdekaan beragama pun akan dijamin terhadap kaum muslimin yang tinggal di Andalusia.

Akan tetapi, di kemudian hari perjanjian tersebut diingkari oleh Ferdinand sendiri dan malah mendesak semua pasukan Raja Abdullah untuk masuk Kristen, jika menolak diusir dan harta bendanya disita. Pertumbuhan agama Islam di Eropa sekarang memang cukup sulit dibandingkan dengan berdakwah di Asia-Afrika, yang masyarakatnya terlanjur sekuler, namun karena kegigihan para mubalig berdakwah sehingga dalam peradabannya agama Islam semakin baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Apalagi setelah Paus Paulus II membuka dialog antar umat beragama, seperti yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh muslim khususnya dari Indonesia dan pada masa hidupnya Paus Paulus II pernah mengundang Menteri Agama RI untuk menjelaskan praktik kerukunan hidup beragama di tanah air.

Di Spanyol atau Andalusia pada tahun 1975 sekelompok pemuda masuk Islam, mereka mendirikan masyarakat muslim di Cordova. Kemudian pada tahun 1978 mereka dapat melaksanakan Shalat Idul Adha di Kathedral (bekas masjid) setelah memohon izin Uskup Cordoba Monseigneur Infantes Floredo. Bahkan, walikota Tulio Anguila melaksanakan teori kerukunan beragama. Ia menawarkan umat Islam menggunakan taman kota dengan diberi kemah besar untuk melaksanakan salat Idul Adha dan salat berjamaah. Di sana terdapat madrasah yang dikelola Dr. Umar Faruq Abdullah yang mengajar bahasa Arab, ilmu al-Qur’an, tafsir, fiqih, hadis dan lain sebagainya.

2. Peradaban Islam di Rusia

Sampai akhir abad ke-10 M orang-orang Rusia masih menyembah berhala. Rusia jatuh ke tangan Islam di bawah pimpinan panglima Qutaibah bin Muslim pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik sampai permulaan Khalifah Sulaiman. Pada saat itu Qutaibah mampu meluaskan penaklukan ke semua negeri yang terletak di dua sungai Jihun dan Sihun. Qutaibah juga berdakwah kepada penduduk untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan penyembahan berhala. Karena kebijaksanaan Qutaibah, maka banyak penduduk negeri itu masuk agama Islam.

Keberhasilan Qutaibah dimulai tahun 86 H sampai 91 H dan dapat menguasai semua negeri ini sampai mendekati perbatasan Cina. Qutaibah berhasil mendirikan masjid besar di Bukhara yang dinamakan Jami Qutaibah. Ia mengirim para ahli fiqih ke rumah-rumah rakyat untuk mengajarkan ajaran Islam, dan membolehkan menerjemahkan al-Qur’an ke dalam bahasa yang dikenal di daerah tersebut. Keberadaan pemerintahannya yang berpaham komunis yang anti Islam, cukup menjadi hambatan bagi peradaban Islam di Rusia. Chechnya adalah salah satu korban keganasan tentara Rusia. Chechnya merupakan negara kecil di kawasan Kaukasus, Rusia yang berpenduduk 1,5 juta dan mayoritas beragama Islam. Presidennya yang bernama Dzhokar Dudayef adalah seorang muslim yang taat.

Pasca runtuhnya rezim Bolshevik yang anti-agama pada 1991, umat Islam Rusia bangkit lagi setelah hampir tiga perempat abad di bawah tekanan. Kebangkitan umat Islam di Rusia terlihat dari tingginya animo menunaikan haji dan umrah, minat mempelajari al-Qur’an, serta peningkatan jumlah jemaah dan masjid. Pada 2008, lebih dari 32.000 muslim Rusia menunaikan haji. Diperkirakan sebanyak 7.000 masjid berdiri di seluruh Rusia, sementara ketika komunis tumbang hanya ada 100 masjid. Moskwa, dengan sekitar 2,5 juta muslim, menjadikannya sebagai kota dengan penduduk muslim terbesar di Eropa. Saat ini diperkirakan 18 persen dari total penduduk atau 25 juta warga Rusia memeluk agama Islam. Melihat peradaban yang demikian pesat, sebagian pakar memprediksikan bahwa tahun 2050 Rusia akan menjadi Negara Islam terbesar di Eropa.

3. Peradaban Islam di Inggris

Inggris termasuk salah satu negara yang cukup bagus peradaban Islamnya. Hal ini didukung dengan pemindahan Universitas Islam Toledo di Spanyol ke Inggris. Sejak itu Inggris mempunyai Universitas Cambridge dan Oxford. Mozarabes salah satu tokoh yang amat berjasa dan aktif dalam penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam. Ia mengganti namanya menjadi Petrus Al Ponsi, dan beliau menjadi dokter istana Raja Henry I. Pengembangan Islam dilakukan tiap hari libur, seperti hari Sabtu dan Ahad baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Beberapa organisasi Islam yang ada di Inggris adalah:

  1. The Islamic Council of Europe (Majelis Islam Eropa) berfungsi sebagai pengawas kebudayaan Eropa.
  2. The Union of Moslem Organization (Persatuan Organisasi Islam Inggris).
  3. The Asociation of British Moslems (Perhimpunan Muslim Inggris).
  4. Islamic Fondation dan Moslem Institute, keduanya bergerak di bidang penelitian, beranggotakan orang-orang Inggris dan imigran.

Di pusat kota London dibangun Central Mosque (Masjid Agung) yang selesai pembangunannya pada tahun 1977 terletak di Regents Park, dan mampu menampung 4000 jamaah, dilengkapi perpustakaan dan ruang administrasi serta kegiatan sosial. Di samping itu, orang-orang Islam Inggris juga membeli sebuah gereja seharga 85.000 poundsterling di pusat kota London yang akan dijadikan pusat pendidikan ilmu agama Islam. Pemeluk agama Islam di sini selain bangsa Inggris sendiri juga imigran Arab, Turki, Mesir, Cyprus, Yaman, Malaysia, dan lain-lain yang jumlahnya ±1,5 juta orang (menurut catatan The Union of Moslem Organization), dan di sini agama Islam merupakan agama nomor dua setelah Kristen. Al-Qur’an pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Robert Katton yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Kemudian kamus Arab-Inggris pertama disusun sarjana Inggris E.W. Lanes. Di negeri ini juga pada tahun 1985 muncul seorang Walikota muslim yang bernama Muhammad Ajeeb di Stradford Inggris. Dan sejak itu, masyarakat muslim dan mahasiswa Universitas Oxford mendirikan “Pusat Kajian Islam”.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Populasi Muslim di Eropa sangat beragam apabila ditinjau dari sejarah dan asal-usul. Saat ini, mayoritas Muslim di Eropa terdapat di Bosnia dan Herzegovina, Albania, Kosovo, beberapa wilayah di Bulgaria, Macedonia, dan Montenegro, serta beberapa wilayah rusia di Kaukasus Utara dan Volga. Mereka saat ini masih konsisten mempertahankan tradisi Islam sejak ratusan tahun lalu. Negara-negara lintas benua seperti Turki, Azerbaijan dan Kazakhstan juga mayoritas Muslim.

Emigrasi Muslim ke daerah metropolitan Prancis melonjak selama Perang Kemerdekaan Aljazair.[butuh rujukan] Pada tahun 1961, pemerintah Jerman Barat Pemerintah mengundang para Gastarbeiters (pekerja imigran) dan mirip dengan kontrak yang ditawarkan oleh Swiss. Beberapa dari para pekerja migran ini datang dari negara-negara mayoritas Muslim seperti Turki.[butuh rujukan]Imigran yang datang ke Inggris berasal dari negara-negara bekas koloni yang berpenduduk mayoritas Muslim seperti Pakistan dan Bangladesh.

B. Saran

Hal terpenting bagi kita setelah mempelajari semua fakta sejarah peradaban umat Islam di masa lalu, menganalisis faktor pendukung kemajuan dan kemunduran, adalah mengambil ibrah (pelajaran) agar kita dapat mengulang kembali masa kejayaan tersebut dan mengantisipasi faktor yang menyebabkan kemunduran.

DAFTAR PUSTAKA

Glasse, Cyril. 1999. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Grafido Persada.

Halimah, Iim dkk. 2013. Mandiri Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta: Erlangga.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. 2015. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK/MA Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim IMTAQ MGMP PAI. 2010. Modul Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam SMA/SMK Kelas X, XI, dan XII. Jakarta: PT. Kirana Cakra Buana.

Yatim, Badri. 2005. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Download Contoh Makalah Perkembangan Islam di Eropa.docx