Makalah Struktur Sosial

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Struktur Sosial ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Struktur Sosial ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Struktur Sosial ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Struktur Sosial ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, April 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat selalu bergerak dinamis seiring dengan kemajuan jaman. Semakin kompleks suatu masyarakat, maka terjadi pembagian kerja yang semakin rinci. Dalam masyarakat primitif, sebuah keluarga menjalankan semua fungsi sosial mulai dari merawat dan mendidik anak, mencari nafkah, membuat pakaian, membuat rumah, dan sebagainya. Hal tersebut berlawanan dengan masyarakat modern. Berbagai urusan dan kebutuhan hidup dikerjakan oleh orang-orang tertentu sesuai keahliannya. Misalnya pendidikan anak diserahkan kepada guru, perawatan kesehatan dikerjakan oleh dokter, dan lain-lain.

Semakin rinci pembagian kerja dalam suatu masyarakat, semakin banyak kelompok-kelompok sosial yang terbentuk. Kelompok-kelompok sosial itu membentuk keutuhan masyarakat. Ada dua macam kelompok sosial di masyarakat, yaitu kelompok-kelompok yang memiliki strata atau tingkatan berbeda dan kelompok-kelompok yang memiliki strata sama. Kelompok-kelompok dengan strata berjenjang dihasilkan oleh proses yang disebut stratifikasi sosial, sedangkan kelompok-kelompok yang tidak berjenjang dihasilkan oleh diferensiasi sosial.

Stratifikasi dan diferensiasi secara bersama-sama membentuk struktur sosial. Diferensiasi sosial adalah pembedaan warga masyarakat menjadi kelompok- kelompok secara horizontal dan tidak berjenjang, ini disebut kelompok sosial, sedangkan stratifikasi sosial membedakan kelompok-kelompok dalam masyarakat secara vertikal dan berjenjang, yang disebut dengan kelas sosial. Kelas-kelas sosial bersama-sama dengan kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat membentuk suatu rangkaian yang disebut struktur sosial.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Struktur Sosial ini adalah sebagai berikut:

  1. Apa yang dimaksud dengan pengertian struktur sosial?
  2. Apa yang dimaksud dengan diferensiasi sosial?
  3. Apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial?
  4. Bagaimana pengaruh struktur sosial terhadap kehidupan sehari-hari?
  5. Bagaimana konsekuensi struktur sosial terhadap kehidupan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Struktur Sosial ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui pengertian struktur sosial.
  2. Untuk mengetahui pengertian diferensiasi sosial.
  3. Untuk mengetahui pengertian stratifikasi sosial.
  4. Untuk mengetahui pengaruh struktur sosial terhadap kehidupan sehari-hari.
  5. Untuk mengetahui konsekuensi struktur sosial terhadap kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Sosial

Struktur sosial adalah suatu rangkaian kompleks dari relasi-relasi sosial yang berwujud dalam suatu masyarakat. Struktur sosial dapat ditinjau dari segi status, peranan, nilai-nilai, norma dan institusi sosial dalam sistem relasi sosial. Struktur sosial sebagai konsep umum yang merujuk pada unsur-unsur atau satuan-satuan dalam masyarakat seperti sub sistem, jenis organisasi dan institusi sosial. Kajian struktur sosial meliputi konsep tentang individu, masyarakat, sistem sosial, kelompok sosial dan organisasi sosial. Dengan demikian, struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial, yaitu norma sosial, lembaga sosial, kelompok serta lapisan sosial.

Kehidupan bermasyarakat akan aman, jika anggota masyarakat yang menjalin rangkaian dalam relasi sosial menjalankan peran, tugas, dan wewenangnya sesuai dengan norma yang berlaku. Jika anggota masyarakat telah melanggar norma, maka terjadi pergesekan yang akhirnya dapat memicu konflik sosial.

Dalam antropologi, konsep struktur sosial sering dianggap sama dengan organisasi sosial, terutama apabila dihubungkan dengan masalah kekerabatan dan kelembagaan atau hukum pada masyarakat yang tergolong bersahaja. Sedangkan dalam ilmu sosiologi, struktur sosial digunakan untuk menjelaskan keteraturan sosial, yaitu menunjuk pada prinsip perilaku yang berulang-ulang dengan bentuk dan cara yang sama. Menurut Soerjono Soekanto (2002:68) struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antarposisi sosial dan antarperan.

Dengan demikian, pengertian struktur sosial dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat.

Hendropuspito (1989) dalam bukunya ”Sosiologi Sistematik” mendefinisikan bahwa struktur sosial adalah skema penempatan nilai-nilai sosio-budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai dengan berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan demi kepentingan masing-masing. Bagian nilai-nilai sosial adalah ajaran agama, ideologi, kaidah-kaidah, moral, serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu masyarakat. Sementara itu organ-organ masyarakat tersebut berupa kelompok-kelompok sosial, institusi atau lembaga-lembaga sosial yang mengusahakan perwujudan nilai-nilai tertentu menjadi nyata dan dipakai dalam memenuhi kebutuhan.

Pada dasarnya struktur sosial merupakan jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur tersebut antara lain kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang. Secara umum wujud konkret struktur sosial masyarakat tampak jelas dalam sistem diferensiasi dan stratifikasi sosial yang berlaku dalam sebuah masyarakat.

Manusia merupakan makhluk sosial. Di mana kehadirannya selalu membutuhkan orang lain, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri. Bergabungnya manusia satu dengan yang lainnya tentu saja akan membentuk suatu kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik tertentu yang tentu saja membedakan dengan kelompok masyarakat lainnya.

Latar belakang manusia yang berbeda-beda baik itu mengenai asal usul, pendidikan, keturunan, jabatan dan lainnya akan membentuk suatu struktur masyarakat yang dapat membedakan status manusia di dalam kehidupan bermasyarakat. Baik itu secara vertikal (stratifikasi sosial) maupun horizontal (diferensiasi sosial). Hal ini tentu saja akan memberikan dampak yang beraneka ragam dalam kehidupan bermasyarakat ini. Dalam bagian ini akan kita bicarakan mengenai struktur sosial yang terdapat di dalam masyarakat, yaitu stratifikasi sosial (pelapisan sosial) dan diferensiasi sosial (perbedaan sosial).

B. Diferensiasi Sosial

Pada dasarnya kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan perbedaan. Lihatlah di sekelilingmu sekarang, kamu akan menemukan banyak perbedaan mulai agama, jenis kelamin, ras, dan lain-lain. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan pemisahan atau pembagian dalam suatu masyarakat yang disebut diferensiasi sosial. Pada subbab ini, kita akan mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah diferensiasi sosial.

1. Pengertian Diferensiasi Sosial

Masyarakat Indonesia memiliki banyak keragaman dan perbedaan. Sebagai contohnya keragaman agama, ras, etnis, pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin. Tidak dapat dimungkiri keragaman ini menjadi potensi pokok munculnya konflik di Indonesia. Perbedaan-perbedaan di atas terlihat secara horizontal. Perbedaan inilah dalam sosiologi dinamakan dengan istilah diferensiasi sosial. Diferensiasi sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu difference, yang berarti perbedaan. Secara istilah pengertian diferensiasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam golongan secara horizontal, mendatar, dan sejajar atau tidak memandang perbedaan lapisan. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya.

Dengan demikian, dalam diferensiasi sosial tidak dikenal adanya tingkatan atau pelapisan, seperti pembagian kelas atas, menengah, dan bawah. Pembedaan yang ada dalam diferensiasi sosial didasarkan atas latar belakang sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak sama dalam masyarakat, klan, etnis, dan agama. Kesemuanya itu disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berdasarkan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.

2. Ciri Dasar Diferensiasi Sosial

Pada dasarnya keberadaan diferensiasi sosial ditandai dengan adanya ciri-ciri utama, yaitu:

a. Ciri Fisik

Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya: warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dan sebagainya.

b. Ciri Sosial

Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk di dalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise, dan kekuasaan.

c. Ciri Budaya

Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan. Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dan sebagainya.

3. Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial

Pengelompokan masyarakat berdasarkan perbedaannya dalam diferensiasi sosial sangat beragam. Oleh karenanya, para ahli sosial mengklasifikasikannya menjadi beberapa macam bentuk diferensiasi guna memudahkan dalam mempelajarinya. Bentuk-bentuk tersebut antara lain, diferensiasi ras, agama, etnis, profesi, jenis kelamin, dan asal daerah.

a. Diferensiasi Ras

Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Diferensiasi ras berarti mengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya bukan budayanya. Misalkan, bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Pada dasarnya ciri fisik manusia dikelompokkan atas tiga golongan yaitu ciri fenotipe, ciri filogenetik, dan ciri getif. Ciri fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak. Ciri fenotipe terdiri atas ciri kualitatif dan kuantitatif. Ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna rambut, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk dagu, dan bentuk bibir. Sementara itu, ciri kuantitatif antara lain tinggi badan, gerak badan, dan ukuran bentuk kepala.

b. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)

Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan sosial lainnya, karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan umum yang berkaitan dengan asal usul, tempat asal, serta kebudayaannya. Ciri-ciri yang paling mendasar tersebut, antara lain kesamaan dalam hal ciri fisik, bahasa daerah, kesenian, dan adat istiadat.

c. Diferensiasi Clan

Klan (clan) adalah suatu kesatuan atau kelompok kekerabatan yang didasarkan atas hubungan keturunan atau hubungan darah (genealogis) yang terdapat dalam masyarakat. Sedangkan kekerabatan merupakan kesatuan sosial yang orang-orangnya atau anggota-anggotanya mempunyai hubungan keturunan atau hubungan darah. Seseorang dapat kita anggap sebagai kerabat kita, jika orang tersebut mempunyai hubungan darah atau seketurunan dengan kita, walaupun kita tidak pernah saling bertemu dengan orang tersebut.

Dalam sistem kekerabatan dikenal dua hubungan kekerabatan, yaitu patrilineal dan matrilineal. Dalam klan patrilineal, saudara perempuan ayah dan saudara laki-laki ayah termasuk dalam satu klan. Sedangkan anak dari saudara perempuan ego tidak termasuk anggota klan. Masyarakat yang menganut sistem patrilineal antara lain Batak, Mentawai, dan Gayo.

Sementara dalam klan matrilineal, saudara laki-laki ibu, saudara perempuan ibu, saudara laki-laki ego, dan saudara perempuan ego termasuk anggota satu klan. Tetapi anak dari saudara laki-laki ibu dan anak dari saudara laki-laki ego tidak termasuk anggota satu klan. Masyarakat yang menganut sistem matrilineal antara lain Minangkabau dan Enggano.

d. Diferensiasi Agama

Agama merupakan masalah esensial bagi kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral atau yang disebut umat. Menurut Durkheim, agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal suci.

Diferensiasi agama merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan agama atau kepercayaan. Di Indonesia dikenal agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Selain itu, berkembang pula agama atau kepercayaan lain seperti Konghucu, aliran kepercayaan, dan kepercayaan-kepercayaan lainnya. Penggolongan tersebut bersifat horizontal dan bukan berdasarkan tingkatan atau pelapisan sehingga dalam diferensiasi sosial agama tidak ada status yang lebih tinggi atau rendah karena pada dasarnya setiap agama memiliki status yang sama.

Secara umum setiap agama mempunyai komponen-komponen yang selalu ada. Komponen-komponen tersebut antara lain emosi keagamaan, sistem keyakinan, upacara keagamaan, tempat ibadah dan umat.

  • Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
  • Sistem keyakinan, yaitu bentuk pikiran atau gagasan manusia seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa dan sebagainya.
  • Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, dewa-dewa, dan roh nenek moyang.
  • Tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura, wihara, kuil, dan kelenteng.
  • Umat, yaitu anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.
e. Diferensiasi Profesi (Pekerjaan)

Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai sumber penghasilan atau mata pencahariannya. Dalam masyarakat sosial profesi merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan suatu keterampilan khusus. Misalnya, profesi guru memerlukan keterampilan khusus seperti, pandai berbicara, suka membimbing, sabar, dan sebagainya. Di masyarakat terdapat berbagai macam profesi yang dimiliki anggota masyarakat. Hal ini dikarenakan pengaruh industrialisasi dan modernisasi, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Diferensiasi profesi merupakan penggolongan anggota masyarakat berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki. Berdasarkan penggolongan inilah kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya. Perbedaan profesi biasanya akan membawa pengaruh terhadap perilaku sosial seseorang di lingkungannya. Contoh, perilaku seorang dokter tentunya berbeda dengan perilaku seorang tukang becak ketika keduanya melakukan pekerjaan.

f. Diferensiasi Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang berdasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itulah, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok masyarakat perempuan atau wanita.

Pada dasarnya kedudukan laki-laki dan perempuan sama, karena mempunyai kesempatan, status, dan peran sosial yang sama. Namun, di beberapa daerah tertentu status laki-laki dianggap lebih tinggi daripada perempuan atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan fisik dan sosialisasi nilai dan norma yang membedakan mereka. Akan tetapi, perbedaan tersebut bersifat horizontal bukan pada tingkatan-tingkatan dalam masyarakat.

g. Diferensiasi Asal Daerah

Diferensiasi asal daerah merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Berdasarkan penggolongan ini dikenal dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat desa adalah kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa. Sedangkan masyarakat kota adalah kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota. Perbedaan masyarakat desa dan masyarakat kota tampak jelas dalam perilaku, tutur kata, cara berpakaian, cara menghias rumah, cara berinteraksi, dan lain- lain.

C. Stratifikasi Sosial

1. Pengertian Stratifikasi Sosial

Setiap individu dalam masyarakat memiliki status dan kedudukan. Status dan kedudukan ini mendorong munculnya perbedaan sikap seseorang terhadap orang lain. Dalam masyarakat orang memiliki harta berlimpah lebih dihargai daripada orang miskin. Demikian pula, orang yang lebih berpendidikan lebih dihormati daripada orang yang kurang berpendidikan. Atas dasar itulah, masyarakat dikelompok- kan secara vertikal atau bertingkat-tingkat sehingga membentuk lapisan-lapisan sosial tertentu dengan kedudukannya masing-masing.

Pada dasarnya penggolongan masyarakat ini, telah dikenal sejak zaman dahulu. Bahkan seorang ahli filsafat dari Yunani, yaitu Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Menurut Aristoteles orang-orang kaya ditempatkan dalam lapisan atas, sedangkan orang-orang melarat ditempatkan dalam lapisan bawah, dan orang-orang di tengah ditempatkan dalam lapisan masyarakat menengah.

2. Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial

Secara umum terdapat dua proses terbentuknya stratifikasi sosial di masyarakat, yaitu:

a. Terjadi secara Otomatis atau Alamiah

Stratifikasi sosial dapat terjadi secara alamiah, dengan sendirinya dan otomatis bersamaan dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Biasanya proses ini terjadi karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahirnya. Contoh: kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, dan sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.

b. Terjadi karena Bentukan untuk Mencapai Tujuan Bersama

Stratifikasi ini biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal seperti pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, dan angkatan bersenjata. Dalam stratifikasi ini biasanya dilakukan dengan berbagai cara, seperti upacara pelantikan, pemberian tanda/ lambang kedudukan, pemberian wewenang, dan lain- lain.

3. Sifat Sistem Stratifikasi Sosial

Dari pemaparan di atas, tampak jelas keberagaman stratifikasi sosial. Keadaan ini menjadikan masyarakat terbagi menjadi beberapa kelompok atau lebih yang tentunya menempati posisi yang tidak sama dalam pelapisan sosial atau stratifikasi sosial. Dalam sosiologi dikenal tiga sistem stratifikasi sosial, yaitu stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial terbuka, dan stratifikasi sosial campuran.

a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)

Stratifikasi sosial tertutup dalam masyarakat dapat digambarkan seperti pada gambar di samping. Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Satu-satunya jalan untuk masuk dalam stratifikasi ini melalui kelahiran atau keturunan. Wujud nyata dari stratifikasi ini adalah sistem kasta di Bali. Kaum Sudra tidak dapat pindah posisi ke lapisan Brahmana. Atau masyarakat rasialis, kulit hitam (Negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih.

b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)

Stratifikasi sosial terbuka bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horizontal. Pada umumnya, sistem pelapisan ini, memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk naik ke strata yang lebih tinggi, atau turun ke strata yang lebih rendah. Selain itu, sistem pelapisan terbuka memberikan perangsang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat. Contoh, seorang yang miskin karena usaha dan kerja keras dapat menjadi kaya, atau sebaliknya.

c. Stratifikasi Campuran

Stratifikasi campuran diartikan sebagai sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain. Contoh: seorang raden yang mempunyai kedudukan terhormat di tanah Jawa, namun karena sesuatu hal ia pindah ke Jakarta dan menjadi buruh. Keadaan itu menjadikannya memiliki kedudukan rendah maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.

4. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial

Terbentuknya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang dihargai dan dianggap bernilai. Pada dasarnya sesuatu yang dihargai selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Keadaan ini menjadikan bentuk-bentuk stratifikasi sosial semakin beragam. Selain itu, semakin kompleksnya kehidupan masyarakat semakin kompleks pula bentuk-bentuk stratifikasi yang ada. Secara garis besar bentuk-bentuk stratifikasi sosial sebagai berikut.

a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi

Dalam stratifikasi ini dikenal dengan sebutan kelas sosial. Kelas sosial dalam ekonomi didasarkan pada jumlah pemilikan kekayaan atau penghasilan.

b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial

Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh karena itu, anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sosial yang terhormat menempati kelompok lapisan tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki kedudukan sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh: seorang tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi dalam pelapisan sosial.

c. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik

Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik menjadikan masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan atas yaitu elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai) sedangkan kelompok lapisan bawah, yaitu orang atau kelompok masyarakat yang dikuasai disebut massa atau kelompok terdominasi (terkuasai).

d. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan sebagai dasar pembedaan dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja di kantor dianggap lebih tinggi statusnya daripada bekerja kasar, walaupun mereka mempunyai gaji yang sama.

e. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pendidikan

Antara kelas sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal ini dikarenakan untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan juga motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.

f. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Budaya Suku Bangsa

Pada dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi sosial yang berbeda-beda.

D. Pengaruh Struktur Sosial terhadap Kehidupan Sehari-hari

Adanya kelompok-kelompok sosial, dan adanya kelas-kelas sosial menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap kehidupan di masyarakat. Pengaruh itu berupa terwujudnya gaya hidup yang mencerminkan ciri khas orang-orang yang menjadi anggota kelompok atau kelas sosial tertentu. Status sosial juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang, nilai-nilai sosial yang dijunjung, dan bahkan gaya hidupnya. Setiap kelompok sosial maupun kelas sosial seolah- olah mengembangkan gaya hidup tertentu yang bersifat eksklusif. Gaya hidup tercermin dalam cara dan model berbusana, perlengkapan rumah tangga, cara berbahasa, jenis hiburan yang digemari, makanan dan minuman yang dikonsumsi, pilihan jenis bacaan, selera seni dan musik, serta bentuk- bentuk permainan dan kegiatan olah raga yang diikuti.

E. Konsekuensi Struktur Sosial terhadap Kehidupan

Kita telah mengetahui bahwa suatu masyarakat ternyata tidak bersifat homogen. Di dalamnya terdapat berbagai macam kelompok dan kelas sosial. Kelompok dan kelas sosial terbentuk, karena adanya ketidaksamaan dalam hal-hal tertentu yang dialami beberapa orang. Orang-orang itu kemudian dikelompokkan dalam kesatuan-kesatuan sesuai kesamaan-kesamaan sosial yang mereka miliki. Kelompok-kelompok dan kelas-kelas sosial itulah yang membangun struktur sosial suatu masyarakat. Diferensiasi dan stratifikasi sosial memberikan konsekuensi yang beragam dalam interaksi antarwarga masyarakat, terutama bagi orang-orang yang berasal dari kelompok atau kelas sosial berbeda. Walaupun dalam kenyataannya, kelompok-kelompok sosial sering tumpang tindih dengan kelas-kelas sosial.

Terbaginya masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial, ternyata membawa konsekuensi terhadap berbagai aspek kehidupan. Konsekuensi itu terjadi dalam hal peluang hidup dan kesehatan, kebahagiaan dan proses sosialisasi, ketegangan sosial, sikap politik dan respons terhadap perubahan sosial, gaya hidup, peluang bekerja dan berusaha.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Struktur sosial adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan- hubungan yang dapat diprediksikan melalui pola perilaku berulang-ulang antar individu dan antarkelompok dalam masyarakat tersebut. Diferensiasi sosial merupakan perwujudan pembagian sosial atau masyarakat ke dalam kelompok-kelompok atau golongan-golongan secara horizontal, sehingga tidak menimbulkan tingkatan-tingkatan secara hierarkis.

Bentuk-bentuk diferensiasi sosial dibagi atas dua parameter, yaitu, parameter biologis, meliputi racial differentiation (diferensiasi ras), sex differentiation (diferensiasi jenis kelamin), age differentiation (diferensiasi umur), serta parameter sosiokultural, meliputi religion differentiation (diferensiasi agama), profession differentiation (diferensiasi profesi), clan differentiation (diferensiasi klan), dan tribal differentiation (diferensiasi suku bangsa).

Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial secara umum dapat diartikan sebagai pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal. Fungsi stratifikasi sosial adalah sebagai berikut.

  1. Stratifikasi sosial menyusun alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa tugas utama.
  2. Stratifikasi sosial menyusun, mengatur, serta mengawasi saling hubungan di antara anggota masyarakat.
  3. Stratifikasi sosial memiliki kontribusi sebagai pemersatu dengan mengoordinasikan serta mengharmonisasikan unit-unit yang ada dalam struktur sosial itu.
  4. Stratifikasi mengategorikan manusia dalam stratum yang berbeda, sehingga dapat menyederhanakan dunia manusia dalam konteks saling berhubungan di antara mereka.

B. Saran

Latar belakang manusia yang berbeda-beda baik itu mengenai asal usul, pendidikan, keturunan, jabatan dan lainnya akan membentuk suatu struktur masyarakat yang dapat membedakan status manusia di dalam kehidupan bermasyarakat secara vertikal (stratifikasi sosial) maupun horizontal (diferensiasi sosial). Kenyataan ini akan memberikan dampak yang beraneka ragam dalam kehidupan bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Giddens, Anthony. 2010. Teori Strukturasi Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Goodman, Douglass J. & Georg Ritzer. 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 1983. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nasikun, J. 1984. Sistem Sosial Indonesia. Rajawali Press.

Download Contoh Makalah Struktur Sosial.docx