Pendapatan Nasional

Daftar Isi

A. Konsep Pendapatan Nasional

Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus mempunyai penghasilan. Setiap penghasilan yang diterima oleh seseorang merupakan pendapatan bagi orang tersebut. Pendapatan dari orang per orang dari suatu negara akan dihitung dalam pendapatan nasional. Namun, tidak semua pendapatan yang diterima seseorang dihitung sebagai pendapatan nasional. Seorang ibu rumah tangga bekerja guna melayani keperluan rumah tangganya, seperti memasak, mencuci, dan ibu tersebut sudah menghasilkan barang berupa makanan dan jasa. Akan tetapi barang dan jasa yang dihasilkan tersebut tidak dihitung dalam pendapatan nasional karena tidak dijual kepada orang lain dan tidak mendapatkan balas jasa. Apabila ibu rumah tangga tadi membuka usaha, misalnya rumah makan atau menerima pesanan makanan untuk umum, maka balas jasa yang diterimanya dapat dihitung dalam pendapatan nasional.

Seorang pelukis membuat suatu lukisan dan menjualnya kepada orang lain. Pelukis tersebut memperoleh pendapatan dari hasil penjualan produk yang dihasilkannya. Maka pendapatan pelukis ini dihitung dalam pendapatan nasional. Beberapa tahun kemudian, apabila lukisan tersebut dijual oleh orang yang membeli lukisan dari pelukis, maka hasil penjualan itu menjadi pendapatan baginya. Akan tetapi, pendapatan itu tidak dihitung dalam pendapatan nasional, karena tidak ada produksi barang atau jasa yang dihasilkan.

Barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap golongan masyarakat dalam suatu negara yang dijual kepada orang lain disebut produk nasional. Apabila produk nasional dinilai dengan uang disebut pendapatan nasional. Produk nasional maupun pendapatan nasional perlu dihitung untuk mengetahui kemajuan ekonomi dalam suatu negara.

Produk nasional terdiri atas bermacam-macam produk yang jenisnya berbeda-beda. Tidak ada satuan alat ukur yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah produk yang dihasilkan. Oleh sebab itu, alat ukur yang paling mudah adalah harga. Dengan menilai setiap produk dengan harga, maka kita dapat mengetahui besarnya pendapatan nasional dalam suatu negara.

B. Definisi Pendapatan Nasional

Definisi pendapatan nasional dapat ditinjau dari tiga pendekatan, meliputi pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.

1. Pendekatan Produksi

Pendapatan nasional merupakan nilai seluruh barang jadi (barang final) dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu selama satu tahun. Supaya tidak terjadi kekeliruan dalam perhitungan, maka barang-barang yang dihitung dalam pendekatan produksi hanya barang jadi (barang final), sedangkan barang setengah jadi tidak termasuk dalam perhitungan.

Untuk menghindari terjadinya perhitungan ganda, maka yang dihitung adalah nilai tambah setiap proses produksi sampai barang tersebut tiba di tangan konsumen. Di bawah ini akan diberikan contoh perhitungan nilai tambah. Diasumsikan bahwa volume masing-masing produk yang diproduksi adalah satu buah.

Contoh perhitungan nilai tambah.

Jenis Barang

Harga

Nilai Tambah

Kapas

5.000.000,00

5.000.000,00

Benang

7.500.000,00

2.500.000,00

Kain

12.500.000,00

5.000.000,00

Mesin

20.000.000,00

7.500.000,00

Jumlah

5.000.000,00

20.000.000,00

Berdasarkan tabel di atas, sumbangan keempat jenis barang tersebut bagi pendapatan nasional adalah jumlah seluruh nilai tambah, yakni sebesar Rp20.000.000,00 dan bukan Rp45.000.000,00.

Ditinjau dari sudut pendekatan produksi secara sistematis, pendapatan nasional dapat dirumuskan sebagai berikut.

NI = P1Q1 + P2Q2 + P3Q3 + … + PnQn

NI = National Income (pendapatan nasional)

P = Harga barang dan jasa

Q = Jumlah barang dan jasa

1,2,3 dan n adalah jenis barang dan jasa

Menurut pendekatan produksi, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. Unit-unit produksi secara garis besar dibagi menjadi 11 sektor atau lapangan usaha, yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas dan air minum; (5) bangunan; (6) perdagangan; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) bank dan lembaga keuangan lainnya; (9) sewa rumah; (10) pemerintahan; dan (11) jasa-jasa.

2. Pendekatan Pendapatan

Dilihat dari pendekatan ini pendapatan nasional merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi baik berupa sewa tanah, upah, bunga modal dan laba pengusaha maupun pendapatan dari setiap usaha perorangan.

Jika dilihat dari pendekatan pendapatan, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.

NI = R + W + I + P

NI = National Income (pendapatan nasional)

R = Rent (sewa)

W = Wages (upah)

I = Interest (bunga)

P = Profit (Keuntungan atau laba pengusaha)

3. Pendekatan Pengeluaran

Menurut pendekatan pengeluaran, pendapatan nasional merupakan seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun tertentu. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut.

GNP = C + I + G + (X-M)

GNP = Gross National Product (produksi nasional bruto)

C = Consumption (pengeluaran konsumsi)

I = Investment (investasi)

G = Government expediture (pengeluaran pemerintah, baik untuk konsumsi maupun investasi)

X = Ekspor

M = Impor

C. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Pendapatan Nasional

Tujuan perhitungan pendapatan nasional adalah untuk mendapatkan taksiran yang akurat mengenai nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara selama satu tahun. Adapun manfaat yang diperoleh dengan mempelajari pendapatan nasional antara lain sebagai berikut.

1. Mengukur Tingkat Kemakmuran

Tingkat kemakmuran negara dapat diukur dengan menghitung pendapatan nasional. Makin tinggi nilai pendapatan nasional akan makin tinggi pula tingkat kemakmuran suatu negara, begitu pula sebaliknya.

2. Mengetahui dan Menelaah Susunan atau Struktur Perekonomian

Lewat perhitungan pendapatan nasional kita dapat mengetahui golongan perekonomian dari suatu negara, apakah termasuk negara agraris atau industri. Selanjutnya dapat diteliti pula susunan sektor-sektor lapangan usaha perekonomiannya, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor industri. Kalau pendapatan nasional lebih dominan dari sektor agraris, maka struktur perekonomiannya agraris. Kalau yang lebih dominan adalah sektor industri maka struktur perekonomiannya industri.

3. Membandingkan Kemajuan Perekonomian dari Waktu ke Waktu

Data mengenai pendapatan nasional dibuat setiap tahun. Kita dapat membandingkan besarnya pendapatan nasional suatu negara dari tahun ke tahun. Perbandingan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi sebagai berikut.

  1. Ada tidaknya kenaikan atau penurunan perekonomian.
  2. Ada tidaknya perubahan struktur ekonomi.
  3. Ada tidaknya pertambahan atau pengurangan kemakmuran materiil
  4. Ada tidaknya kenaikan atau penurunan pendapatan per kapita berdasarkan jumlah penduduk.

Dalam membandingkan angka pendapatan nasional dari tahun ke tahun, kita menghindari perbandingan pendapatan nasional berdasarkan harga yang berlaku, dan lebih menggunakan data pendapatan nasional dengan harga konstan (tetap). Cara tersebut lebih memberikan gambaran yang sebenarnya mengenai kemajuan perekonomian suatu bangsa.

4. Membandingkan Perekonomian Antardaerah dan Antarnegara

Data perhitungan pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk membandingkan perekonomian suatu daerah dengan daerah lain atau antar suatu negara dengan negara lain. Kita dapat membandingkan pendapatan nasional per kapita antara Jawa Tengah dengan Jawa Barat, antara Indonesia dengan Jepang. Perbandingan ini berguna untuk menilai seberapa jauh kita tertinggal atau lebih maju dibandingkan dengan negara lain.

Dengan melihat kecenderungan perkembangan pendapatan nasional, pemerintah dapat mengidentifikasikan masalah-masalah baru dan merencanakan program baru untuk menanggulangi masalah tersebut.

Misalnya, kenaikan pendapatan nasional mungkin diikuti dengan peningkatan keinginan masyarakat untuk membeli lebih banyak mobil pribadi. Kenaikan jumlah mobil pribadi akan menimbulkan masalah berupa tidak memadainya lebar jalan raya yang tersedia. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan pelebaran jalan lebih dini.

D. Beberapa Macam Pengertian Pendapatan Nasional

Dalam ilmu ekonomi dikenal enam macam pengertian (konsep) pendapatan nasional. Keenam konsep tersebut adalah sebagai berikut.

1. Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP)

Produk nasional bruto adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara baik yang tinggal di dalam negeri maupun di luar negeri, tetapi tidak termasuk orang asing yang tinggal di negara tersebut.

Misalnya pendapatan warga negara Korea Selatan yang bekerja di Indonesia dan keuntungan perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia tidak dihitung dalam Produk Nasional Bruto Indonesia, sebaliknya pendapatan pekerja-pekerja Indonesia (TKI atau TKW) yang bekerja di luar negeri dimasukkan dalam perhitungan Produk Nasional Bruto Indonesia.

2. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)

Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara selama satu tahun. Barang dan jasa tersebut diproduksi oleh perusahaan milik warga negara (penduduk negara tersebut) dan oleh penduduk negara lain yang tinggal di negara tersebut.

Dengan memerhatikan perbedaan antara PDB dengan PNB di atas, dapatlah dirumuskan sifat hubungan keduanya sebagai berikut:

PDB = PNB – PFN dari LN

PFN dari LN (Pendapatan Faktor Neto dari luar negeri) adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar negeri dikurangi pengeluaran untuk membayar faktor-faktor produksi luar negeri.

3. Produk Nasional Neto (PNN) atau Nett National Product (NNP)

Produk Nasional Neto adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan (replacement) dari barang-barang modal dalam proses produksi.

4. Pendapatan Nasional (PN) atau National Income (NI atau NY)

Pendapatan Nasional adalah NNP dikurangi pajak tidak langsung, seperti pajak pertambahan nilai (PPn), pajak penjualan (PPh), bea impor, dan cukai.

5. Pendapatan Perseorangan (Personal Income)

Pendapatan Perseorangan adalah jumlah penerimaan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat dalam satu tahun. Tidak semua pendapatan nasional jatuh ke tangan pemilik faktor-faktor produksi karena masih harus dikurangi untuk laba yang tidak dibagikan, pajak perseorangan, iuran jaminan sosial, dana pensiun dan pembayaran transfer (transfer payments) yang diterima oleh perseorangan baik dari negara atau swasta, misalnya sumbangan untuk masyarakat miskin di negara lain, bantuan bencana alam, bea siswa, hadiah (grand), bantuan untuk para pengangguran.

6. Pendapatan Bersih Setelah Pajak (Disposable Income)

Merupakan pendapatan pribadi/perseorangan (personal income) setelah dikurangi pajak langsung (pajak penghasilan). Pendapatan ini dapat digunakan oleh penerimanya, baik untuk keperluan konsumsi ataupun untuk ditabung (saving). Tabungan ini dapat mendorong peningkatan pendapatan nasional jika disimpan dalam lembaga keuangan seperti bank, karena dapat dimanfaatkan untuk investasi. Sedangkan pendapatan yang tidak disimpan di bank tidak dapat dimanfaatkan untuk investasi disebut hoarding.

Hoarding merupakan kebocoran tabungan yang pada akhirnya akan mengakibatkan menurunnya pendapatan nasional. Dalam era pembangunan ini, pemerintah selalu mendorong masyarakat agar giat menabung, karena tabungan yang dihimpun dari masyarakat dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan pembangunan. Setiap proyek pembangunan yang produktif akan meningkatkan pendapatan nasional.

E. Contoh dan Kajian Pendapatan Nasional

1. Komponen-komponen Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Produksi

Dalam perhitungan pendapatan nasional Indonesia, pemerintah lebih menekankan penggunaan pendekatan produksi dan pengeluaran, sedangkan pendekatan pendapatan hampir tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, Badan Pusat Statistik (BPS) hanya mengeluarkan perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran sebagai perbandingan. Negara yang menggunakan pendekatan pengeluaran dan pendapatan dalam menghitung pendapatan nasional adalah Amerika Serikat.

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dilakukan dengan menjumlahkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha (sektor) di suatu negara selama satu tahun. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan itu terutama dimaksudkan untuk mengetahui besarnya sumbangan dari beberapa sektor dalam mewujudkan pendapatan nasional.

PDB Indonesia terutama terbentuk oleh kegiatan-kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang. Tiga sektor utama penghasil barang menyumbangkan sebanyak 52,5% dari PDB.

Ketiga sektor tersebut adalah pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (Rp66.431,5 milyar atau 16,7% dari PDB). Pertambangan dan penggalian (Rp. 37.423,2 milyar atau 9,4%) dan industri pengolahan (Rp105.085,1 milyar atau 26,4% dari PDB). Sektor penghasil jasa terpenting adalah perdagangan, hotel dan restoran (Rp.63.621,2 milyar atau 16% dari PDB) sedangkan seluruh sektor jasa menyumbang 45,7% dari PDB.

2. Komponen-komponen Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan dilakukan dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara. Pendekatan pendapatan mengelompokkan faktor-faktor produksi dan pendapatannya menjadi empat, yaitu:

  1. Tenaga kerja, dengan pendapatan berupa gaji dan upah.
  2. Tanah dan harta tetap lainnya, dengan pendapatan berupa sewa.
  3. Modal, dengan pendapatan berupa bunga.
  4. Keahlian atau kewirausahaan, dengan pendapatan berupa keuntungan.

Hasil yang diperoleh melalui pendekatan pendapatan akan sama dengan hasil yang diperoleh melalui pendekatan produksi.

3. Komponen-komponen Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran

Untuk menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran, kegiatan ekonomi suatu negara dikelompokkan menjadi empat sektor, yaitu:

  1. Sektor rumah tangga.
  2. Sektor pemerintah.
  3. Sektor perusahaan.
  4. Sektor masyarakat.

Berdasarkan pengelompokan tersebut, terdapat empat jenis pengeluaran yaitu:

  1. Pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga.
  2. Pengeluaran konsumsi oleh pemerintah.
  3. Pengeluaran investasi oleh perusahaan.
  4. Pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa ekspor oleh masyarakat luar negeri.

Selanjutnya akan dibahas perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran di Indonesia.

a. Pengeluaran Konsumsi oleh Rumah Tangga

Dalam perhitungan pendapatan nasional, konsumsi oleh rumah tangga (C) menunjuk pada pengeluaran total rumah tangga. Dalam perhitungan pendapatan nasional Indonesia komponen ini dinamakan pengeluaran konsumsi rumah tangga.

b. Pengeluaran Konsumsi oleh Pemerintah

Pemerintah melakukan pengeluaran untuk melayani masyarakat saat ini dan untuk membentuk barang modal tetap. Pengeluaran pemerintah untuk melayani masyarakat dinamakan pengeluaran konsumsi pemerintah (G), antara lain untuk pembayaran gaji pegawai negeri dan pembelian alat-alat kantor.

Pengeluaran pemerintah untuk tujuan investasi dimasukkan ke dalam pengeluaran untuk pembentukan modal tetap domestik, seperti pengeluaran untuk membangun prasarana jalan, jembatan, dan jaringan irigasi.

c. Pengeluaran Investasi oleh Perusahaan

Investasi adalah pembentuk barang atau jasa untuk menghasilkan barang dan jasa lain. Pengeluaran investasi (I) merupakan pengeluaran untuk menambah barang modal tetap dan persediaan (stock) yang terdiri atas bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi.

Dalam perhitungan pendapatan nasional Indonesia, pengeluaran investasi oleh perusahaan bersama-sama dengan pengeluaran investasi oleh pemerintah dimasukkan ke dalam komponen pembentukan modal tetap domestik bruto dan komponen perubahan stock.

d. Pengeluaran untuk Pembelian Barang dan Jasa Ekspor oleh Masyarakat Luar Negeri

Pengeluaran masyarakat luar negeri untuk membeli barang dan jasa ekspor (X) dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional karena pengeluaran itu menaikkan nilai barang dan jasa yang diproduksi. Yang diperhitungkan dalam perhitungan pendapatan nasional adalah ekspor neto, yaitu selisih antara ekspor (X) dengan impor (M).

Dalam perhitungan pendapatan nasional Indonesia, pengeluaran ekspor neto dimasukkan ke dalam komponen ekspor barang-barang dan jasa-jasa dikurangi dengan impor barang-barang dan jasa-jasa.

Perhitungan pendapatan nasional Indonesia dengan pendekatan pengeluaran menghasilkan tabel yang oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dinamakan Pengeluaran Produk Domestik Bruto seperti yang tampak pada tabel berikut.

Tabel Produk Domestik Bruto Menurut Jenis Pengeluaran Produk Nasional Bruto dan Pendapatan Nasional Atas Dasar Harga Berlaku 1997 – 2000 (Milyar Rupiah)

Jenis Pengeluaran

(1)

1997

(2)

1998

(3)

1999

(4)

2000

(5)

Pengeluaran konsumsi rumah tangga

387.170,7

64.823,6

813.183,3

867.997,1

Pengeluaran konsumsi pemerintah

42.952,0

54.415,9

72.631,3

90.779,7

Pembentukan modal tetap domestik bruto

177.686,1

243.043,4

240.322,2

313.915,2

Perubahan stok 1)

21.615,1

(82.716,1)

(105.063,3)

(83.319,2)

Ekspor barang-barang dan jasa-jasa

174.871,3

506.244,8

390.560,1

497.518,9

Dikurangi: Impor barang-barang dan jasa-jasa

175.599,8

413.058,1

301.654,1

396.207,5

Produk Domestik Bruto

627.695,4

955.753,5

1.109.979,5

1.290.684,2

Pendapatan netto terhadap luar negeri atas faktor Produksi 2)

(18.355,0)

(53.893,7)

(78.896,7)

(89.256,4)

Produksi Nasional Bruto

609.340,3

901.859,8

1.031.082,8

1.201.427,8

Dikurangi: Pajak tak langsung netto

37.828,7

6.480,5

17.950,1

(37.820,3)

Dikurangi: Penyusutan

31.384,8

47.787,7

55.499,0

64.534,2

Pendapatan Nasional

540.126,9

847.591,6

957.633,7

1.174.713,9

Catatan:

1) Sisa

2) Angka negatif

Keempat komponen pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran menghasilkan rumus perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai berikut:

PDB = C + G + I + (X – M)

Rumus itu banyak digunakan dalam penetapan kebijakan ekonomi. Misalnya untuk meningkatkan PDB, pemerintah akan berusaha untuk meningkatkan pengeluaran-pengeluaran di sisi kanan persamaan tersebut, yaitu dengan cara berikut.

  • Meningkatkan pengeluaran konsumsi rumah tangga.
  • Meningkatkan pengeluaran pemerintah.
  • Meningkatkan investasi oleh perusahaan swasta (I).
  • Memperbaiki posisi neraca pembayaran (X – M).

4. Hubungan antara PDB, PNB, dan Pendapatan Nasional

Pada tabel penggunaan produk domestik bruto, perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) diikuti pula dengan perhitungan Produk Nasional Bruto (PNB) dan Pendapatan Nasional (National Income). Angka-angka PNB dan Pendapatan Nasional dalam tabel PBD tampak dalam tabel berikut.

Tabel Produk Domestik Bruto menurut Jenis Pengeluaran, Produk Nasional Bruto, dan Pendapatan Nasional Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha 1997-2000 (Milyar Rupiah)

Jenis Pengeluaran

(1)

1997

(2)

1998

(3)

1999

(4)

2000

(5)

Pengeluaran konsumsi rumah tangga

277.116,1

260.022,7

272.070,2

281.957,4

Pengeluaran konsumsi pemerintah

31.700,8

26.827,9

27.014,3

28.767,8

Pembentukan modal tetap domestik

bruto

139.725,5

93.604,7

75.467,9

88.948,5

Perubahan stok 1)

3.341,7

(6.386,9)

(8.571,9)

(16.138,3)

Ekspor barang -barang dan jasa-jasa

121.157,9

134.707,2

92.123,6

106.917,5

Dikurangi: Impor barang-barang dan jasa-jasa

139.796,1

132.400,7

78.546,4

92.822,6

Produk Domestik Bruto

433.245,9

376.374,9

379.557,7

397.666,3

Pendapatan neto terhadap luar negeri atas faktor Produksi 2)

(15.462,9)

(27.965,4)

(22.145,1)

(24.592,7)

Produksi Nasional Bruto

41.778.302,6

3.484.095,1

357.412,66

373.073,6

Dikurangi: Pajak tak langsung neto

10.022,1

85.891,8

112,618

(11.666,2)

Dikurangi: Penyusutan

662,3

818,7

9.777,9

19.883,3

Pendapatan Nasional

370.020,5

327.731,9

332.322,1

364.856,5

Catatan:

1) Sisa

2) Angka negatif

Tabel Produk Domestik Bruto, Produk Nasional Bruto, dan Pendapatan Nasional di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

  • Pendapatan neto terhadap luar negeri atas faktor produksi adalah selisih antara pendapatan yang diperoleh dari faktor produksi Indonesia di luar negeri dengan pengeluaran yang dibayarkan untuk faktor produksi asing di Indonesia.
  • Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak Pada umumnya para produsen dapat melimpahkan beban pajaknya kepada konsumen. Contoh pajak tidak langsung tersebut adalah Pajak Pertambahan nilai (PPn), Pajak penjualan atas barang mewah (PPn BM). Disebut pajak tidak langsung netto karena sudah dikurangi dengan subsidi.
  • Pengeluaran untuk pembentukan modal tetap dimaksudkan untuk digunakan dalam proses produksi, maka dari waktu ke waktu nilai modal tetap tersebut akan turun. Penurunan nilai modal tersebut dinamakan penyusutan.

Berdasarkan tabel tersebut di atas Produk Domestik Bruto ditambah dengan pendapatan neto terhadap luar negeri atas faktor produksi menghasilkan Produk Nasional Bruto. Sedangkan Produk Nasional Bruto dikurangi dengan pajak tidak langsung neto dan penyusutan akan menghasilkan Pendapatan Nasional.

F. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Tabungan, Konsumsi, dan Investasi

Untuk melaksanakan kebijakan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan nasional suatu negara, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang memengaruhi masing-masing komponen pendapatan nasional. Berikut akan dibahas aliran penggunaan pendapatan oleh rumah tangga-rumah tangga suatu negara dalam perekonomian tertutup sederhana. Perekonomian suatu negara dikatakan tertutup bila tidak mengenal hubungan dengan luar negeri sehingga tidak terdapat transaksi ekspor impor. Sedangkan perekonomian suatu negara dikatakan sederhana bila tidak mengenal transaksi ekonomi yang dilakukan pemerintah.

Dalam perekonomian tertutup sederhana, pendapatan nasional yang diterima oleh rumah tangga digunakan untuk hal berikut.

  1. Membeli barang dan jasa, yang disebut dengan pengeluaran konsumsi (C).
  2. Menabung, yang disebut dengan saving (S). Secara matematis dapat dirumuskan:

Y = C + S

Keterangan:

Y = Pendapatan Nasional

C = Konsumsi

S = Tabungan

Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa pendapatan hanya digunakan untuk belanja atau ditabung. Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan akan digunakan untuk menabung. Jumlah pendapatan yang digunakan untuk konsumsi, antara lain, tergantung pada hal berikut.

  1. Besarnya pendapatan rumah tangga setelah dikurangi pajak penghasilan dan potongan-potongan.
  2. Komposisi rumah tangga (jumlah dan umur anggota rumah tangga).
  3. Tuntutan lingkungan.

Sedangkan jumlah pendapatan yang ditabung tergantung pada hal berikut.

  1. Jumlah pendapatan yang diterima dan besarnya bagian yang akan dikeluarkan untuk konsumsi.
  2. Jumlah pendapatan yang ingin disimpan untuk tujuan berjaga-jaga dan menghadapi keadaan mendadak di waktu yang akan datang.
  3. Tingkat Bila tingkat bunga bank naik, orang cenderung mengurangi bagian pendapatan untuk tujuan konsumsi dan meningkatkan tabungan atau investasi.

Dalam jangka panjang, tabungan akan digunakan untuk pengeluaran investasi, tentunya setelah dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran mendadak. Oleh karena itu didapatkan rumus-rumus sebagai berikut:

Y = C + S dan Y = C + I sehingga I = S

Adapun faktor yang memengaruhi besarnya investasi antara lain sebagai berikut.

  1. Tingkat bunga (tingkat bunga merupakan harga modal). Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan perusahaan kurang berminat melakukan investasi, demikian pula sebaliknya.
  2. Kekuatan permintaan konsumen akan barang dan Permintaan konsumen yang kuat menyebabkan meningkatnya laba dan mendorong perusahaan untuk melakukan lebih banyak investasi pabrik dan mesin untuk memenuhi permintaan konsumen.

G. Pendapatan Per Kapita

1. Pengertian dan Kegunaan Pendapatan Per Kapita

Pendapatan nasional merupakan gambaran kemampuan suatu negara dalam sumber daya yang masih potensial untuk direalisir menjadi produk nasional. Indonesia yang mempunyai banyak sumber daya belum dapat sepenuhnya mengolah sumber daya itu menjadi produk. Semakin tinggi kemampuan suatu negara dalam mengolah potensi ekonominya, maka akan bertambah tinggi pula tingkat pendapatan nasional yang dapat diperoleh negara yang bersangkutan.

Pendapatan nasional tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya kriteria untuk melihat kemajuan suatu negara di bidang perekonomian. Pendapatan nasional pada satu tahun tertentu hanya menggambarkan keadaan statis pada waktu itu. Untuk melihat kemajuan ekonomi suatu negara perlu ada dua unsur, yaitu sebagai berikut.

  1. Pertambahan pendapatan nasional dari tahun ke tahun yang akan menggambarkan pertumbuhan ekonomi.
  2. Pendapatan per kapita yang akan menggambarkan pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara.

Jadi, kemajuan ekonomi selain diukur dengan pertambahan pendapatan nasional juga diukur dengan pertambahan pendapatan per kapita dari tahun ke tahun. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk per kapita (tiap orang) dalam suatu negara. Pendapatan per kapita diperoleh dengan membagi pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduknya. Dengan demikian diperoleh pendapatan tiap jiwa secara rata-rata dalam negara itu.

Pendapatan per kapita dapat dihitung dengan rumus berikut.

Pendapatan per Kapita = NY / ∑p

Keterangan:

NY = Pendapatan nasional (national income)

∑p = Jumlah penduduk (total population)

Meskipun dapat digunakan untuk mengukur kemajuan ekonomi suatu negara, pendapatan per kapita tidak dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu negara. Untuk melihat tingkat kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari:

  1. Pembagian (distribusi) pendapatan nasional. Apabila pendapatan nasional hanya menumpuk pada segelintir orang saja, maka negara itu tidak dapat dikatakan makmur walaupun pendapatan nasionalnya tinggi dan pendapatan per kapitanya tinggi.
  2. Persentase penduduk negara itu yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.
  3. Kemudahan memperoleh bahan-bahan kebutuhan hidup yang utama, seperti sandang, pangan, dan papan.
  4. Kemudahan memperoleh lapangan kerja dengan balas jasa yang setimpal.

2. Hubungan Pendapatan Nasional, Penduduk, dan Pendapatan Per Kapita

Dalam rangka mencapai kemakmuran suatu negara, usaha peningkatan pendapatan nasional merupakan suatu keharusan. Usaha peningkatan pendapatan nasional harus disertai dengan pengendalian pertumbuhan penduduk. Apabila pertumbuhan penduduk berlangsung tanpa kendali, peningkatan pendapatan per kapita tidak akan mencapai hasil yang memuaskan, bahkan bisa terjadi pendapatan per kapita akan menurun. Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan agar tingkat pertumbuhannya tidak melebihi pendapatan nasional.

Bagi Indonesia yang tingkat pertumbuhan penduduknya relatif tinggi, usaha pengendalian penduduk dilakukan dengan melaksanakan program keluarga berencana sebagai suatu kebijakan pemerintah. Di samping itu perlu pula diperhatikan nilai riil pendapatan. Mungkin saja nilai nominal pendapatan mengalami kenaikan, tetapi nilai riilnya menurun sebagai akibat kenaikan harga. Bagi negara-negara yang mengalami inflasi berat, pendapatan per kapita riil sulit ditingkatkan.

3. Perbandingan Laju PDB Indonesia dengan Laju PDB Luar Negeri

Untuk melihat tingkat kemajuan ekonomi Indonesia dalam dunia internasional, kita perlu membandingkan laju Produk Domestik Bruto Indonesia dengan beberapa negara di dunia baik dengan sesama negara berkembang maupun dengan negara-negara maju. Tabel berikut ini menggambarkan laju Produk Domestik Bruto beberapa negara di dunia dibandingkan dengan laju Produk Domestik Bruto Indonesia.

Tabel Laju Produk Domestik Bruto Beberapa Negara Menurut Harga Konstan 1997-2001

Negara

1997

1998

1999

2000

2001

Indonesia

4,7

-13,1

0,8

4,9

3,3

Malaysia

7,3

7,4

6,1

8,3

0,4

Filipina

0,2

0,6

3,4

4,0

3,4

Singapura

8,5

0,0

6,9

10,3

2,0

Muangthai

1,4

10,8

4,4

4,6

1,82

Pakistan

1,9

2,0

4,2

3,9

0,6

Korea Selatan

2,0

6,7

10,9

9,3

3,0

Jepang

1,8

1,0

0,7

2,2

0,4

India

4,8

6,5

6,1

4,0

5,4

Hongkong

5,0

-5,3

3,0

10,5

0,4

Sri langka

6,3

4,7

4,3

6,0

1,3

RRC

8,8

7,8

7,1

8,0

7,3

Bangladesh

5,4

5,2

4,9

5,9

5,2

Myanmar

5,7

5,8

10,9

6,2

Vietnam

8,2

4,4

4,7

6,1

5,8

Catatan:

1) Badan Pusat Statistik/BPS

2) International Monetary Fund (IMF) Database April 2002

Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa pada tahun 1997, laju pertumbuhan PDB Indonesia meskipun tidak terlalu tinggi, tetap menunjukkan angka positif sebesar 4,7% yang lebih tinggi daripada Jepang, Muangthai, Pakistan dan sebagainya. Tetapi memasuki tahun 1998, posisi laju pertumbuhan PDB Indonesia turun tajam mencapai -13,1%. Meskipun rata-rata negara lain juga mengalami penurunan, namun jika kita lihat pada tahun-tahun berikutnya (1999-2001) laju pertumbuhan PDB Indonesia begitu lambat. Hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi yang berkelanjutan bahkan meningkat menjadi krisis yang multi-dimensi. Tahun 2002 dan seterusnya diharapkan laju pertumbuhan PDB Indonesia mencapai peningkatan yang signifikan.

4. Pendapatan Per Kapita dan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi yang baik ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Jika pada tahun 1984 pendapatan per kapita Indonesia baru berkisar US$450 per tahun, kini sudah mencapai bilangan yang berkisar US$740. Dengan pendapatan per kapita sebesar itu, menurut klasifikasi Bank Dunia, Indonesia masih tergolong sebagai negara berpendapatan menengah ke bawah. Bank dunia (World Bank) mengelompokkan negara-negara di dunia berdasarkan pendapatan per kapitanya menjadi empat lapisan, yaitu kelompok negara berpendapatan rendah, kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah, kelompok negara berpendapatan menengah atas, dan kelompok negara berpendapatan tinggi.

Tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan pendapatan per kapita Indonesia dibandingkan dengan negara lain.

Tabel Perbandingan Beberapa Indikator Ekonomi Dasar, Indonesia, dan Beberapa Negara Lain

Negara

Pendapatan per Kapita (1993, US$)

Pertumbuhan PpK Per Tahun 1980 -1993

Indonesia

740

4,2 %

Filipina

850

-0,6 %

Thailand

2.110

6,4 %

Malaysia

3.140

3,5 %

Singapura

19.850

6,1 %

Brunei Darusalam

India

300

3,0 %

RRC

490

8,2 %

Amerika Serikat

24.740

1,7 %

Jepang

31.490

3,4 %

Sumber: World Development Report, 1995

Di dalam lingkup Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sampai dengan tahun 1993, pendapatan per kapita Indonesia termasuk yang terendah setelah India dan Cina. Bahkan masih lebih rendah daripada Filipina, yang akibat ketidakstabilan di dalam negeri, selama periode 1980-1993 mengalami pertumbuhan pendapatan per kapita negatif.

Perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik bila dibandingkan dengan India. Bukan saja karena pendapatan per kapita yang lebih tinggi, namun juga karena pertumbuhannya lebih cepat. Akan tetapi terhadap Cina, keadaan sebaliknya bisa terjadi. Meskipun produk nasional bruto per kapita Cina lebih rendah, pertumbuhan mereka akhir-akhir ini jauh lebih cepat. Sebagai perbandingan, selama periode 1980-1993 pendapatan per kapita Indonesia tumbuh 4,2 persen rata-rata per tahun, sementara pendapatan per kapita Cina melaju dengan 8,2 persen rata-rata per tahun untuk kurun waktu yang sama.

Pendapatan per kapita bukan merupakan satu-satunya tolok ukur untuk menilai tingkat kemakmuran suatu bangsa atau kesejahteraan rakyat sebuah negara. Pendapatan per kapita adalah sebuah konsep rata-rata dan belum memperhatikan distribusi pendapatan di kalangan penduduk. Sedangkan penilaian kesejahteraan penduduk di sebuah negara harus pula memperhatikan distribusi itu di kalangan penduduk.

Tolok ukur lain mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk sebuah negara juga dapat dilihat dari angka harapan hidup (life expectacy); rasio-dokter-penduduk (doctor-population-ratio); indeks mutu kehidupan secara fisik (physical quality life of index); dan masih banyak lagi.

Marilah kita simak sepintas berbagai tolok ukur lain tersebut untuk Indonesia serta perbandingannya dengan beberapa negara lain.

Umur rata-rata orang Indonesia, berdasarkan data tahun 1993, adalah 63 tahun. Angka ini, kendati lebih panjang daripada rakyat India yang hanya 61 tahun, masih termasuk yang terendah dalam lingkup ASEAN. Angka sejenis untuk Filipina; Thailand; Singapura; dan Brunei Darussalam masing-masing adalah 67,69,75 dan 74 tahun. Hal yang sama berlaku untuk angka kematian bayi dan jumlah dokter per 1000 penduduk (rasio dokter-penduduk). Begitu pula untuk persentase penduduk dewasa yang buta aksara.

Tingkat kesejahteraan penduduk dapat pula dilihat melalui alokasi pengeluaran konsumsinya. Semakin sejahtera penduduk suatu negara akan semakin kecil pengeluaran konsumsinya untuk pembelian bahan pangan.

Tabel Klasifikasi Negara Menurut Bank Dunia Berdasarkan Produk Nasional Bruto Per Kapita pada Tahun 1993

Kelompok Negara

PNB / Kapita (USD)

Berpendapatan Tinggi

> 8.625

Berpendapatan Menengah-Atas

2.786 – 8.625

Berpendapatan Menengah-Bawah

696 – 2.785

Berpendapatan Rendah

< 695

Sumber: World Development Report, 1995

Tabel Beberapa Tolok Ukur Kesejahteraan Non-Pendapatan Indonesia dalam Perbandingan Internasional

Tolok Ukur

Satuan

Tahun Acuan

Indonesia

India

RRC

Malaysia

Amerika Serikat

Jepang

Harapan hidup

Tahun

1993

63

61

69

71

76

80

Kematian bayi per 1000 kelahiran

Orang

1993

56

80

30

13

9

4

Jumlah dokter per 1000 penduduk

Orang

1998

0,2

0,4

1,4

0,4

2,4

1,6

Penduduk dewasa buta aksara

Persen

1990

23

52

27

22

Porsi pengeluaran untuk pangan

Persen

1991

48

52

61

23

10

17

Sumber: World Development Report, 1993 dan 1995