KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Berlomba-lomba Dalam Kebaikan ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah PAI yang berjudul Makalah Berlomba-lomba Dalam Kebaikan ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Berlomba-lomba Dalam Kebaikan ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Berlomba-lomba Dalam Kebaikan ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Indonesia, November 2024
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fastabiqul khairat adalah sebuah keadaan untuk dapat meningkatkan nilai ketakwaan kepada Allah SWT dengan melakukan berbagai kebaikan. Berlomba kepada kebaikan mengandung ajakan agar seseorang berusaha dan bersemangat menjadi orang pertama yang berbuat kebaikan. Kebaikan hendaknya dilakukan dengan tekad yang teguh dan terus menerus.
“Dan Kami turunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab (Al-Quran) dengan membawa kebenaran, untuk mengesahkan benarnya Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan sebelumnya dan untuk memelihara serta mengawasinya. Maka jalankanlah hukum di antara mereka (Ahli Kitab) itu dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (kepadamu), dan janganlah engkau mengikut kehendak hawa nafsu mereka (dengan menyeleweng) dari apa yang telah datang kepadamu dari kebenaran. Bagi tiap-tiap umat yang ada di antara kamu, Kami jadikan (tetapkan) suatu Syariat dan jalan ugama (yang wajib diikuti oleh masing-masing). Dan kalau Allah menghendaki niscaya Ia menjadikan kamu satu umat (yang bersatu dalam ugama yang satu), tetapi Ia hendak menguji kamu (dalam menjalankan) apa yang telah disampaikan kepada kamu. Oleh itu berlomba-lombalah kamu membuat kebaikan (beriman dan beramal soleh). Kepada Allah jualah tempat kembali kamu semuanya, maka Ia akan memberitahu kamu apa yang kamu berselisihan padanya”.
Ada kompetisi yang baik, ada juga yang buruk, bagaimana kompetisi dalam kebaikan menurut Islam? Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Namun sayang, banyak orang terjebak pada kompetisi semu yang hanya memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani. Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usaha-pekerjaan, kompetisi jabatan-kedudukan dan kompetisi lainnya, yang semuanya bak fatamorgana. Indah menggoda, tetapi sesungguhnya tiada. Itulah kompetisi yang menipu. Bahkan, hal yang sangat memilukan ialah tak jarang dalam kompetisi selalu diiringi “suudzon” buruk sangka, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Allah Swt. Lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain dalam kompetisi tersebut.
Lalu, bagaimanakah selayaknya kompetisi dalam kebaikan menurut ajaran Islam? Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an yang artinya :
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48).
Mengapa kita diperintahkan untuk berkompetisi dalam kebaikan? Paling tidak ada beberapa alasan, antara lain sebagai berikut. Pertama, bahwa melakukan kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan.
Kematian bisa datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Oleh karena itu, begitu ada kesempatan untuk berbuat baik, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling tolong-menolang, di sinilah perlunya kolaborasi atau kerja sama. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat baik. Tidak sedikit seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. Lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara istiqamah (konsisten). Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan. Allah Swt. bersabda dalam Al-Qur’an yang artinya:
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…” (Q.S. al-Maidah/5: 2)
Langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang baik adalah dengan memulai dari diri sendiri, dari yang terkecil, dan dari sekarang. Mengapa? Sebab inilah jalan terbaik dan praktis untuk memperbaiki sebuah bangsa. Kita harus memulai dari diri sendiri dan keluarga. Sebuah bangsa, apa pun hebatnya secara teknologi, tidak akan pernah bisa tegak dengan kokoh jika pribadi dan keluarga yang ada di dalamnya sangat rapuh.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud degan berlomba-lomba dalam kebaikan?
- Mengapa Allah SWT memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan?
- Mengapa kita harus ikhlas dalam berbuat kebaikan?
- apa saja gambaran berlomba-lomba dalam kebaikan?
C. Tujuan
- Mengetahui pengertian dari berlomba dalam kebaikan dalam pandangan islam.
- Mengetahui ayat al quran dan hadist yang menerangkan berlomba dalam kebaikan.
- Memahami alasan mengapa kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan.
- Mendeskripsikan bagaimana sikap kita sebagai manusia yang berakal dalam mengamalkan berlomba-lomba dalam kebaikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Mengenai Berkompetisi dalam Kebaikan
Allah swt tidak pernah memerintahkan manusia untuk saling bermusuhan, untuk saling membunuh, atau saling merusak, baik terhadap sesama muslim atau bukan sesama muslim. Allah swt memerintahkan manusia untuk menyembah-Nya, tidak menyekutuka-Nnya dengan sesuatu dengan berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama mahluk khususnya manusia, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan golongan.
Menolong atau meringankan penderitaan orang lain adalah salah satu bentuk perbuatan baik dan termasuk kebajikan. Berlomba-lomba dalam kebaikan dalam kehidupan bermasyarakatlah yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat. Hal ini sesuai dengan surah al-Fatir ayat 32 dimana manusia kelak akan mendapatkan akibatnya ketika hari akhir.
Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Ada kompetisi yang baik, ada juga kompetisi yang buruk. Namun pada saat ini banyak orang terjebak pada kompetisi semu yang hanya memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari keislaman. Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usaha-pekerjaan, kompetisi jabatan-kedudukan dan kompetisi lainnya. Bahkan, hal yang sangat memilukan ialah tak jarang dalam kompetisi selalu diiringi “suudzon” buruk sangka, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Allah Swt. Lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain dalam kompetisi tersebut. Lalu, bagaimana kompetisi dalam kebaikan menurut islam?
Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 48:
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَـٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًۭا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَـٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّۢ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةًۭ وَمِنْهَاجًۭا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ وَلَـٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًۭا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Artinya:
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)
Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.
Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.
Pada Q.S. al-Maidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting adalah semuanya beribadah dalam rangka mencari ridha Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Allah Swt tidak pernah memerintahkan manusia untuk saling bermusuhan, saling membunuh, atau saling merusak, baik terhadap milik sesama muslim maupun milik non muslim. Allah Swt memerintahkan manusia untuk menyembah-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu dengan berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama makhluk, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan golongan. Menolong atau meringankan penderitaan orang lain adalah salah satu bentuk perbuatan baik dan termasuk kebajikan.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan semangat yang tinggi. Allah akan membalas orang yang beriman, berbuat baik dan suka menolong dengan surga dan berada didalamnya kekal selama-lamanya.
Manusia merupakan makhluk social, yang kehidupannya saling membutuhkan manusia lain, bahkan membutuhkan makhluk Allah yang lain (binatang atapun tumbuhan). Sehingga manusia harus saling hidup rukun (saling tolong-menolong) dengan hamba Allah (dengan cara berlomba-lomba berbuat baik).
B. Hakikat Berkompetisi dalam Kebaikan
Allah swt. telah menyebutkan dalam Al-Quran mengenai berkompetisi dalam kebaikan yang telah dijelaskan di atas yaitu pada surat Al-Maidah ayat 48. Selain pada surat Al-Maidah Allah swt juga telah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 148:
وَلِكُلٍّۢ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ
Artinya:
“dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Al-Aufi mengakata dari Ibnu Abbas, “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri). Yang dimaksud dengan umat ialah para pemeluk agama. Dia berkata, “Setiap kabilah memiliki kiblat yang disukainya. Kiblat Allah ialah yang dihadapi oleh kaum mukmin”. Abu al-Aliyah berkata, “Kaum Yahudi memiliki kiblat yang dihadapinya dan kaum Nasrani pun memiliki kiblat yang dihadapinya. Dan Dia menunjukkanmu, wahai umat Islam, kepada kiblat, yaitu kiblat Ka’bah.” Ayat ini mirip dengan firman Allah, “Untuk: tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu jadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomb-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semua.” (Al-Maidah: 48) dari sana Allah berfirman, “ Di mana saja kamu berada, Allah akan mengumpulkan kamu semua. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Maksudnya, Dia Maha Kuasa untuk mengumpulkan kalian dari muka bumi, meskipun tubuh dan jasad kalian berpencar-pencar.
- Kandungan Surat Al-Baqarah ayat 148
Surah al-Baqarah ayat 148 menjelaskan bahwa setiap umat manusia memiliki kiblat untuk beribadah. Kiblat utama umat muslim adalah ka’bah yang ada di Masjidil Haram (Masjid al Haram). Sebelumnya umat manusia beribadah menghadap Baitul Mqdis (Bait al Maqdis) tetapi kaum yahudi mengolok-ngolok menyatakan bahwa umat islam meniru kiblat mereka. Dan Allah swt pun memerintahkan Rasulullah untuk mengahadap kiblat ke Masjidil Haram.
Allah swt memerintakan hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Selama masih ada kesempatan untuk berbuat baik, dan pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Untuk melaksanakan pesan utama dalam ayat ini tidak sulit, banyak sekali untuk berlomba kebaikan misalanya para fakir miskin, anak-anak yatim, pembangunan mesjid yang belum selesai pembangunannya, dsb. Dalam Al-Qur’an, Allah banyak berfirman mengenai perintahnya kepada umat manusia untuk berbuat kebajikan dan tolong-menolong dalam taqwa serta meninggalkan perbuatan jahat. sebagaimana yang tercermin dalam hadist Nabi saw yang berbunyi
عَنْ جَابِرٍ رَضِىَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لِلنَبِيِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ يَوْمَ اُحُدٍ: اَرَاَيْتَ اِنْ قُتِلْتُ فَاَيْنَ اَنَا ؟ قَالَ: فِى اْلَجنَةِ, فَاَلْقَى تَمَرَاتٍ كُنَ فِى يَدِه ثُمَ قَاتَلَ حَتَى قُتِلَ. متفق علي
Jabir r.a berkata: pada hari perang uhud, ada seorang bertanya kepada Nabi saw: Bagaimana pendapatmu kalau saya terbunuh dalam perang ini? Jawab Nabi: Di Sorga, maka segera orang itu membuang beberapa biji kurma yang masih sisa di tangannya dan sedang dimakan. Kemudian ia maju berperang, sehingga terbunuh mati. (Bukhari, Muslim)
Hadist ini menunjukkan bahwa berbuat baik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, kapan saja dan dimana saja selagi itu masih ada kesempatan. bahkan saat perang sekalipun jika masih ada kesempatan untuk berbuat baik maka hendaknya bersegeralah untuk melaksanakannya.
bahkan pentingnya berlomba-lomba dalam berbuat rasulullah tegaskan dalam hadist lainnya yaitu.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : اَنَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ: بَادِرُوا بِالْاَعْمَالِ الصَالِحَةِ فَسَتَكُوْنُ فِتَنٌ كَقِطَعِ الَليْلِ المظْلِمِ يُصْبِحُ الرَجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا وَيُمْسِى مُؤْمِنًا ويُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُنْيَا. رواه مسلم
Abu Hurairahr.a. berkata: Bersabda Nabi saw: segeralah melakukan amal salih, sebab akan menjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita ketika itu seorang mu’min pada pagi hari, tiba-tiba pada sore hari berbalik kafir, dan pada sore hari mu’min tiba-tiba pagi hari kafir. menukar agama karena sedikit keuntungan dunia yang sederhana. (Muslim).
Dalam hadits ini Rasulullah saw menegaskan kembali akan pentingnya menyegerakan berbuat baik, manusia tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi pada dirinya saat ketika datang pagi dan petang atau diantaraa keduanya. Hal tersebut dianalogikan secara tegas dalam bentuk kualitas keimanan diri kepada Allah SWT. sehingga dengan senantiasa terus melakukan amal kebaikan hal tersebut akan menjaga kualitas keimanan kiita kepada allah SWT
- Perilaku orang yang mencerminkan surat Al-Baqarah ayat 148:
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan beberapa perilaku orang yang mencerminkan surat Al-Baqarah ayat 148 yang berkaitan dengan perilaku berlomba-lomba dalam kebaikan, diantaranya:
- Bersikap jujur.
- Mencintai kebajikan.
- Menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi bekal di akhirat.
- Tetap berpegang teguh terhadap keyakinan dalam beragama islam.
- Berhati-hati dalam melakukan setiap pekerjaan, karena setiap pekerjaan akan dimintai pertanggung jawaban.
- Setiap melakukan sesuatu hendaknya memiliki arah dan tujuan yang jelas, yaitu mencari ridho Allah.
Sikap-sikap yang mencerminkan surat al-Baqarah ayat 148 diatas hendaknya mampu untuk kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita mampu memulai setiap perbuatan yang kita lakukan dengan sikap positif, agar segala sesuatu yang kita lakukan senantiasa mendapat petunjuk dan ridha allah swt.
Firman Allah yang masih berkaitan dengan berkompetisi dalam kebaikan yaitu terdapat pada surat An-Nahl ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَـٰلِحًۭا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌۭ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةًۭ طَيِّبَةًۭ ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
- Tafsir Surat An Nahl Ayat 97
Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Quran dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.
Rasulullah saw, bersabda yang artinya: Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasullullah saw bersabda :”Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah.” (Riwayat Ahmad).
Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mata jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasa kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.
Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun diakhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah, karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.
Rasulullah saw dalam haditsnya menjelaskan.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: اَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ: بَادِرُوا بِالْاَعْمَالِ سَبْعًا هَلْ تَنْتَظِرُوْنَ اِلاَ فَقْرًا مُنْسِيًا. اَوْغِنًى مُطْغِيًا,اَوْمَرَضًا مُفْسِدًا, اَوْهَرَمًا مُفْنِدًا, اَوْمَوْتًا مُجْهِزًا,اَوِالدَجَالَ,فَشَرُغَائِبٍ يُنْتَظَرُاَوِالسَاعَةَ فَالسَاعَةُ اَدْهَى وَاَمَرُ. رواه الترمذى
Abu Hurairah r.a berkata: bersabda Rasulullah saw: segeralah beramal kebaikan sebelum kedataangan tujuh perkara. Apakah yang kamu nantikan selain kemiskinan yangakan melupakan kamu dari kewajiban, atau kekayaan yang akan menimbulkan rasa congkak yang melampaui batas, atau penyakit yang merusak, atau tua yang menimbulkan pikun dan habis tenaga. Ataumatiyang menghabisi, atau dajjal. Maka ia sejahat-jahat yang dinantikan. Atau hari kiamat, dan hari kiamat itu lebih berat dan lebih sukar (Attirmidzi)
- Isi Kandungan Surat An Nahl Ayat 97
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam memiliki semangat terhadap kesetaraan antara laki laki dan perempuan. Sebagai contoh adalah kedudukan perempuan yang dalam tradisi masyarakat Arab waktu itu tidak berhak atas warisan kemudian Islam memperbaruinya dalam hal memberikan ketentuan tentang bagian warisan bagi kaum perempuan. Dalam ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah tidak membeda bedakan orang orang yang beriman dan beramal saleh baik laki laki atau perempuan kelak pasti ia akan mendapat pahala atau balasan yang sama dan lebih dari apa yang mereka kerjakan. Adapun orang orang yang berpaling dari mengingat Allah, sehingga dia tidak beriman dan tidak mengerjakan amal saleh maka dia senantiasa berada dalam kesusahan.
- Berkompetisi dalam Kebaikan pada Surat Al-Fathir ayat 32
ثُمَّ أَوْرَثْنَا ٱلْكِتَـٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌۭ لِّنَفْسِهِۦ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌۭ وَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِٱلْخَيْرَٰتِ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَضْلُ ٱلْكَبِيرُ
Artinya:
“kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.“
Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya Amat banyak dan Amat jarang berbuat kesalahan.
- Tafsir Surat Al-Fathir ayat 32
Berdasarkan ayat diatas melalui tafsir Ibnu Mas’ud berlomba-lomba dalam kebaikan dalam ayat ini dapat dijelaskan sebagai sebagaimana yang dieriwayatkan oleh Ath-Thabrani (983): Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Hakim bin Basyir menceritakan kepada kami, ia berkata: Amru bin Qais menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Isa dari Yazid bin Al Harits dari Syaqiq Abu Wa’il dari Abdullah bin Mas’ud bahwa ia mengatakan:
Umat ini terbagi sepertiga pada hari kiamat: sepertiga masuk Surga tanpa hisab, sepertiga dihisab dengan hisab yang ringan, dan sepertiga datang dengan membawa dosa-dosa besar. Lalu Allah bertanya, “Siapakah mereka?” Dan lebih mengetahui mereka. Maka para malaikat menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang datang dengan membawa dosa-dosa besar, hanya saja mereka tidak menyekutukan-Mu.” Maka Allah berfirman, “Masukkanlah mereka ke dalam rahmat-Ku yang luas.”
C. Membiasakan Diri Berlomba-Lomba Dalam Berbuat Kebaikan
Sebagai orang beriman hendaknya kita senantiasa mau mengingatkan sesamanya untuk berbuat kebaikan, yaitu dengan menjalankan hal tersebut Insya Allah segala bentuk kejahatan di muka bumi ini akan bias kita tanggulangi dan yang lebih pentingnnya lagi adalah kesatuan dan persatuan umat islam yang kokoh akan tercipta kekuatan yang dahsyat untuk mengalahkan kemungkaran sehingga dunia ini akan menjadi damai dan sejahtera dibawah lindungan Allah swt.
Berikut beberapa hal yang menjadi dasar sikap/perilaku yang menggambarkan berlomba-lomba dalam kebaikan.
- Membuat target dalam sehari untuk melakukan kebaikan sebanyak mungkin.
- Menghindari bersikap ceroboh atau melakukan kesalahan yang berulang.
- Menyerahkan hasil akhir penilaian kebaikan kepada Allah SWT.
- Bercermin dari kemajuan dan prestasi orang lain.
- Suka melakukan introspeksi diri dan tidak jemu belajar memperbaiki diri.
- Bekerja semaksimal mungkin demi mendapatkan manfaat bersama.
- Bersaing secara sehat dalam hal baik.
- Rajin belajar dan bertanya apabila mendapat kesulitan.
- Rajin menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Allah sangat menganjurkan bagi seluruh umat manusia untuk semaksimal mungkin dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari. terlebih, hal itu merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan oleh allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat kita simpulkan mengenai berlomba-lomba dalam kebaikan sebagai berikut:
- Berlomba-lomba dalam kebaikan menurut islam yaitu menaati dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan semangat yang tinggi, seperti yang telah dijelaskan dalam surat Al-Maidah ayat 48.
- Hakikat berlomba-lomba dalam kebaikan menurut surat Al-Baqarah ayat 148 Allah swt memerintakan hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Selama masih ada kesempatan untuk berbuat baik, dan pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Selain dalam surat Al-Baqarah, hakikat berlomba-lomba dalam kebaikan juga dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 97 dan Al-Fathir ayat 32.
- Perilaku orang yang mencerminkan berlomba-lomba dalam kebaikan menurut surat Al-Baqarah ayat 148 yaitu bersikap jujur, mencintai kebajikan, menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi bekal di akhirat, tetap berpegang teguh terhadap keyakinan dalam beragama islam, berhati-hati dalam melakukan setiap pekerjaan, karena setiap pekerjaan akan dimintai pertanggung jawaban, setiap melakukan sesuatu hendaknya memiliki arah dan tujuan yang jelas, yaitu mencari ridho Allah.
- Rasulullah saw menegaskan kembali akan pentingnya menyegerakan berbuat baik, manusia tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi pada dirinya saat ketika datang pagi dan petang atau diantaraa keduanya. Hal tersebut dianalogikan secara tegas dalam bentuk kualitas keimanan diri kepada Allah SWT.
- Beberapa hal yang menjadi dasar sikap/perilaku yang menggambarkan berlomba-lomba dalam kebaikan diataranya membuat target dalam sehari untuk melakukan kebaikan sebanyak mungkin, menghindari bersikap ceroboh atau melakukan kesalahan yang berulang, menyerahkan hasil akhir penilaian kebaikan kepada Allah SWT, mercermin dari kemajuan dan prestasi orang lain, suka melakukan introspeksi diri dan tidak jemu belajar memperbaiki diri, bekerja semaksimal mungkin demi mendapatkan manfaat bersama, bersaing secara sehat dalam hal baik, rajin belajar dan bertanya apabila mendapat kesulitan, rajin menuntut ilmu dan mengamalkannya.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Besar harapan penulis dari para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. 2012. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid I. Jakarta: Gema Insani.
Isawi, Muhammad Ahmad. 2009. Tafsir Ibnu Mas’ud. Jakarta: Pustaka Azzam.
RI, Departemen Agama. 2009. Al-quran dan Tafsirnya Jilid 5. Jakarta: Departemen Agama RI.
Amalia, Eva. 2012. Ayat-ayat Al-Quran Tentang Kompetisi dalam Kebaikan. http://evaemalia.file.edu/2012/12/ayat-ayat-alquran-tentang-kompetisi.html. Diakses pada tanggal 17 November 2024 pukul 01:44 WIB.
Anonim. 2012. Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 97-100. http://quran.com/35. Diakses pada tanggal 17 November 2024 pukul 01:44 WIB.