Makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, April 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Historiografi adalah kajian mengenai metode sejarawan dalam pengembangan sejarah sebagai disiplin ilmiah. Bentuknya berupa setiap karya sejarah mengenai topik tertentu. Historiografi tentang topik khusus melingkupi cara kerja sejarawan dalam mengkaji topik tersebut dengan menggunakan sumber, teknik, dan pendekatan teoretis tertentu. Para sarjana telah mendiskusikan historiografi dengan topik seperti “historiografi Indonesia”, “Historiografi Islam awal”, “Historiografi Tiongkok” serta berbagai pendekatan dan aliran, seperti sejarah politik dan sejarah sosial. Sejak abad ke-19, dengan bangkitnya sejarah akademis, mulai berkembang bentuk literatur historiografi. Sejauh mana sejarawan dipengaruhi oleh kelompok dan loyalitas mereka sendiri seperti kepada negara bangsanya menjadi permasalahan yang diperdebatkan.

Historiografi disampaikan sebagai hasil penyusunan imajinasi tentang masa lampau sesuai dengan jejak-jejak atau fakta yang ada. Penulisan historiografi memerlukan kemahiran dalam seni menulis. Kebebasan menulis dibatasi oleh sejumlah ketentuan akademis yang berlaku dan sikap kehati-hatian untuk menghindari penyampaian yang melebihi fakta. Sumber penulisan naskah di dalam historiografi dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer merupakan sumber informasi yang diciptakan pada waktu kejadian berlangsung, sedangkan sumber sekunder merupakan karya historis yang dibuat berdasarkan sumber-sumber primer.

Ketertarikan penelitian sejarawan berubah sepanjang waktu, dan telah ada pergeseran jauh dari diplomasi, ekonomi, dan politik tradisional menuju pendekatan yang lebih baru, khususnya sosial dan sejarah budaya. Sejak 1975 sampai 1995, proporsi profesor sejarah di universitas Amerika yang diidentifikasi dengan sejarah sosial naik dari 31 ke 41 persen, sedangkan proporsi sejarawan politik menurun dari 40 ke 30 persen. Pada 2007, dari 5.723 fakultas di departemen sejarah di universitas Britania, 1.644 (29%) mengidentifikasi dirinya dengan sejarah sosial dan 1.425 (25%) mengidentifikasi dirinya dengan sejarah politik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Ciri-ciri Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini adalah sebagai berikut:

  1. Apa pengertian historiografi?
  2. Apa saja ciri-ciri historiografi tradisional?
  3. Apa saja ciri-ciri historiografi kolonial?
  4. Apa saja ciri-ciri historiografi modern?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Ciri-ciri Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui pengertian historiografi.
  2. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi tradisional.
  3. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi kolonial.
  4. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi modern.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Historiografi

1. Pengertian Historiografi

a. Pengertian Historiografi Menurut Etimologi (Bahasa)

Dalam bahasa Sanskerta, historiografi merupakan gabungan dua kata yaitu history yang berarti sejarah dan grafi yang berarti deskripsi atau penulisan. Jadi historiografi berarti deskripsi (penulisan) sejarah. Dalam bahasa Yunani, historiografi terdiri atas historia yang artinya penyelidikan tentang gejala alam fisik, dan grafein yang bermakna sebuah gambaran, tulisan atau uraian.

b. Pengertian Historiografi Menurut Terminologi (Istilah)

Beberapa ahli yang memberikan pendapatnya tentang pengertian historiografi antara lain adalah:

  • Louis Gottschalk: historiografi merupakan suatu bentuk publikasi, baik itu dalam bentuk lisan maupun juga tulisan mengenai peristiwa kejadian atau kombinasi peristiwa-peristiwa di masa lampau.
  • Kuntowijoyo: historiografi adalah tahap menuliskan kembali suatu peristiwa sejarah sebagai sebuah bentuk catatan sejarah.
  • Dr. Ismaun, M.Pd.: Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang disebut sejarah.
  • Soejatmoko: Historiografi atau penulisan sejarah dalam ilmu sejarah merupakan titik puncak dari kegiatan penelitian oleh sejarawan. Dalam metodologi sejarah, historiografi merupakan bagian terakhirnya. Langkah terakhir, tetapi langkah tersebut adalah langkah terberat.
  • Abdurahaman Hamid dan Muhammad Saleh Majid: Historiografi adalah berbagai pernyataan mengenai masa silam yang telah disintesiskan selanjutnya ditulis dalam kisah sejarah.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa historiografi adalah cara untuk merekonstruksi suatu gambaran masa lampau berdasarkan data yang telah diperoleh yang didahului dengan penelitian. Historiografi adalah sebuah tahapan terakhir dalam sebuah metodologi penelitian sejarah yang dilakukan oleh seorang sejarawan. Hasil penelitiannya menghasilkan sebuah karya sejarah dapat berupa buku, film, diorama, dan lainnya. Karya sejarah inilah yang disebut historiografi.

2. Perkembangan Historiografi

Penulisan sejarah telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Dari tulisan yang sederhana hingga yang kompleks seperti sekarang ini, dari yang mitos hingga yang kritis. Historiografi di Indonesia diawali dari masa aksara, yakni ketika Indonesia telah mengenal tulisan. Karya –karya awal historiografi Indonesia berupa prasasti. Historiografi Indonesia dalam bentuk tulisan dimulai oleh Mpu Prapanca yang menulis kitab Negarakertagama.

Historiografi tradisional dianggap berakhir dengan hadirnya buku yang berjudul Cristische Beschouwing Van Sadjarah Van Banten (Sejarah Banten) yang disusun tahun 1662-1663 dalam bentuk tembang macapat, kemudian menjadi obyek penelitian Hoesein Djajadiningrat dan disusun sebagai disertasi doktor dalam bidang Bahasa dan Sastra Nusantara pada Universitas Leiden tahun 1913. Buku ini dianggap telah mulai kritis dan didasari fakta yang ada. Meski ada juga yang menganggap buku tersebut lebih condong untuk kepentingan penjajah Belanda. Historiografi kolonial berakhir setelah Indonesia merdeka. Waktu yang dianggap sebagai titik tolak historiografi modern Indonesia adalah dimulai sekitar tahun 1957, setelah diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia Pertama di Yogyakarta.

Historiografi adalah berbagai karya sejarah yang berkenaan dengan suatu tema. Karya sejarah adalah berbagai tulisan berupa: artikel jurnal, prosiding, dan buku yang bertemakan sejarah. Umumnya, historiografi dimaknai sebagai dua hal; penulisan sejarah dan sejarah dari penulisan sejarah. Sebagai contoh, historiografi revolusi kemerdekaan mencakup semua karya sejarah (artikel, buku, film, komik, maupun konten digital) yang membahas peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia di tahun 1945 hingga 1949. Ketika manusia mulai mengenal tulisan, mereka juga mulai menyadari apa yang terjadi dengan dirinya dan lingkungan sekitarnya. Perkembangan literasi yang terjadi pada abad ke-5 sebelum Masehi di Yunani memungkinkan terwujudnya historiografi yang kita kenal sekarang.

Sampai dengan abad ke-19, sejarah masih belum benar-benar diakui sebagai cabang ilmu di perguruan tinggi. Sejarah sebagai ilmu baru mulai diterima ketika sejarawan Jerman, Leopold Von Ranke (1799-1886), menganjurkan para ahli sejarah untuk meneliti dokumen-dokumen asli. Penelitian tersebut bertujuan agar pengetahuan sejarah menjadi objektif. Untuk menjadikan sejarah sebagai cabang ilmu yang memiliki metode dan metodologi, Ranke mengharuskan “wie es eigentlich gewesen (sejarah sebagaimana yang terjadi)”. Akan tetapi, pada saat yang sama, muncul penolakan dari para ahli humaniora untuk menggunakan metodologi ilmu pengetahuan alam yang saat itu sudah mapan.

Untuk memahami jiwa dan pikiran manusia, para ahli mengajukan metode hermeneutika (dari kata hermeneus yang artinya menafsirkan). Interpretasi atau penafsiran peristiwa melalui jalan pikiran para pelaku sejarah adalah cara utama yang dianjurkan oleh para ahli humaniora. Hasil dari metode hermeneutika adalah kisah atau narasi yang hidup dengan bertumpu pada teks. Di tahun 1960-an, para ahli sejarah mulai mempersoalkan dasar-dasar ilmu sejarah. Ketika itu, para sejarawan mengakui bahwa ciri utama dari sejarah dunia modern adalah perubahan sosial-ekonomi yang cepat. Namun, metode hermeneutika yang ketika itu menjadi andalan sebagian besar sejarawan tidak bisa lagi memberi penjelasan yang memuaskan mengenai perubahan-perubahan ini.

Karena itu, para sejarawan pun mulai menyuarakan pentingnya pendekatan multidisiplin dan interdisiplin. Multidisiplin adalah seorang peneliti mendalami satu tema dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu, sedangkan interdisiplin adalah kerja sama para peneliti dengan latar belakang ilmu yang berbeda untuk membahas satu tema. Kedua pendekatan ini akhirnya berhasil memperkaya karya sejarah sehingga mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di dalam masyarakat modern dengan lebih komprehensif.

Adanya perubahan dalam metode penelitian menyebabkan berkembangnya penulisan sejarah. Karena perubahan ini, sejak tahun 1960-an, historiografi sejarah mulai berkembang secara pesat. Keperluan untuk menjelaskan berbagai perubahan yang melanda masyarakat menyebabkan perluasan tema-tema penulisan sejarah. Sejak itu, karya-karya sejarah membahas berbagai hal yang terkait dengan kehidupan masyarakat modern. Kini, sejarah tidak lagi sekedar mencatat perubahan tentang kerajaan, negara, tokoh-tokoh penting, perang, ataupun peristiwa politik. Melainkan, sejarah juga membahas berbagai aspek lain dalam kehidupan bermasyarakat.

Karena modernisasi, kehidupan masyarakat juga mengalami perubahan yang cepat di berbagai aspek. Salah satunya adalah munculnya berbagai permasalahan masyarakat modern seperti korupsi, kriminalitas, kesenjangan sosial, kemiskinan, masalah lingkungan, pendidikan dan permasalahan lainnya. Menurut para sejarawan, berbagai masalah masyarakat itu perlu dijelaskan dari perspektif sejarah. Tujuannya adalah agar masyarakat tidak mengalami disorientasi. Dalam ilmu sejarah, yang dimaksud dengan disorientasi adalah hilangnya kemampuan untuk melihat kaitan antara apa yang terjadi di masa lalu dengan yang ada sekarang dan di masa yang akan datang.

Melalui penjelasan sejarah, masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tentang peristiwa di sekitar yang terjamin kebenarannya. Penjelasan sejarah terjamin valid karena didapat dari sumber sejarah dengan metodologi yang sesuai dengan kaidah keilmuan. Pengetahuan ini bisa menjadi landasan bagi masyarakat untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar mereka. Sebagai contoh adalah bencana banjir yang hampir setiap tahun melanda kota Jakarta. Melalui penelitian sejarah dapat diketahui bahwa masalah banjir sudah terjadi sejak abad 18, yaitu ketika kota Jakarta masih bernama Batavia. Sumber-sumber sejarah dari masa itu menunjukkan bahwa penggundulan hutan dan kebiasaan untuk membuang sampah ke sungai menjadi penyebab utama banjir.

Dalam konteks Indonesia, perkembangan dalam ilmu sejarah ditandai dengan munculnya historiografi sejarah sosial yang dipelopori oleh Sartono Kartodirdjo melalui karyanya tentang pemberontakan petani Banten 1888. Karya ini kemudian disusul oleh berbagai karya sejarah sosial lain yang ditulis oleh Taufik Abdullah, Onghokham, Kuntowijoyo, R.Z. Leirissa, dan sebagainya. Seiring berkembangnya historiografi sejarah sosial, mendorong perkembangan historiografi sejarah lainnya. Perkembangan ekonomi Indonesia pun memunculkan minat para sejarawan untuk mengkaji masalah ekonomi dengan dipelopori oleh Thee Kian Wie, Bambang Purwanto, dan Soegiyanto Padmo. Sementara itu, perhatian terhadap perkembangan dunia maritim juga telah menarik minat para sejarawan seperti A.B. Lapian, Susanto Zuhdi, Singgih Tri Sulistiyono dan sebagainya untuk menghasilkan historiografi sejarah maritim.

Selain beberapa contoh di atas, generasi baru sejarawan Indonesia yang muncul di abad ke-21 juga menjelajahi tema-tema sejarah baru yang semakin luas. Hasilnya, terbentuklah berbagai historiografi baru seperti sejarah lingkungan, sejarah bencana alam, sejarah kesehatan, sejarah perkotaan, sejarah gender, dan sebagainya. Penulisan sejarah yang menyentuh berbagai bidang kehidupan ini bisa terjadi karena sumber-sumber sejarah yang juga telah berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sebelum tahun 1960-an, sumber sejarah yang tersedia utamanya adalah sumber tertulis dan lisan. Sementara, saat ini sumber sejarah juga tersedia dalam bentuk rekaman suara, film, dan sumber digital. Dengan ini, historiografi pun memiliki jenis sumber dan kemungkinan penulisan yang lebih kaya dengan tema yang lebih luas. Perkembangan historiografi saat ini telah mencakup hampir semua aspek kehidupan masyarakat di abad ke-21. Karena hal tersebut, historiografi dapat semakin membantu sejarah dalam mencapai tujuannya, yaitu menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi terhadap manusia sebagai makhluk sosial dari waktu ke waktu.

3. Penyusunan Historiografi

Historiografi merupakan penulisan hasil penelitian dari susunan kejadian masa lampau. Penyusunan historiografi dilakukan dengan memberikan imajinasi terhadap kejadian masa lampau. Tiap kejadian dibentuk melalui pengolahan data yang telah diperoleh sebelumnya. Historiografi disusun dalam bentuk serialisasi dengan pendekatan kronologi, kausalitas dan imajinasi. Keteraturan penulisan sejarah peristiwa-peristiwa ditentukan oleh pendekatan kronologis. Dalam ilmu sejarah, urutan kronologi sangat penting dalam menjelaskan perubahan sosial. Kajian sejarah secara menyeluruh melibatkan kajian filosofis dan kajian historiografi. Kajian filosofis berkaitan dengan situasi masa lalu. Penjelasan mengenai masa lalu disampaikan melalui berbagai jenis tulisan yang memberikan gambaran mengenai peristiwa-peristiwa masa lalu. Sedangkan kajian historiografi berupa keterlibatan para sejarawan dalam berbagai kajian masa lalu tersebut.

4. Sumber Naskah Historiografi

a. Sumber Primer

Sumber primer merupakan bukti-bukti dalam bentuk tulisan tangan pertama mengenai sejarah yang dibuat pada waktu peristiwa terjadi. Penulisan sejarah dari sumber primer dilakukan oleh orang yang ada atau hadir pada peristiwa tersebut. Sumber primer dapat berbentuk catatan harian, korespondensi, dan surat kabar. Peninggalan atau naskah yang dibuat setelah kejadian oleh orang yang ada pada peristiwa tersebut juga termasuk dalam jenis sumber primer. Sumber primer memiliki tingkat keabsahan yang diragukan karena manusia memiliki sifat lupa atau memiliki keinginan untuk menulis ulang sejarah. Sumber primer juga dapat berupa bukti-bukti yang tak tertulis seperti temuan arkeologis.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder merupakan tulisan mengenai sejarah yang sesuai dengan bukti-bukti dari sumber primer. Bentuk sumber sekunder dapat berupa tulisan pada buku sejarah yang mengacu kepada buku harian atau arsip surat kabar. Sumber sekunder merujuk pada karya sejarah yang ditulis sesuai sumber-sumber primer dan merujuk pula pada sumber-sumber sekunder lainnya. Sebagian besar tulisan ilmiah yang diterbitkan pada masa sekarang adalah sumber sekunder. Sumber sekunder yang ideal memuat laporan peristiwa di masa lampau. Peristiwa yang disampaikan telah mengalami generalisasi, analisis, sintesis, interpretasi, dan evaluasi terlebih dahulu.

5. Syarat Penulisan Historiografi

Historiografi sebagai hasil penelitian atau sejarah ilmiah diukur setelah sejarawan menghasilkan karya tulisan yang beraneka ragam dari zaman ke zaman. Penulisan sejarah ilmiah dilakukan melalui proses yang menyeluruh secara intelektual, kritis, dan konstruktif. Pendekatan multidimensional untuk penulisan sejarah dalam keperluan praktis diungkapkan setelah menjelaskan teori dasar yang membangun historiografi. Penulis sejarah harus memahami filsafat sejarah spekulatif dan filsafat sejarah kritis sebagai perkembangan pemikiran sejarah. Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafat mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Tujuan dari filsafat sejarah spekulatif adalah menemukan struktur yang terkandung dalam proses sejarah secara keseluruhan. Penulisan historiografi perlu menjawab tiga persoalan mendasar yaitu pola atau irama yang dapat diamati, penggerak sejarah dan sasaran terakhir yang dituju oleh proses sejarah. Historiografi menjadi bagian dari kajian ilmu sosial dan humaniora sehingga para sejarawan juga mempertimbangkan penggunaan teori-teori ilmu sosial dalam historiografi. Teori sosial digunakan untuk meningkatkan mutu historiografi melalui perkembangan metodologi sejarah.

B. Historiografi Tradisional

1. Pengertian Historiografi Tradisional

Banyak ahli yang sepakat bahwa penulisan sejarah masa tradisional lebih merupakan ekspresi budaya daripada usaha untuk merekam sejarah. Artinya, penulisan sejarah pada masa ini tidak ditujukan untuk mendapatkan kebenaran sejarah melalui pembuktian fakta-fakta, melainkan diperoleh melalui pengakuan dan untuk diabadikan kepada penguasa. Oleh karena itu, historiografi tradisional tercipta unsur-unsur sastra yang menghasilkan karya mitologi dan imajinatif.

Penulisan Sejarah yang bercorak tradisional di Indonesia dimulai sejak masa kerajaan Hindu-Budha sampai masa perkembangan kerajaan- kerajaan Islam. Karya historiografi umumnya berupa prasasti, dan naskah-naskah kuno (babad dan hikayat) yang bertujuan supaya generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di masa lalu terutama di zaman kerajaan saat seorang raja memerintah suatu kerajaan. Prasasti biasanya berkaitan dengan ritual di suatu kerajaan, atau sebagai tanda peringatan sebuah momen peristiwa pada suatu kerajaan. Contohnya adalah Prasasti Yupa, Prasasti Ciareteun, Prasasti Kedukan Bukit, dll.

Babad merupakan nama yang digunakan di buku cerita sejarah atau kronik dalam tradisi penulisan sejarah suku bangsa. Biasanya penulis babad merupakan seorang pujangga keraton. Babad berisi unsur irasional, cerita bercampur mitos yang kadang-kadang dipenuhi dengan kiasan dan isyarat. Babad banyak menceritakan tentang sejarah kerajaan-kerajaan, pahlawan-pahlawan atau kejadian-kejadian tertentu. Babad berkembang pada masa Hindu-Budha dan Islam. Contoh karya tulisan historiografi masa Hindu-Budha adalah Babad Tanah Jawa, Babad Parahiangan, Kitab Pararaton, Babad Tanah Pasundan, Babad Sriwijaya, Kitab Negarakertagama, Babad Galuh, Kitab Ramayana, Mahabharata, dll.

Selain babad, pada masa Islam juga berkembang hikayat. Hikayat merupakan kesusastraan Melayu yang keseluruhan ceritanya didominasi oleh karya-karya yang bernuansa Islam. Hikayat memiliki dua arti dalam sastra Indonesia. Hikayat berarti cerita rekaan yang berbentuk prosa cerita yang panjang. Sedangkan dalam sastra Melayu, hikayat berarti sifat dari sastra lama yang sebagian besar mengisahkan mengenai kehebatan serta kepahlawanan tokoh-tokoh besar.

Pada masa Islam, karya historiografi sudah mulai mengenal kronologi, yakni menempatkan fakta peristiwa sejarah menurut urutan waktu kejadian, meskipun belum sepenuhnya diterapkan. Seperti halnya masa Hindu Budha, historiografi masa Islam masih sangat terlihat unsur mitos dan menekankan pada unsur kedaerahan. Contoh karya historiografi masa Islam adalah Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, Babad Demak, dan Babad Giyanti.

2. Ciri-ciri Historiografi Tradisional

  1. Istana sentris, artinya karya sejarah hanya dipusatkan pada kehidupan raja atau keluarga raja (keluarga istana), dan tidak mengangkat kehidupan masyarakat jelata (masyarakat umum).
  2. Religius magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib. Seorang raja dianggap sebagai wujud penjelmaan Dewa atau Tuhan, sehingga dianggap memiliki kekuatan magis atau gaib. Hal ini dimaksudkan agar rakyat menjadi patuh, takut dan taat pada segala perintah raja.
  3. Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat
  4. Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
  5. Bersifat regio-sentris atau kedaerahan (enocentrisme), artinya historiografi tradisional banyak menekankan pada budaya dan suku bangsa di kerajaan tersebut.
  6. Dalam penguraiannya banyak terjadi kesalahan-kesalahan, misalnya berkaitan waktu dan kaitannya dengan fakta sejarah, penggunaan kosa kata penggunaan nama dll.

3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Tradisional

Berdasarkan ciri-cirinya, historiografi memiliki kelebihan dan kekurangan, yakni:

a. Kelebihan Historiografi Tradisional
  • Penulisan bertujuan untuk meninggikan dan menghormati kedudukan raja, sehingga raja tetap dihormati, dipatuhi, dan dijunjung tinggi oleh rakyatnya.
  • Raja dianggap sebagai keturunan dewa dan penjelmaan dewa, sehingga memunculkan anggapan bahwa setiap perkataan raja adalah benar (sabda), sehingga segala perintah raja ditaati dan dituruti oleh rakyat.
b. Kekurangan Historiografi Tradisional
  • Dari isi penulisannya, raja dianggap memiliki kekuatan gaib (sakti).
  • Penulisan selalu dihubungkan dengan hal-hal gaib dan kepercayaan.
  • Penulisan hanya membahas tentang kehidupan bangsawan, sementara kehidupan rakyat sama sekali tidak dibahas.

C. Historiografi Kolonial

1. Pengertian Historiografi Kolonial

Historiografi kolonial adalah historiografi yang ditulis pada saat pemerintahan kolonial Belanda, yakni sejak zaman VOC (sampai ketika pemerintahan Hindia Belanda berakhir dan takluk kepada Jepang di tahun 1942). Penulisnya umumnya orang-orang Belanda atau Eropa. Fokus utama historiografi kolonial adalah kehidupan warga Belanda di Indonesia (Hindia Belanda, sebutan Indonesia masa penjajahan Belanda) misalnya aktivitas-aktivitas warga Belanda, pemerintahan kolonial, pegawai kompeni dan kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan tugasnya di Hindia Belanda.

Karena fokusnya adalah kepentingan Belanda, maka tulisan sejarah disusun menurut penafsiran dan pandangan Belanda. Banyak penulisan tentang perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda berlawanan dengan kenyataan yang sebenarnya. Contohnya tentang Pangeran Diponegoro, yang dalam Sejarah Indonesia dikenal sebagai tokoh pahlawan dan perlawanannya terhadap Belanda adalah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran serta dilandasi rasa cinta tanah air. Tapi dalam tulisan Belanda, Pangeran Diponegoro adalah seorang yang kejam dan pemberontak karena menentang pemerintah Belanda.

2. Ciri-ciri Historiografi Kolonial

  1. Merupakan sejarah orang Belanda di Hindia Timur (Indonesia).
  2. Sumber yang digunakan yaitu sumber dari pemerintah Belanda baik di negaranya maupun daerah jajahannya.
  3. Bersifat diskriminatif (membedakan), artinya bangsa Belanda yang serba mulia dan terhormat, orang-orang pribumi (Indonesia) diabaikan dan hanya dianggap sebagai alat untuk kepentingan Belanda.
  4. Bersifat Eropa-sentris dan fokusnya ke Belanda-sentris, artinya yang diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas bangsa Eropa (terutama orang-orang Belanda), pemerintahan kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orang-orang kulit putih).
  5. Menganggap bahwa Hindia Timur (Indonesia) belum memiliki sejarah sebelum kedatangan orang-orang Eropa/Belanda.
  6. Bentuk tulisan yaitu berupa laporan-laporan, yakni memori tulisan serah jabatan atau laporan khusus kepada pemerintah pusat di Batavia mengenai kekuasaan dan peluasan wilayah pejabat yang bersangkutan. Biasanya dilengkapi dengan data statistik dan pemetaan gambaran suatu daerah.
  7. Isinya berupa sejarah politik dan tokoh-tokoh besar.

3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Kolonial

a. Kelebihan Historiografi Kolonial
  • Historiografi kolonial memberikan penguatan proses naturalisasi historiografi Indonesia.
  • Kita mendapatkan gambaran fakta dan kejadian-kejadian di Indonesia masa Hindia Belanda, meskipun yang dominan adalah kepentingan Belanda.
  • Indonesia diperkaya dengan literatur historiografi yang dihasilkan kolonial Belanda.
b. Kekurangan Historiografi Kolonial
  • Hanya membahas aktivitas kolonial Belanda, sangat sedikit membahas kaum pribumi (orang Indonesia).
  • Umumnya isi karya historiografi menyesuaikan dengan penafsiran pihak Belanda, sehingga semua yang mereka lakukan semasa penjajahan Belanda adalah hal benar menurut Belanda.
  • Sangat sedikit membahas tentang proses jatuhnya kekuasaan Belanda.

4. Contoh Karya Historiografi Kolonial

  1. Reizen (Catatan Perjalanan) yang ditulis mulai tahun 1600-an oleh Nicholaus de Graff.
  2. Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia Belanda), terdiri dari 6 jilid yang diterbitkan secara bertahap pada tahun 1938, 1939, dan 1940. Editor utama dari buku ini adalah Dr. F.W. Stapel.
  3. Schets eener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie (Kondisi Ekonomi Hindia Belanda) karya G. Gonggrijp.
  4. Geschiedenis van den Indischen Archipel (Sejarah kepulauan Hindia) karya B.H.M. Vlekke.
  5. Geschiedenis van Indonesie (Sejarah Indonesia) karya H. J. de Graaf.
  6. History of Java (Sejarah Jawa (1817) karya Thomas S. Raffles.

D. Historiografi Modern

1. Pengertian Historiografi Modern

Penulisan sejarah pada masa ini ditandai dengan adanya peranan Indonesia sebagai pemeran dan pelaku utama dalam Historiografi (Indonesia-sentris). Artinya, sejarah Indonesia ditulis berdasarkan pengalaman dan sudut pandang orang Indonesia sendiri, bukan lagi berdasarkan pandangan kolonial atau penguasa semata. Seminar Nasional Sejarah I tahun 1957 di Yogyakarta dianggap sebagai kebangkitan penulisan sejarah nasional Indonesia. Dalam seminar itu dibahas tentang dorongan untuk menulis sejarah yang berorientasi Indonesia.

Penulisan karya historiografi modern ditandai dengan metode kritis serta kaidah-kaidah ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Historiografi nasional juga menggunakan berbagai disiplin ilmu (multidimensional) serta sumber- sumber sejarah yang lebih lengkap. Selain itu, bahan tulisan sejarah bukan lagi hanya mengisahkan para raja dan orang besar lainnya, melainkan juga rakyat kecil dan orang kebanyakan yang juga berperan dalam kisah sejarah secara keseluruhan.

2. Ciri-ciri Historiografi Modern

  1. Sudut pandang Indonesia sentris, yakni berpusat pada kehidupan masyarakat Indonesia.
  2. Bersifat kritis analitis dengan menggunakan pendekatan multidimensional.
  3. Hasil penulisan merupakan perbandingan dari berbagi sumber baik itu sumber kolonial maupun sumber lokal.
  4. Penulisnya adalah orang-orang akademisi/kritis dalam bidang bahasa, kesusastraan dan kepurbakalaan.
  5. Tidak hanya mengangkat sejarah orang-orang besar dan negara saja, tetapi lebih pada kemanusiaannya, yaitu kebudayaan.
  6. Cara pandang yang digunakan dalam melihat peristiwa tidak lagi dari satu sisi melainkan memandang suatu peristiwa dari berbagai sudut pandang. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya subjektifitas dalam menuliskan sejarah
  7. Menonjolkan peran bangsa Indonesia.
  8. Mengungkapkan dinamika masyarakat dari setiap aspek kehidupan yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk memperkaya penulisan tentang sejarah Indonesia.

3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Modern

Berdasarkan ciri-ciri di atas, maka kelebihan dan kekurangan historiografi modern antara lain:

a. Kelebihan Historiografi Modern
  • Mengubah pandangan religio-magis dan kosmologis (kepercayaan pada hal-hal yang berkaitan mistis/gaib) menjadi pandangan yang bersifat ilmiah.
  • Memakai penulisan sejarah kritis.
  • Memakai pendekatan multidimensi.
  • Memakai dinamika masyarakat Indonesia dan seluruh aspek kehidupan.
b. Kekurangan Historiografi Modern
  • Belum bisa menjelaskan sejarah dengan maksimal.
  • Cenderung kurang fleksibel karena terlalu berpedoman terhadap metode ilmiah.
  • Belum tentu bertujuan untuk peningkatan rasa nasionalisme, kadang- kadang hanya berfokus untuk tujuan akademis.

4. Karya Historiografi Modern

Karya yang dihasilkan pada masa historiografi modern sangat banyak dan lebih beragam. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI, karya A.H. Nasution.
  2. Sejarah Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme (editor: Sartono Kartodirdjo).
  3. Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI (editor: Sartono Kartodirdjo).
  4. Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali.
  5. Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono Kartodirdjo.
  6. Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Historiografi adalah deskripsi /penulisan atau karya sejarah yang telah melalui tahapan penelitian sejarah. Perkembangan historiografi Indonesia dimulai sejak masa Hindu Budha (historiografi tradisional), kemudian berkembang ke masa kolonial Belanda (historiografi kolonial), dan setelah Indonesia merdeka beralih ke historiografi nasional (modern). Historiografi tradisional memiliki ciri-ciri antara lain; istana sentris, religius magis, feodalisme dan regio sentris.

Historiografi kolonial adalah karya historiografi yang ditulis pada masa VOC hingga masa pemerintahan Belanda berakhir di Indonesia. Fokus utama historiografi kolonial adalah aktivitas kehidupan orang-orang dan pemerintahan Belanda di Indonesia (masa Hindia Belanda). Historiografi kolonial bercirikan antara lain Eropa-Belanda-sentris dan diskriminatif. Kelebihan Historiografi kolonial bahwa dalam penyusunannya berorientasi fakta-fakta dan kejadian-kejadian. Kelemahan Historiografi kolonial adalah hanya menulis seputar pemerintahan Hindia Belanda, tanpa menulis tentang orang-orang pribumi. Karya historiografi kolonial antara lain Reizen (Catatan Perjalanan), Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia Belanda), dan Schets eener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie (Kondisi Ekonomi Hindia Belanda).

Ciri-ciri historiografi modern antara lain Indonesia sentris, kritis analitis, multidisiplin ilmu. Contoh karya historiografi modern adalah Sejarah Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme dan imperialisme (editor: Sartono Kartodirdjo). Kelebihan historiografi modern adalah lebih ilmiah dan kritis. Kekurangan historiografi modern antara lain kadang terlalu kaku dan terlalu berpedoman terhadap metode ilmiah.

B. Saran

Dalam dua dasawarsa terakhir, perkembangan ilmu sosial di Indonesia sangat pesat, termasuk di dalamnya ilmu sejarah. Dari sudut pandang kesenjangan 23 antar generasi, generasi sekarang sangat memahami Zeitgeist (jiwa zaman) seluruh gejolak dan keresahan yang terjadi saat ini. Untuk itu, keunggulan para sejarawan generasi ini adalah sejarawan sekaligus generasi milenial. Masa depan historiografi Indonesia berada di tangan para sejarawan milenial. Banyak di antara para sejarawan muda tersebut dididik dalam tradisi akademik Eropa dan Amerika. Hal ini memungkinkan pendekatan, metodologi dan tema yang sangat beragam. Situasi inilah yang diharapkan mendorong historiografi Indonesia semakin mandiri dan tidak bergantung kepada “mazhab-mazhab” tertentu dalam ilmu sejarah. Tentu saja, sikap kritis tetap harus diberi tempat dalam perkembangan disiplin ilmu sejarah.

DAFTAR PUSTAKA

Adil M. & Ratna Hapsari. 2017. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Farid, Samsul dan Taufan Harimurti. 2016. Sejarah untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: Yrama Widya.

Gottschalk, Louis. 2007. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press.

Hapsari, Ratna. 2014. Sejarah Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Hermawan dkk. 2016. Sejarah 1 Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA Kelas X. Jakarta: Yudistira.

Kuntowijoyo. 2009. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Download Contoh Makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern.docx