Makalah Keanekaragaman Hayati

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Keanekaragaman Hayati ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Keanekaragaman Hayati ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Keanekaragaman Hayati ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Keanekaragaman Hayati ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, Oktober 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diperkirakan lebih dari satu juta jenis makhluk hidup mendiami atau pernah mendiami planet bumi kita. Baik jenis-jenis tumbuhan, hewan, jamur, jasad renik maupun organisme lain merupakan sumber kekayaan keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya. Kegiatan penelitian dan pengumpulan data tentang sumber daya alam hayati, yang dikenal dengan istilah bioprospeksi, terus digalakkan. Ini merupakan upaya yang berkelanjutan baik untuk tujuan pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam ataupun untuk kepentingan komersial. Dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh para ilmuwan yang diikuti dengan pengembangan ilmu pengetahuan memberikan potret biodiversitas, gambaran tentang kekayaan keanekaragaman sumber daya alam hayati.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tidak ternilai. Indonesia memiliki jumlah spesies mamalia tertinggi di dunia, sekitar 515 spesies atau 12% dari mamalia dunia. Dengan sekitar 600 spesies reptilia dan sekitar 270 spesies amfibi yang ada, menempatkan Indonesia di posisi ke tiga di dunia untuk kekayaan keanekaragaman reptilia dan pada posisi ke lima untuk kekayaan keanekaragaman amfibi. Jumlah spesies kupu-kupu di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, 121 spesies, 44% di antaranya endemik (Djalal Tanjung, 2002).

Masih banyak potensi lain yang perlu digali dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negeri dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Tinggal bagaimana kita mengelola dan memanfaatkan potensi tersebut. Dengan mempelajari keanekaragaman hayati, diharapkan kalian mengetahui potensi kekayaan keanekaragaman hayati, mampu memanfaatkan dengan bijak dan ikut berperan aktif dalam melestarikan keanekaragaman hayati demi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Keanekaragaman Hayati ini adalah sebagai berikut:

  1. Apa pengertian keanekaragaman hayati?
  2. Bagaimana tingkat keanekaragaman hayati?
  3. Bagaimana keanekaragaman hayati di Indonesia?
  4. Bagaimana peranan keanekaragaman hayati dalam kehidupan manusia?
  5. Bagaimana peranan manusia terhadap keanekaragaman hayati?
  6. Bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Keanekaragaman Hayati ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui pengertian keanekaragaman hayati.
  2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hayati.
  3. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati di Indonesia.
  4. Untuk mengetahui peranan keanekaragaman hayati dalam kehidupan manusia.
  5. Untuk mengetahui peranan manusia terhadap keanekaragaman hayati.
  6. Untuk mengetahui usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN

 

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati disebut juga biodiversitas. Kata ini merupakan serapan langsung dari kata biodiversity. Keanekaragaman hayati terbentuk karena adanya keseragaman (kesamaan) dan keberagaman (perbedaan) sifat atau ciri makhluk hidup. Keanekaragaman hayati merupakan pernyataan mengenai berbagai macam (variasi) bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terdapat pada berbagai tingkatan makhluk hidup.

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994, keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga elemen, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.

Keanekaragaman dapat dilihat antara lain dari perbedaan bentuk, ukuran, warna, jumlah, dan faktor fisiologis. Makhluk hidup yang ada di dunia ini beraneka ragam dalam berbagai tingkatan. Makhluk hidup berbeda-beda pada tingkat genetik, spesies, bahkan pada tingkat yang lebih luas, yaitu pada tingkat ekosistem.

B. Tingkat Keanekaragaman Hayati

Dari sekian banyak organisme yang menghuni bumi, tidak ada sepasang pun yang benar-benar sama untuk segala hal. Kenyataan tersebut menunjukkan kepada kita, bahwa di alam raya dijumpai keanekaragaman makhluk hidup atau disebut juga keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Keseluruhan gen, jenis dan ekosistem merupakan dasar kehidupan di bumi.

Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan maka keanekaragaman hayati perlu dipelajari dan dilestarikan. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati di permukaan bumi mendorong ilmuwan mencari cara terbaik untuk mempelajarinya, yaitu dengan klasifikasi.

1. Keanekaragaman Gen

Gen atau plasma nutfah adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di dalam lokus kromosom. Setiap individu makhluk hidup mempunyai kromosom yang tersusun atas benang-benang pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti sel. Sehingga seluruh organisme yang ada di permukaan bumi ini mempunyai kerangka dasar komponen sifat menurun yang sama. Kerangka dasar tersebut tersusun atas ribuan sampai jutaan faktor menurun yang mengatur tata cara penurunan sifat organisme. Walaupun kerangka dasar gen seluruh organisme sama, namun komposisi atau susunan, dan jumlah faktor dalam kerangka bisa berbeda-beda. Perbedaan jumlah dan susunan faktor tersebut akan menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen.

Di samping itu, setiap individu memiliki banyak gen, bila terjadi perkawinan atau persilangan antar individu yang karakternya berbeda akan menghasilkan keturunan yang semakin banyak variasinya. Karena pada saat persilangan akan terjadi penggabungan gen-gen individu melalui sel kelamin. Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman gen semakin tinggi. Contoh keanekaragaman tingkat gen ini adalah tanaman bunga mawar putih dengan bunga mawar merah yang memiliki perbedaan, yaitu berbeda dari segi warna bunga.

Dalam perkembangannya, faktor penentu tidak hanya terdapat pada gen saja, melainkan ada juga faktor lain yang berperan mempengaruhi keanekaragaman hayati ini, yaitu lingkungan. Sifat yang muncul pada setiap individu merupakan interaksi antara gen dengan lingkungan. Dua individu yang memiliki struktur dan urutan gen yang sama, belum tentu memiliki bentuk yang sama pula karena faktor lingkungan mempengaruhi penampakan (fenotipe) atau bentuk.

Misalnya, orang yang hidup di daerah pegunungan dengan orang yang hidup di daerah pantai memiliki perbedaan dalam hal jumlah eritrositnya. Jumlah eritrosit orang yang hidup di daerah pegunungan lebih banyak dibanding yang hidup di pantai disebabkan adaptasi terhadap kandungan oksigen di lingkungannya. Di daerah pegunungan lebih rendah kandungan oksigennya dibandingkan di daerah pantai. Sehingga fenotipe pipi orang pegunungan umumnya lebih kemerahan dibanding orang pantai.

2. Keanekaragaman Jenis

Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (inter hibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis. Perbedaan antar spesies organisme dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies.

Dalam keluarga kacang-kacangan kita kenal kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau, kacang kapri, dan lain-lain. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut kita dapat dengan mudah membedakannya karena di antara mereka ditemukan ciri khas yang sama. Akan tetapi, ukuran tubuh atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji, serta rasanya berbeda. Contoh lainnya terlihat keanekaragaman jenis pada pohon kelapa, pohon pinang dan juga pada pohon palem.

3. Keanekaragaman Ekosistem

Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Setiap makhluk hidup hanya akan tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang sesuai. Pada suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk hidup lain yang sesuai. Akibatnya, pada suatu lingkungan akan terdapat berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan secara damai. Mereka seolah-olah menyatu dengan lingkungan tersebut. Pada lingkungan yang sesuai inilah setiap makhluk hidup akan dibentuk oleh lingkungan. Sebaliknya, makhluk hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan membentuk lingkungan tersebut. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya akan terjadi interaksi yang dinamis.

Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda. Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Ada ekosistem hutan hujan tropis, hutan gugur, padang rumput, padang lumut, gurun pasir, sawah, ladang, air tawar, air payau, laut, dan lain-lain. Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah bervariasi baik mengenai kualitas komponen tersebut maupun kuantitasnya. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya keanekaragaman ekosistem di muka bumi ini. Antar komponen ekosistem hidup berdampingan tanpa saling mengganggu, dan apabila terjadi kepunahan atau gangguan terhadap salah satu anggotanya maka akan mengganggu kelangsungan hidup organisme lainnya. Suatu perubahan yang terjadi pada komponen-komponen ekosistem ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan (homeostasis) ekosistem tersebut.

Sebagai suatu sistem, di dalam setiap ekosistem akan terjadi proses yang saling terkait. Misalnya, pengambilan makanan, perpindahan energi atau energetika, daur zat atau materi, dan produktivitas atau hasil keseluruhan ekosistem. Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem adalah pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai, pohon aren tumbuh di pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah.

C. Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversitas) terbesar di dunia. Hal ini dipengaruhi oleh posisi geografis Indonesia yang sangat menguntungkan, yaitu terletak di antara dua benua. Benua yang mengapitnya ini adalah benua Asia dan benua Australia. Selain itu, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas beribu-ribu pulau. Setiap pulau di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda, baik hewan maupun tumbuhannya. Hal ini pulalah yang menyebabkan adanya hewan maupun tumbuhan yang endemik.

Endemik merupakan makhluk hidup yang hanya hidup di satu daerah saja atau khas di suatu daerah. Contohnya, bunga bangkai (Amorphophallus titanum) yang dapat ditemukan di daerah Sumatra dan bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldii) yang ditemukan di Bengkulu. Keanekaragaman hayati di Indonesia ini tidak hanya mencakup hewan dan tumbuhan saja, akan tetapi mencakup lima kingdom, yaitu keanekaragaman Protista, Monera, Fungi (jamur), Plantae (tumbuhan), dan Animalia (hewan). Di Indonesia, jenis jamur yang telah diidentifikasi berkisar antara 4.250–12.000 jenis; tumbuhan berbiji, sekitar 20.000 spesies; lumut 3.000 spesies; tumbuhan paku 4.000 spesies; Mammalia 515 spesies; kupu-kupu 121 spesies; Reptilia, lebih dari 600 spesies; burung 1.519 spesies; dan Amphibia 270 spesies (Indonesian Heritage: Wild live, 1996).

1. Keanekaragaman Tumbuhan di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan tumbuhan (flora) terbesar di dunia. Hal ini dipengaruhi letak geografis Indonesia seperti telah disebutkan sebelumnya. Letak geografis ini pun memengaruhi persebaran tumbuhan di setiap daerah atau pulau. Berikut ini adalah beberapa keanekaragaman tumbuhan Indonesia berdasarkan dari jenisnya.

a. Bryophyta (Lumut)

Kondisi dasar hutan yang basah dan lembap di hutan hujan tropis merupakan habitat yang sangat cocok untuk habitat Bryophyta. Indonesia memiliki iklim tropis dan memiliki hutan hujan tropis yang sangat luas, sehingga dapat menampung cukup banyak spesies anggota Bryophyta. Kurang lebih 1.500 spesies Bryophyta terdapat di Indonesia yang terdiri atas golongan lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk. Berikut adalah beberapa contoh Bryophyta yang ada di Indonesia.

b. Pterydophyta (Tumbuhan Paku)

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang cukup mendominasi di hutan hujan tropis. Dengan kondisi lingkungan yang basah dan lembap, tumbuhan paku tersebar di seluruh wilayah hutan hujan tropis Indonesia. Di wilayah Malesiana, termasuk Indonesia di dalamnya, terdapat 4.000 spesies tumbuhan paku. Tumbuhan paku ini dapat ditemukan di mana-mana karena tumbuhan paku dapat hidup di tanah, kayu mati, pohon, bahkan di batu. Beberapa contoh paku yang ada di Indonesia antara lain Selaginella sp., Lycopodiella cernua, Hymnophillum, dan Gleichenia. Beberapa jenis tumbuhan paku memiliki nilai ekonomis. Misalnya, Asplenium nidus (paku sarang burung) dan Platycerium (paku tanduk rusa) yang digunakan sebagai tanaman hias.

c. Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)

Tumbuhan berbiji ini merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai dengan berbagai jenis dan bentuknya. Pada vegetasi Malesiana saja terdapat kurang lebih 25.000 spesies yang termasuk golongan spermatophyta. Tumbuhan berbiji ini dibagi ke dalam dua kelompok yaitu angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka). Indonesia dengan iklim tropisnya memiliki cukup banyak spesies dari kedua golongan tersebut seperti familia Dipterocarpaceae, familia ini merupakan tumbuhan yang cukup mendominasi hutan hujan tropis, tingginya bisa mencapai 70 meter. Selain itu, bunga-bunga yang khas dari Indonesia, antara lain bunga bangkai yaitu (Amorphophallus titanum) Raflesia arnoldii, dan bunga cempaka (Michellia sp.). Beberapa contoh Gymnospermae yang ada di Indonesia adalah Pinus merkusii, Ginkgo biloba, dan Cycas.

2. Keanekaragaman Hewan di Indonesia

Jenis-jenis hewan yang ada di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 220.000 jenis yang terdiri atas lebih kurang 200.000 serangga (±17% fauna serangga di dunia), 4.000 jenis ikan, 2.000 jenis burung, serta 1.000 jenis reptilia dan amphibia. Pembagian fauna menjadi dua kelompok didasarkan pada adanya Paparan Sunda dan Paparan Sahul menjadi lebih jelas lagi daripada pembagian flora. Di sini dapat ditarik garis pemisah yang lebih jelas yang disebut garis Wallace (ditemukan oleh Alfred Russel Wallace).

Beberapa jenis hewan, seperti ikan tawar dari kelompok timur dan barat penyebarannya tidak pernah bertemu. Akan tetapi, ada pula hewan-hewan, seperti burung, amphibia, dan reptilia yang sering kali antara penyebaran kelompok timur dan barat saling tumpang-tindih. Paparan sunda sangat kaya akan berbagai jenis mamalia dan burung, diperkirakan di kawasan ini terdapat ratusan jenis burung dan 70% di antaranya merupakan penghuni hutan primer darat, keanekaragaman ini jauh lebih tinggi daripada di Afrika.

Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh garis Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makassar menuju ke selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, garis Wallace memisahkan wilayah Oriental (termasuk Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur).

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Weber, seorang ahli zoologi dari Jerman. Menurut Weber, hewan-hewan yang ada di Sulawesi tidak semuanya tergolong kelompok hewan Australia karena ada juga yang memiliki sifat-sifat Oriental sehingga Weber berkesimpulan bahwa hewan-hewan Sulawesi merupakan hewan peralihan. Weber kemudian membuat garis pembatas yang berada di sebelah timur Sulawesi memanjang ke utara menuju Kepulauan Aru yang kemudian dikenal dengan nama garis Weber. Sebagai bukti, Sulawesi merupakan wilayah peralihan, contohnya, di Sulawesi terdapat Oposum dari Australia dan kera Macaca dari Oriental.

a. Persebaran Fauna Daerah Oriental

Fauna daerah Oriental yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Kalimantan serta pulau-pulau di sekitarnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Banyak spesies mamalia berukuran besar, seperti badak, gajah, banteng, dan harimau. Terdapat pula mamalia berkantung, tetapi jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
  2. Terdapat berbagai macam kera, terutama di Kalimantan yang paling banyak memiliki primata, misalnya, orang utan, kukang, dan bekantan.
  3. Burung-burung yang dapat berkicau, tetapi warnanya tidak seindah burung Australia, misalnya, jalak bali (Leucopsar rothschildi), murai (Myophoneus melurunus), ayam hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), dan ayam pegar (Lophura bulweri).
b. Persebaran Fauna Daerah Indonesia Bagian Timur

Fauna daerah Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, dan Nusa Tenggara relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri yang dimilikinya adalah sebagai berikut.

  1. Mamalia berukuran kecil. Di Irian dan Papua terdapat kurang lebih 110 spesies mamalia, misalnya, kuskus (Spilocus maculates) dan Oposum. Di Irian juga terdapat 27 hewan pengerat (rodensial), dan 17 di antaranya merupakan spesies endemik.
  2. Banyak hewan berkantung. Di Irian dan Papua banyak ditemukan hewan berkantung, seperti kanguru (Dendrolagus ursinus).
  3. Tidak terdapat spesies kera. Spesies kera tidak ditemukan di daerah Australia, tetapi di Sulawesi ditemukan banyak hewan endemik, misalnya, primata primitif Tarsius spectrum, musang (Macrogalida musschenbroecki), babirusa, anoa, maleo, dan beberapa jenis kupu-kupu.
  4. Jenis burung berwarna indah dan beragam. Papua memiliki koleksi burung terbanyak dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia, kira-kira 320 jenis, dan setengah di antaranya merupakan spesies endemik, misalnya, burung cenderawasih.

D. Peranan Keanekaragaman Hayati dalam Kehidupan Manusia

Di muka bumi ini, tidak ada satu pun makhluk hidup yang bisa hidup sendiri, termasuk manusia. Dalam hidupnya, manusia selalu membutuhkan makhluk hidup lain, misalnya manusia akan membutuhkan pasangan hidup dari jenisnya, manusia juga sangat membutuhkan tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan atau bahan tempat tinggalnya, dan masih banyak peranan tumbuhan dan hewan bagi kehidupan manusia. Beraneka ragam jenis tumbuhan dan hewan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, antara lain, sebagai sumber pangan, sumber sandang, bahan bangunan untuk tempat tinggal, sumber pendapatan, sumber plasma nutfah, sumber bahan obat-obatan, sumber keilmuan, dan keindahan.

1. Sumber Pangan

Setiap hari kita membutuhkan makanan dan minuman agar kita memperoleh energi untuk aktivitas hidup kita. Manusia tidak dapat membuat makanannya sendiri. Manusia memperoleh makanan dari makhluk hidup lain, yaitu tumbuhan dan hewan. Sumber bahan makanan dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang dimanfaatkan manusia di antaranya sebagai berikut.

  • Bahan makanan yang berfungsi sebagai makanan pokok, misalnya padi, jagung, gandum, sagu, umbi, singkong, dan talas.
  • Bahan makanan yang berfungsi sebagai lauk-pauk, misalnya ikan, ayam, sapi, kambing, dan udang.
  • Bahan makanan yang berfungsi sebagai sayuran, seperti bayam, kangkung, kubis, sawi, tomat, wortel, buncis, dan jagung.
  • Bahan yang makanan berfungsi sebagai buah-buahan, misalnya mangga, apel, durian, rambutan, stroberi, kelengkeng, dan anggur.

2. Sumber Sandang

Manusia hidup selalu membutuhkan pakaian, walaupun pakaian yang dikenakan penduduk di dunia memiliki bentuk, model, dan bahan yang berbeda-beda. Bahan pakaian yang dimanfaatkan manusia antara lain berasal dari berbagai jenis tumbuhan atau hewan, misalnya kapas, pisang abaka, ulat sutera, bulu dan biri-biri.

3. Sumber Bahan Bangunan dan Alat-alat Rumah Tangga

Sebagian besar komponen barang-barang itu terbuat dari bahan besi, plastik, atau kayu. Bahan kayu berasal dari tumbuh-tumbuhan. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bangunan dan alat-alat rumah tangga antara lain jati, mahoni, sonokeling, bangkirai, sengon, kruing, ulin, kelapa, dan bambu.

4. Sumber Pendapatan

Saat ini banyak orang yang berwirausaha dengan mengembangkan usaha di bidang keanekaragaman hayati, baik hewan maupun tumbuhan. Berbagai hewan dikembangkan manusia sebagai sumber pendapatan, misalnya dengan memelihara ayam petelur, pedaging, sapi perah, usaha perikanan air tawar, dan sebagainya. Selain hewan, banyak pula orang yang menggantungkan sumber pendapatannya dari usaha pembudidayaan tanaman, seperti tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias, tanaman perkebunan, dan lain-lain.

Selain itu, keanekaragaman hayati yang tinggi dapat pula dijadikan masyarakat sebagai sumber pendapatan misalnya sebagai bahan bangunan dan alat-alat rumah tangga, bahan baku industri, dan rempah-rempah. Sumber pendapatan manusia misalnya jati dan mahoni dapat dijadikan sebagai bahan baku industri ukir, teh dan kopi sebagai bahan baku industri minuman, kenanga dan nilam sebagai bahan baku industri minyak wangi, rempah-rempah sebagai bahan baku industri makanan, dan sebagainya.

5. Sumber Plasma Nutfah

Plasma nutfah atau sering disebut gen merupakan substansi atau sumber sifat keturunan makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan jenis unggul baru. Di Indonesia terdapat keanekaragaman hayati yang tinggi, di antaranya banyak jenis tumbuhan maupun hewan yang memiliki sifat-sifat unggul seperti perakarannya kuat, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap kekeringan, maupun tahan terhadap air asin.

6. Sumber Keilmuan

Telah disebutkan sebelumnya bahwa kehidupan manusia sangat tergantung dari tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikembangkan manusia melalui usaha pertanian, sedangkan hewan dikembangkan melalui kegiatan peternakan. Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan mengupayakan perkembangbiakan secara vegetatif buatan seperti mencangkok, menempel, menyambung, merunduk, dan stek.

7. Sumber Bahan Obat-obatan

Banyak jenis tumbuhan dan hewan yang dapat dijadikan bahan obat-obatan seperti jahe, kencur, temu lawak, temu giring, adas, sirih, mengkudu, remujung, tempuyung, mahkota dewa, buah merah, dan sebagainya. Contoh pemanfaatan tumbuhan dan hewan sebagai obat-obatan adalah sebagai berikut.

  • Buah mengkudu (pace) diketahui berkhasiat untuk mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit lainnya.
  • Remujung dan tempuyung diketahui berkhasiat untuk menghancurkan batu ginjal.
  • Cacing tanah berkhasiat untuk mengobati penyakit tipes.

8. Sumber Keindahan

Tanaman hias, seperti anggrek, mawar, aneka jenis bonsai, serta yang saat ini banyak digemari adalah tanaman gelombang cinta dan anturium. Tanaman-tanaman tersebut dimanfaatkan sebagai hiasan karena dapat menjadikan pemandangan sekitar terlihat indah dan asri. Selain tanaman yang dapat dimanfaatkan keindahannya, hewan pun dapat dimanfaatkan pula untuk keindahan. Hewan yang dapat dimanfaatkan keindahannya misalnya burung beo dapat dinikmati keindahan suaranya dan burung merak serta burung cenderawasih dinikmati keindahan warna tubuhnya.

E. Peranan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati yang ada di permukaan bumi ini bukanlah sesuatu yang bersifat kekal, artinya setiap saat dapat mengalami perubahan, terutama dalam hal jumlahnya. Dalam kenyataannya, keanekaragaman hayati di negara kita mengalami perubahan yang cenderung berkurang dan mungkin pada suatu ketika tinggal memiliki beberapa jenis tumbuhan atau hewan saja.

Perubahan keanekaragaman hayati sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, bencana alam, maupun seleksi alam. Apabila aktivitas manusia dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati disebut merugikan, sebaliknya jika aktivitas manusia dapat meningkatkan keanekaragaman hayati disebut menguntungkan.

1. Aktivitas Manusia yang Merugikan Keanekaragaman Hayati

Jumlah keanekaragaman hayati akan terus berkurang disebabkan oleh aktivitas manusia yang bersifat merugikan, misalnya pembukaan hutan, pengurukan lahan basah, pertambangan, pencemaran lingkungan, dan seleksi alam.

a. Pembukaan Hutan

Sering kita memperoleh informasi dari membaca koran atau menonton televisi, bahwa setiap musim kemarau, khususnya di luar Jawa, banyak hutan ditebang atau sengaja dibakar oleh manusia. Penebangan atau pembakaran hutan banyak dilakukan manusia untuk diambil kayunya, membuka lahan perkebunan, membuat lahan pemukiman, maupun untuk lahan budi daya. Penebangan atau pembakaran hutan menyebabkan hilangnya atau musnahnya keberadaan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan di tempat itu. Tempat tinggal mereka menjadi rusak atau musnah, akibatnya, banyak hewan pindah dan menyerbu pemukiman penduduk hanya untuk memperoleh makanan. Bila keadaan ini terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan punahnya tumbuhan dan hewan serta habitat yang berubah.

b. Pengurukan Lahan Basah

Pengurukan lahan basah biasanya dilakukan dengan mengalihfungsikan lahan sawah atau rawa menjadi lahan pemukiman atau menjadi kompleks perdagangan. Alih fungsi lahan menyebabkan hilangnya berbagai jenis makhluk hidup yang semula menempati lahan basah tersebut. Keadaan tersebut akan lebih parah apabila terjadi pengurukan lahan sawah, karena menyebabkan berkurangnya ketersediaan sumber bahan pangan bagi kehidupan manusia.

c. Usaha Pertambangan

Usaha pertambangan seperti eksplorasi emas, minyak, dan gas bumi yang mencakup areal luas, selain menghilangkan habitat berbagai jenis makhluk hidup juga merusak lapisan tanah di lokasi penambangan karena menghasilkan limbah berbahaya yang dapat mencemari lingkungan. Pertambangan emas, selain menghasilkan emas juga menghasilkan limbah merkuri yang dapat merusak lingkungan.

d. Pencemaran Lingkungan

Banyak aktivitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, seperti kegiatan pertambangan dan usaha pertanian yang banyak menggunakan pestisida berbahan kimia. Kegiatan-kegiatan itu dapat menyebabkan pencemaran udara, tanah, bahkan air. Contoh pestisida kimia sebenarnya merupakan racun. Selain dapat memberantas hama atau penyakit pada tanaman, dapat pula menyebabkan kematian berbagai jenis makhluk hidup yang ada di lingkungan tersebut. Penggunaan apotas untuk meracuni ikan di sungai dapat mencemari lingkungan, selain mematikan ikan juga mematikan berbagai jenis makhluk hidup seperti udang dan katak serta dapat merusak lingkungan sekitarnya.

e. Seleksi

Dewasa ini kebanyakan orang selalu menyeleksi dan memilih bibit varietas unggul yang akan ditanam atau menyeleksi sebelum mengawinkan hewan ternaknya. Jika hal itu terus terjadi, lama-kelamaan jenis yang tidak unggul akan semakin berkurang dan akhirnya punah. Saat ini sebagian besar petani menanam padi varietas unggul seperti fatmawati, IR 64 sedangkan jenis lokal sudah ditinggalkan dan sulit ditemukan seperti cisadane, mentik, bogowonto, dan sebagainya.

2. Aktivitas Manusia yang Menguntungkan Keanekaragaman Hayati

Aktivitas manusia yang menguntungkan keanekaragaman hayati adalah kegiatan manusia yang dapat meningkatkan jumlah keanekaragaman hayati, seperti penghijauan, penangkaran, perkawinan silang, dan perlindungan alam.

a. Penghijauan

Penghijauan (reboisasi) merupakan kegiatan manusia untuk menanam kembali pada lahan atau hutan yang telah gundul akibat penebangan atau pembakaran hutan. Reboisasi bertujuan untuk mengembalikan kondisi lahan atau hutan yang telah rusak, sehingga diharapkan akan muncul suatu lingkungan baru yang dapat dijadikan tempat tinggal berbagai jenis organisme baru. Tanaman yang ditanam dalam usaha penghijauan biasanya adalah tanaman yang cepat tumbuh seperti sengon dan lamtoro.

b. Penangkaran

Penangkaran merupakan suatu kegiatan mengembangbiakkan tumbuhan dan hewan dengan cara yang terkontrol. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan jumlah tumbuhan dan hewan agar tidak punah. Di Taman Nasional Way Kambas terdapat penangkaran gajah sumatra, hasil penangkaran tersebut kemudian dilepas kembali ke habitat asalnya sehingga populasi hewan itu akan meningkat.

c. Perkawinan Silang

Perkawinan silang merupakan usaha melakukan perkembangbiakan secara silang terhadap tumbuhan dan hewan sejenis dengan sifat berbeda dan akan dihasilkan keturunan baru yang berbeda dengan sifat induknya. Perkawinan silang bertujuan untuk menambah jumlah keanekaragaman hayati yang ada, contoh tanaman anggrek bunga merah yang disilangkan dengan tanaman anggrek berbunga putih menghasilkan keturunan anggrek bunga merah bergaris putih yang menambah jumlah keanekaragaman tanaman tersebut.

d. Perlindungan Alam

Perlindungan alam merupakan suatu usaha untuk menjaga kelestarian tumbuhan dan hewan, termasuk air dan tanah. Perlindungan alam bertujuan untuk mempertahankan kelestarian habitat suatu ekosistem di muka bumi. Usaha pelestarian alam ada dua macam, yaitu sebagai berikut.

  1. Pelestarian insitu, yaitu usaha pelestarian tumbuhan dan hewan yang dilakukan di habitat aslinya. Contohnya hutan lindung, hutan wisata, taman nasional, dan taman wisata.
  2. Pelestarian exsitu, merupakan kebalikan dari pelestarian insitu, yaitu usaha pelestarian dengan cara memindahkan tumbuhan dan hewan dari habitat aslinya ke tempat lain. Contohnya kebun raya, kebun binatang, kebun koleksi, kebun botani, dan taman laut.

F. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keberadaan keanekaragaman hayati ini tidak akan selalu tetap keadaannya, baik jumlah serta jenisnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti perburuan, kerusakan ekosistem, serta pemanfaatan yang berlebihan. Pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk berbagai keperluan secara berlebihan ini ditandai dengan semakin langkanya beberapa jenis flora dan fauna. Hal ini disebabkan rusaknya habitat dan ekosistem yang ditempati flora dan fauna tersebut.

Ketidakseimbangan tersebut apabila dibiarkan, dapat mengancam keanekaragaman hayati. Oleh karenanya, kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan kekayaan hayati di Indonesia ini harus dicegah. Pemerintah pun tidak tinggal diam, hal ini dapat dilihat dari undang-undang yang dikeluarkan pemerintah mengenai konservasi (pengawetan) sumber daya hayati yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengolahan Lingkungan Hidup. Dari undang-undang tersebut pengolahan lingkungan hidup diharapkan dapat bermanfaat serta berkelanjutan. Di Indonesia upaya pelestarian sumber daya hayati ini dilakukan secara in situ dan ex situ.

1. Pelestarian In Situ

Pelestarian in situ merupakan usaha pelestarian yang dilakukan di habitat aslinya. Pelestarian ini ditekankan agar sumber daya hayati di habitat aslinya tetap terjaga dan terpelihara. Pelestarian in situ dilakukan di tempat-tempat yang dilindungi oleh pemerintah, di mana segala flora dan fauna yang ada di dalamnya tidak boleh diganggu. Contohnya, taman nasional yang merupakan salah satu tempat dilakukannya pelestarian sumber daya hayati. Beberapa taman nasional yang ada di Indonesia antara lain Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Kerinci Sebat, Taman Nasional Tanjung Puting, Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, dan Taman Nasional Bunaken.

Sebagai contoh, Taman Nasional Ujung Kulon merupakan tempat pelestarian fauna yang hampir punah, salah satunya Badak jawa bercula satu (Rhinoceros sondaicus). Badak ini terancam punah akibat habitatnya rusak dan perburuan yang tak terkendali. Fauna langka lainnya yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon ini adalah banteng jawa (Bos javanicus), macan kumbang (Panthera pardus), dan rusa.

2. Pelestarian Ex Situ

Pelestarian ex situ adalah pelestarian suatu spesies makhluk hidup di luar habitat aslinya untuk dikonservasi dan dilestarikan. Pelestarian ex situ ini dilakukan terhadap hewan yang langka dan hampir punah, contohnya elang jawa (Spizaetus bartelsi) dan orangutan (Pongo pygmaeus).

Contoh tempat pelestarian ex situ adalah kebun binatang. Di Indonesia, kebun binatang sebagai tempat pelestarian hewan secara ex situ terdapat di beberapa lokasi, misalnya Kebun Binatang Ragunan, di Jakarta; Taman Safari di Cisarua Jawa Barat; Kebun Binatang Bandung; Kebun Binatang Gembira Loka di Yogyakarta; dan Kebun Binatang Sumbawa.

Selain pelestarian hewan, pelestarian tumbuhan juga dapat dilaksanakan secara ex situ. Pelestarian tumbuhan secara ex situ dapat dilakukan dengan cara membuat kebun raya, kebun botani, atau taman wisata. Contoh pelaksanaan tumbuhan secara ex situ adalah Kebun Raya. Di Kebun Raya Bogor banyak sekali tumbuhan khas Indonesia dari mulai tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi. Contoh tumbuhan khas Indonesia yang ada di Kebun Raya Bogor antara lain, kelompok Dipterocarpaceae, bunga bangkai, anggrek-anggrekkan, sampai tumbuhan air seperti teratai raksasa.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Keanekaragaman hayati yang ada di dunia ini meliputi berbagai variasi bentuk, ukuran, jumlah (frekuensi), warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Jadi, setiap sistem lingkungan mempunyai keanekaragaman masing-masing. Keanekaragaman tersebut berlangsung mulai dari tingkatan gen, jenis, sampai ekosistem.

Beragam tumbuhan, hewan, jamur, bakteri, dan jasad renik lain banyak terdapat di Indonesia. Sekitar 40.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan, 5.000 jenis jamur, dan 1.500 jenis Monera berada di Indonesia. Bahkan banyak jenis makhluk hidup yang merupakan makhluk hidup endemik atau hanya ditemukan di suatu daerah saja.

Alam merupakan tempat manusia hidup sekaligus tempat untuk memperoleh bahan kebutuhannya. Dari alam, manusia mendapatkan makanan dan energi. Kebutuhan manusia yang diperoleh dari lingkungannya bukan hanya sesaat, melainkan selama spesies itu ada sehingga kebutuhan itu tetap ada, bahkan makin meningkat. Untuk dapat menyediakan kebutuhan hidup secara berkesinambungan itu, manusia harus selalu berusaha menjaga kelestarian keanekaragaman hayati.

B. Saran

Perlu diingat bahwa kelangsungan hidup manusia juga bergantung dari kelestarian ekosistem tempat manusia hidup. Untuk menjaga terjaminnya kelestarian ekosistem, manusia harus dapat menjaga keserasian hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya sehingga keseimbangan ekosistem dapat terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Moch. dan Djoko Martono. 2009. Biologi 1: Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) – Madrasah Aliah (MA) Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Ferdinand P., Ficktor dan Moekti Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi 1: Untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Firmansyah, Rikky, dkk. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1: Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. Biologi 1: Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Loveless A.R. 1998. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis. Jakarta: PT Gramedia.

Rigg, Jonathan. 2002. Indonesia Heritage: Manusia dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Antar Bangsa.

Sastrapraja, Didin S. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Bogor: Pusat Pendidikan dan Pengembangan Bioteknologi LIPI.

Setijati, D.S et al. 1992. Khazanah Flora dan Fauna Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor.

Subardi, Nuryani, Shidiq Pramono. 2009. Biologi 1: Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sulistyorini, Ari. 2009. Biologi 1: Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X. Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Download Contoh Makalah Keanekaragaman Hayati.docx