Makalah Kehidupan Awal Manusia Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Kehidupan Awal Manusia Indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Kehidupan Awal Manusia Indonesia ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Kehidupan Awal Manusia Indonesia ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Kehidupan Awal Manusia Indonesia ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, April 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan awal manusia Indonesia terbagi dalam 3 masa yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masyarakat masih sangat sederhana, kehidupan berpindah pindah (nomaden), belum ada pembagian kerja dan stratifikasi sosial yang jelas serta alat yang digunakan berupa peralatan batu yang besar dan kasar. Berbeda dengan masa bercocok tanam manusia Indonesia sudah mulai menetap, mata pencaharian sudah jelas seperti bercocok tanam, berhuma dan berladang/bersawah, sudah ada sistem perkampungan. Secara aspek sosial masa yang lebih berkembang adalah masa perundagian, ini sudah jauh lebih modern, pembagian kerja dan stratifikasi sosial sudah semakin kompleks sesuai tuntutan semakin bertambahnya penduduk di Indonesia pada masa itu.

Kehidupan masa kini tidak bisa terlepas dari kehidupan tiga masa itu, tampak masih ada yang percaya dengan benda-benda pusaka yang dianggap mempunyai kekuatan supranatural, kehidupan sosial pun sampai sekarang masih membutuhkan orang lain seperti halnya masa sekarang dengan munculnya komunitas-komunitas tertentu, dalam hal teknologi pun pengaruh besar, tidak mungkin menghasilkan teknologi secanggih sekarang jika sebelumnya manusia zaman dulu tidak memberikan kontribusi terhadap masa sekarang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Kehidupan Awal Manusia Indonesia ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana kehidupan awal manusia Indonesia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan?
  2. Bagaimana kehidupan awal manusia Indonesia pada masa bercocok tanam?
  3. Bagaimana kehidupan awal manusia Indonesia pada masa perundagian?
  4. Bagaimana pengaruh kehidupan awal manusia di Indonesia terhadap kehidupan masa kini?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Kehidupan Awal Manusia Indonesia ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui kehidupan awal manusia Indonesia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.
  2. Untuk mengetahui kehidupan awal manusia Indonesia pada masa bercocok tanam.
  3. Untuk mengetahui kehidupan awal manusia Indonesia pada masa perundagian.
  4. Untuk mengetahui pengaruh kehidupan awal manusia di Indonesia terhadap kehidupan masa kini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangatlah sederhana. Kehidupan mereka tak ubah seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Pada masa ini manusia hidup di alam bebas seperti di hutan, tepi-tepi sungai, gua, dan lembah. Keadaan berburu mereka pun masih belum stabil dan sangat liar. Pada masa ini, mereka cenderung berjalan menyusuri tepi-tepi pantai dan pada masa selanjutnyalah baru mereka menciptakan perahu. Pada masa ini sering disebut juga dengan masa food gathering.

1. Sistem Kepercayaan Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Kepercayaan masyarakat masa ini bisa diwujudkan dengan berbagai kegiatan upacara tradisi penguburan mayat serta meyakini benda-benda yang mempunyai kekuatan tersendiri. Masyarakat pada masa ini mempercayai 3 kepercayaan yaitu animisme, dinamisme, dan totemisme.

a. Animisme

Animisme merupakan kepercayaan masyarakat terhadap benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa, contoh: pohon, batu, sungai, gunung, dan sebagainya.

b. Dinamisme

Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar, dan sebagainya. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya.

c. Totemisme

Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi, ular, dan harimau.

2. Kehidupan Sosial Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal kehidupan kelompok. Jumlah anggota dalam setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Mereka selalu hidup berpindah-pindah. Hubungan antar anggota kelompok sangatlah erat. Mereka bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan hidup mereka. Masing-masing kelompok memiliki pemimpin dan mereka menghormati pemimpin mereka masing-masing. Ciri-ciri kehidupan sosial masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah:

a. Belum Mengenal Cocok Tanam dan Hidup Berburu dan Meramu

Pada masa ini manusia belum bisa bercocok tanam, manusia hanya mendapatkan makanan dengan berburu atau mengumpulkan makanan (meramu). Ini misalnya terlihat dari sisa-sisa kerang dan hewan laut di pantai dari sisa makanan manusia purba yang disebut kjokkenmoddinger.

b. Manusia Masih Hidup Secara Nomaden (Berpindah Pindah) dalam Kelompok Kecil

Manusia pada masa ini mendapat makanan dengan mengumpulkan buah liar atau kerang pantai. Karena itu, manusia harus hidup nomaden atau berpindah-pindah. Kondisi ini disebabkan karena manusia harus mengikuti binatang buruan yang merupakan sumber makanan utama mereka dan hidup dalam kelompok kecil. Bila sumber makanan habis, manusia harus berpindah ke tempat baru. Tempat tinggal manusia saat itu memanfaatkan gua-gua alami atau membangun tenda sederhana dari patahan ranting pepohonan.

c. Belum Ada Pembagian Kerja dan Stratifikasi Sosial (Pelapisan Sosial)

Dalam kelompok ini belum ada sistem sosial yang kompleks. Pada masa ini, semua manusia masih hidup sebagai pemburu atau pengumpul makanan, dan belum ada pembatasan antara pemimpin serta pekerja yang khusus membuat produk tertentu. Ini berbeda dengan yang akan terlihat pada masa setelah tahap ini, di mana manusia hidup dalam desa-desa dan mulai terbentuk stratifikasi antara kalangan atas dan bawah, munculnya pemimpin dalam masyarakat, dan adanya kelompok pekerja yang khusus melakukan profesi tertentu seperti perajin dan pedagang.

d. Alat yang Digunakan Berupa Peralatan Batu yang Besar dan Kasar

Masyarakat menggunakan alat batu besar dan kasar seperti kapak batu. Alat batu ini digunakan untuk berburu, mengolah makanan, membuat pakaian dan membuat api. Alat batu ini dibuat dengan memotong batuan menjadi tajam. Alat batu ini misalnya adalah kapak genggam. Kapak genggam dibuat dari batu yang ditumbukkan dengan batuan lain sehingga menghasilkan sisi yang tajam. Kapak genggam berbentuk kasar dan digunakan dengan digenggam di tangan. Ini berbeda dengan kapak lonjong dari jaman bercocok tanam pada masa Neolitikum, yang lebih maju, berbentuk halus dan dapat digunakan dengan diikat pada batang kayu.

3. Kehidupan Budaya Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

  1. Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama kelamaan mereka membuat perahu.
  2. Mereka belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.
  3. Mereka sudah mengenal perhiasan yang sangat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.
  4. Untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.
  5. Pada masa itu mereka memilih untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti: kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, pahat genggam, alat serpih, dan alat-alat dari tulang.

4. Kehidupan Ekonomi Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Sistem perekonomian yang ada pada masyarakat masa itu adalah dengan cara barter, yaitu dengan kegiatan tukar-menukar barang. Bisa dengan barang yang sama maupun barang yang berbeda. Pada masa ini juga mereka bekerja sama dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Jumlah anggota kelompok yang masih sedikit menjadikan mereka dapat dengan mudah memenuhi sebagian besar kebutuhan hidupnya dari alam bebas. Saat persediaan hutan habis, mereka pindah ke daerah lainnya untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan mereka.

5. Sistem Teknologi Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Teknologi masa food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka. Mereka memanfaatkan waktu dengan menciptakan teknologi baru dengan memakai teknik seperti teknik tangan, teknik pukulan, teknik goresan, roda berputar, serta teknik tatap batu.

B. Masa Bercocok Tanam

Setelah masa berburu dan mengumpulkan makanan kehidupan masyarakat mengalami perkembangan, yaitu mulai mengenal masa bercocok tanam. Pada awalnya masyarakat mengenal bercocok tanam dengan sistem huma atau ladang. Pada masa ini masyarakat hidup menetap tetapi sifatnya sementara atau sering disebut dengan bercocok tanam tingkat awal. Secara garis besar ciri-ciri dari kehidupan pada masa bercocok tanam adalah sebagai berikut.

1. Sistem Kepercayaan Masa Bercocok Tanam

Manusia pada masa bermukim dan bercocok tanam sudah mengenal suatu kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Mereka percaya terhadap hal-hal yang menakutkan atau serba hebat. Selain itu mereka juga memuja roh nenek moyangnya kadangkala kalau melihat pohon yang besar tinggi dan rimbun manusia merasa ngeri. Manusia pada saat itu menganggap bahwa kengerian ini disebabkan karena pohon tersebut dihuni oleh roh. Begitupun terhadap batu besar serta binatang yang besar atau menakutkan mereka juga memujanya kekuatan alam yang besar seperti petir, topan, banjir dan gunung meletus yang dianggap menakutkan dan mengerikan juga dipuja. Jika terjadi letusan gunung berapi mereka beranggapan bahwa yang menguasai gunung sedang murka. Sistem kepercayaan masyarakat pada masa bermukim dan bercocok tanam dapat dibedakan atas dua hal yaitu animisme dan dinamisme.

a. Animisme

Animisme adalah kepercayaan yang meyakini bahwa roh mendiami benda-benda tertentu. Contoh animisme ini adalah upacara kenduri panen dengan memanggil roh pertanian.

b. Dinamisme

Dinamisme adalah kepercayaan yang meyakini bahwa ada kekuatan gaib pada benda-benda tertentu. Misalkan saja menaruh hormat kepada pohon, batu besar, gunung, dan jimat. Praktik religi dan kepercayaan berupa pemujaan arwah para leluhur masih dianut oleh suku-suku pedalaman di Indonesia misalnya suku bangsa Dayak di Kalimantan yang masih mempraktikkan ritual-ritual animisme dan dinamisme.

2. Kehidupan Sosial Masa Bercocok Tanam

Berikut ini beberapa hal yang menceritakan gambaran kehidupan sosial masyarakat pada masa bercocok tanam, sebagai berikut:

  1. Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan.
  2. Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap. Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.
  3. Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
  4. Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal. Populasi penduduk meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
  5. Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
  6. Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya.
  7. Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Kehidupan Budaya Masa bercocok Tanam

  1. Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik.
  2. Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang
  3. Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam seperti: beliung persegi,
  4. Kapak lonjong, mata panah, gerabah, perhiasan, dan bangunan Megalitikum seperti: menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga,  dan arca.

4. Kehidupan Ekonomi Masa Bercocok Tanam

Pada bercocok tanam, manusia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam. Manusia sudah mampu mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara membabat hutan dan semak belukar untuk ditanami berbagai jenis tanaman sehingga terciptalah ladang-ladang yang memberikan hasil pertanian. Selain bercocok tanam, mereka juga mengembangbiakkan binatang ternak seperti ayam, kerbau dan hewan ternak lainnya. Meskipun sudah bercocok tanam dan memelihara hewan ternak, kegiatan berburu dan mengumpulkan hasil hutan masih tetap dilakukan.

Manusia pada masa bercocok tanam diperkirakan sudah melakukan kegiatan perdagangan yang bersifat barter. Barang yang dipertukarkan pada waktu itu ialah hasil-hasil cocok tanam, hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung, atau hasil laut berupa ikan yang dikeringkan. Ikan laut yang dihasilkan oleh penduduk pantai sangat diperlukan oleh mereka yang bertempat tinggal di pedalaman.

5. Sistem Teknologi Masa Bercocok Tanam

Pada masa bercocok tanam, teknologi mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.

C. Masa Perundagian

Masa perundagian memiliki peran penting dalam perkembangan sejarah di Indonesia, hal ini dikarenakan pada masa ini hubungan antar daerah-daerah di sekitar kepulauan Indonesia sudah terjalin. Masa perundagian ditandai dengan adanya keterampilan untuk membuat alat-alat dari bahan logam. Alat berbahan logam tersebut diproduksi dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti bertani, peralatan upacara dan berburu.

Peninggalan masa perundagian seperti benda seni, peralatan hidup, keanekaragaman dan kekayaan budaya serta upacara adat menunjukkan bahwa kehidupan pada masa peundagian telah memiliki selera yang tinggi. Kehidupan masyarakat pada masa itu makmur dan teratur. Kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari telah berkembangnya teknik pertanian, hal ini mengakibatkan sektor pertanian mengalami perkembangan yang pesat dan berdampak pada kemajuan perekonomian. Kemajuan perekonomian ditandai dengan berkembangnya pertanian dan perdagangan.

Aspek teknologi merupakan unsur yang penting pada masa perundagian dalam kaitannya dengan perkembangan ekonomi, terutama ketika teknik peleburan logam untuk membuat perkakas telah dikenal. Selain itu juga teknologi untuk membuat gerabah juga mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin kompleks dan beragam bentuk maupun motif hiasannya. Dengan semakin kompleksnya aktivitas manusia dalam suatu kelompok, maka memerlukan adanya suatu sistem pengawasan, sehingga konsep tentang pimpinan dalam masyarakat semakin terlihat.

Pada masa perundagian pola kehidupan perkampungan atau desa-desa mengalami perkembangan semakin besar, karena mulai bersatunya beberapa kampung. Kemunculan perkampungan besar ini disebabkan karena semakin tingginya kegiatan perdagangan antar perkampungan dalam bentuk barter (tukar menukar barang). Jenis barang yang diperdagangkan pun semakin beraneka ragam karena perdagangan telah mencakup wilayah yang luas mencakup Asia Tenggara.

1. Sistem Kepercayaan Masa Perundagian

Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari masa bercocok tanam. Kepercayaan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya memiliki keterbatasan dibandingkan dengan yang lainnya, anggapan seperti ini memunculkan jenis kepercayaan: animisme dan dinamisme:

a. Animisme

Dalam kepercayaan animisme, manusia mempunyai anggapan bahwa suatu benda memiliki kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil dan diminta pertolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya akan hal-hal yang gaib atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang menempati suatu tempat memunculkan kegiatan menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdoa dengan mantra dan memberi sesajen atau persembahan.

b. Dinamisme

Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme. Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang meninggal, kemudian mendiami berbagai tempat, misalnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu besar, dan lain-lain. Timbulnya kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib yang dapat menambah kekuatan seseorang yang masih hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan kepercayaan dinamisme (dinamis berarti bergerak).

Manusia purba percaya bahwa, misalnya, pada batu akik, tombak, keris, belati, anak panah, bersemayam kekuatan halus, sehingga alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air kembang. Di kemudian hari, kepercayaan-kepercayaan animisme dan dinamisme mendorong manusia menemukan kekuatan yang lebih besar dari sekedar kekuatan roh dan makhluk halus dan alam. Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi, meyakini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi kehidupan pribadi mereka maupun kehidupan alam semesta. Kekuatan gaib tersebut diyakini memiliki keteraturan sendiri yang tak dapat dibantah, yakni hukum alam. Kepercayaan terhadap “Kekuatan Tunggal” ini lantas dihayati sebagai kekayaan batin atau spiritual sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan animisme dan dinamisme ini kemudian berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan kemudian Islam.

2. Kehidupan Sosial Masa Perundagian

Ada beberapa ciri kehidupan sosial dari masa perundagian ini, yaitu:

  1. Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana.
  2. Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen.
  3. Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan.
  4. Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat.
  5. Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya: ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu.
  6. Pembagian kerja semakin kompleks di mana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.

3. Kehidupan Budaya Masa Perundagian

  1. Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi.
  2. Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya.
  3. Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.
  4. Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi di mana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benda jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam.
  5. Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari logam.

Kehidupan seperti ini menunjang terbentuknya kebudayaan yang lebih maju yang memerlukan alat-alat pertanian dan perdagangan yang lebih baik dengan bahan-bahan dari logam. Hasil-hasil peninggalan kebudayaannya antara lain nekara perunggu, moko, kapak perunggu, bejana perunggu, arca perunggu, dan perhiasan.

  1. Nekara perunggu: berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turun hujan dan sebagai genderang perang. memiliki pola hias yang beragam, dari pola binatang, geometris, dan tumbuh-tumbuhan, ada pula yang tak bermotif. banyak ditemukan di Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Selayan, Papua. Kapak perunggu: bentuknya beraneka ragam. Ada yang berbentuk pahat, jantung, atau tembilang. motifnya berpola topang mata atau geometris.
  2. Bejana perunggu: bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa tangkai. ditemukan di Madura dan Sulawesi.
  3. Arca perunggu: berbentuk orang sedang menari, menaiki kuda, atau memegang busur panah. ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, Palembang
  4. Perhiasan dan manik-manik: ada yang terbuat dari perunggu, emas, dan besi. berbentuk gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul. banyak ditemukan di Bogor, Bali, dan Malang. sedangkan manik-manik banyak ditemukan di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone. berfungsi sebagai bekal kubur. bentuknya ada yang silinder, bulat, segi enam, atau oval

4. Kehidupan Ekonomi Masa Perundagian

Kehidupan ekonomi pada masa ini semakin pesat dan mengalami perkembangan dibandingkan dengan zaman yang sebelumnya. Adapun ciri-iri kehidupan ekonomi pada masa perundagian adalah:

  1. Pada zaman ini sudah dapat mengenal sistem pembagian kerja.
  2. Rumah yang dihuni tidak semuanya sederhana, bahkan ada juga yang bertingkat.
  3. Kegiatan ekonomi sudah maju dan berkembang. Dimulai dari bidang perikanan, pertanian, kerajinan tangan dan lainnya. Dari sinilah mereka memulai kegiatan jual beli atau berdagang.
  4. Tatanan penduduk lebih tertata rapi, tertib dan terpimpin.
  5. Sistem pada masyarakat ini sudah teratur pada masa ini. Di sinilah awal mula aturan tata tertib dan norma dimulai.
  6. Masyarakat pada masa ini memiliki ketertarikan berburu dan mengandalkan makanan dari alam. Setelah alamnya berkurang, mereka akhirnya memilih untuk bercocok tanam dan membuat sawah.
  7. Di zaman ini sudah dapat ditemukan alat sawah seperti pisau dan bajak sawah.

5. Sistem Teknologi Masa Perundagian

Perkembangan teknologi di Indonesia dimulai khususnya pada masa perundagian (zaman logam), diawali dengan kepandaian menuang logam. Untuk melebur logam dan menjadikan suatu alat di perlukan cara-cara khusus yang belum dikenal sebelumnya. Logam harus dipanaskan hingga mencapai titik leburnya, kemudian dicetak menjadi perkakas-perkakas yang diperlukan, logam yang merupakan campuran antara timah dan tembaga yang menghasilkan jenis logam baru yang disebut perunggu. Dan untuk kebudayaan batu sendiri tidaklah punah bahkan keduanya berkembang dan tetap di pergunakan. Zaman logam di bagi menjadi tiga zaman, yakni:

  1. Zaman tembaga, di indonesia tidak mengalami zaman tembaga karena tidak di temukan hasil kebudayaan/peninggalan dari zaman tembaga tersebut di Indonesia.
  2. Zaman perunggu adalah zaman ketika manusia telah mampu membuat peralatan berbahan perunggu (berupa campuran tembaga dan timah putih). Contohnya nekara, kapak perunggu, bejana perunggu dan arca perunggu.
  3. Zaman besi, adalah zaman ketika manusia telah mampu melebur bijih besi dan membentuknya menjadi berbagai macam alat untuk mendukung keperluan hidupnya yaitu: kapak, sabit, dan cangkul.

Pada zaman perundagian ini terdapat dua macam teknik pembuatan benda perunggu, yang disebut dengan teknik dua setangkup (bivalve) dan teknik cetakan lilin, atau teknik tuang (a cire perdue).

  1. Teknik dua setangkup (bivalve) ialah teknik mencetak benda perunggu yang menggunakan dua buah cetakan yang dapat saling di tangkupkan. Bentuk cetakan di buat sesuai dengan bentuk benda yang akan dibuat. Kedua cetakan di telentangkan, dan cairan logam dituangkan dalam cetakan tersebut. Kemudian kedua cetakan saling di tangkupkan. Setelah logam dingin cetakan kemudian di buka, maka benda logam yang diinginkan telah dapat digunakan. Keuntungan dari teknik mencetak ini adalah bahwa cetakan benda yang diinginkan dapat dibuat berulang kali.
  2. Teknik cetak tuang (a cire perdue), cetakan ini bentuk benda yang dikehendaki dibuat terlebih dahulu dari lilin. Kemudian lilin itu dilapisi dengan tanah liat. Lilin yang telah dilapisi tanah liat itu dipanaskan. Cairan lilin akan mencair keluar melalui lubang di tanah liat yang telah disiapkan. Dari lubang bagian atas tanah liat tadi dituang logam cair dan kemudian dibiarkan sampai cairan logam mendingin. Setelah cairan dingin tanah liat kemudian dipecahkan, jadilah benda perunggu yang diinginkan. Kelemahan teknik ini adalah cetakan hanya dapat dipergunakan sekali saja.

Teknologi lain yang dimiliki oleh masyarakat awal Indonesia adalah Teknik Pembuatan Gerabah. Gerabah pada umumnya dibuat untuk digunakan dalam kegiatan kehidupan sehari-hari. Teknologi pembuatan gerabah ada dua, yaitu teknologi “tatap pelandas” dan teknologi “teknik roda pemutar”. Teknologi tatap pelandas menghasilkan bentuk gerabah yang tidak terlalu halus buatannya, caranya adalah dengan meletakkan tanah liat di atas landasan batu, kemudian gerabah dibentuk dengan mengandalkan keterampilan si pembuat gerabah sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Sedangkan teknik roda pemutar, menggunakan landasan yang dapat diputar sehingga lebih cepat membentuk gerabah dan lebih halus buatannya.

Hasil kebudayaan dari jenis-jenis benda logam yang dibuat di Indonesia antara lain sebagai berikut:

  1. Nekara adalah genderang besar yang terbuat dari perunggu berpinggang di bagian tengahnya, dan tertutup di bagian atasnya dan nekara berukuran kecil disebut moko.
  2. Kapak corong adalah kapak yang bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong. Corong itu digunakan untuk tempat memasang tangkai kayu yang bentuknya menyiku seperti bentuk kaki. Oleh karena itu, kapak corong seiring disebut juga kapak sepatu. Fungsinya sebagai tanda kebesaran dan alat upacara keagamaan.
  3. Bejana perunggu adalah benda yang berbentuk seperti periuk, tetapi langsing dan gepeng. Permukaan luar benda tersebut dihiasi pola anyaman simetris.
  4. Arca-arca perunggu berupa arca yang menggambarkan orang yang sedang menari, berdiri, ada juga yang menggambarkan binatang antara lain kuda dan kerbau.
  5. Perhiasan perunggu berupa perhiasan yang banyak ditemukan sebagai bekal kubur, seperti gelang-gelang, anting-anting, kalung dan cincin.

D. Pengaruh Kehidupan Awal Manusia di Indonesia terhadap Kehidupan Masa Kini

Kehidupan awal manusia sedikit banyak sangat berpengaruh terhadap kehidupan masa kini antara lain:

1. Pengaruh Kehidupan Awal Manusia di Indonesia terhadap Aspek Kepercayaan

Aspek kepercayaan, diawali peradaban manusia, mereka telah mempercayai ada kekuatan yang jauh lebih besar dari individu di alam semesta ini, sehingga muncul animisme, dinamisme, totemisme, sampai pada perkembangan selanjutnya muncul pengaruh agama Hindu Budha dan Islam. Pengaruhnya dimasa kini, walaupun sudah berkembang agama-agama yang ada di dunia tetapi tidak juga yang masih meyakini adanya kekuatan roh, dan benda-benda pusaka sampai dengan tradisi-tradisi upacara yang tidak diatur di dalam kitab suci masing-masing.

2. Pengaruh Kehidupan Awal Manusia di Indonesia terhadap Aspek Sosial

Manusia lebih cenderung hidup berkelompok ketimbang sendiri sehingga mereka merasa lebih terlindungi dari berbagai macam ancaman. Pengaruhnya di masa kini, manusia lebih suka bergabung di berbagai komunitas atau organisasi untuk mewujudkan tujuan hidupnya serta memperoleh kenyamanan serta dukungan sesama.

3. Pengaruh Kehidupan Awal Manusia di Indonesia terhadap Aspek Budaya

Munculnya hasil karya budaya dalam segi peralatan yang digunakan juga dalam sisi lain manusia menyukai keindahan dalam berbagai bentuk, sehingga mereka menciptakan gambar atau sebuah gerakan tari, nyanyian ataupun puisi dan cerita yang merupakan ide awal dari seni. Pengaruhnya dimasa kini, manusia selalu berusaha mengembangkan seni di berbagai bidang, seperti seni memasak, seni berbicara di depan umum, ataupun seni dalam olahraga.

4. Pengaruh Kehidupan Awal Manusia di Indonesia terhadap Aspek teknologi

Manusia sejak awal berupaya menciptakan sesuatu barang atau alat yang dapat membantu mempermudah pekerjaannya lewat alat bantu sederhana. Pengaruhnya di masa kini, manusia selalu terus berinovasi mengembangkan ilmunya untuk menciptakan alat-alat atau gawai baru yang lebih canggih yang bisa membuat hidup lebih mudah dan bermanfaat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem kepercayaan di antara ketiga masa kehidupan awal manusia Indonesia pada dasarnya masih sama, yaitu masih mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme, kepercayaan kepada roh nenek moyang, benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan supranatural serta masih kuatnya tradisi-tradisi tertentu seperti dalam proses penguburan mayat dan benda pusaka. Sistem budaya antara masa berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, dan perundagian mengalami proses yang berkembang pesat mulai dari menghasilkan hasil kebudayaan yang sangat sederhana dengan berbahan dasar kasar, sampai dengan menghasilkan hasil kebudayaan yang berjual mahal dan sangat langka di pasaran seperti contohnya perhiasan.

Kehidupan ekonomi dari masa ke masa mengalami perkembangan juga dari mulai bersifat barter hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja sampai dengan sistem ekonomi yang lebih maju, yang pada akhirnya dilanjutkan pada masa sekarang yang jauh lebih modern. Dalam hal teknologi, sama halnya dengan aspek kebudayaan itu pun mengalami perkembangan yang sangat signifikan dari proses teknologi dengan menggunakan tangan sampai dengan teknik lebih modern seperti hanya yang berkembang pada masa perundagian.

B. Saran

Sejarah adalah cermin kehidupan, dengan belajar sejarah kita akan menjadi bijaksana. Untuk itu, marilah kita mempelajari materi dengan baik, agar kita dapat memahami dan mengambil hikmahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fuadah, Irma Samrotul. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sejarah Kelas X: Kehidupan Awal Manusia Indonesia. Jakarta: Direktorat SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hapsari, Ratna. 2016. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan. Jakarta: Erlangga.

Listiyani, Dwi Ari. 2009. Sejarah 1: Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Tarunasena. 2009. Sejarah SMA/MA Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Download Contoh Makalah Kehidupan Awal Manusia Indonesia.docx