Makalah Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, April 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya suatu masalah ataupun gejala-gejala sosial dalam masyarakat adalah sesuatu fenomena yang akan selalu terjadi dalam kehidupan manusia. Fenomena-fenomena sosial semacam itu bersifat sangat heterogen, dan dalam realitasnya dapat berpengaruh (baik positif maupun negatif) terhadap kehidupan manusia ataupun masyarakat. Untuk itulah agar tidak sampai menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif, maka fenomena-fenomena sosial sema-cam itu harus segera diantisipasi serta dihadapinya dengan cara sebaik serta secermat mungkin, sehingga tidak sampai menimbulkan hal-hal yang bersifat merugikan, khususnya bagi kehidupan umat manusia. Nah, dalam kaitan ini pulalah maka ilmu sosiologi dipelajari terutama agar dapat mengantisipasi ataupun meminimalisir munculnya berbagai dampak negatif yang diakibatkan oleh berbagai faktor sosial tersebut, yakni dengan cara mengungkapkan serta mempelajarinya secara ilmiah.

Sosiologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosial secara ilmiah. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi seperti dikutip Soekanto (1982: 17), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk di dalamnya mempelajari perubahan-perubahan sosial. Sebagai pengetahuan yang telah diakui sebagai ilmu, sosiologi juga telah memiliki berbagai metode ilmiah tertentu dalam mempelajari dan mengungkapkan gejala-gejala sosial, serta kebenaran-kebenaran yang terjadi di balik gejala-gejala sosial itu, sehingga menjadi bahan pengetahuan ilmiah yang bermanfaat bagi kehidupan individu pada khususnya, serta kemaslahatan seluruh umat manusia pada umumnya. Sedangkan metode ilmiah tertentu yang akan menjadi alat utama dalam mengungkapkan serta mempelajari gejala-gejala sosial tersebut, selanjutnya akan dijabarkannya dalam kegiatan-kegiatan penelitian sosial dan budaya yang terdapat di lapangan.

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa upaya mempelajari serta mengungkapkan masalah-masalah sosial secara ilmiah merupakan salah satu langkah antisipatif serta preventif (bahkan kuratif/pengobatan) guna mencegah dampak yang mungkin timbul akibat munculnya masalah serta gejala-gejala sosial yang terdapat dalam masyarakat, sehingga tidak sampai menimbulkan hal-hal yang tidak baik (buruk/negatif) khususnya bagi kehidupan manusia. Sedangkan salah satu upaya untuk mempelajari serta mengungkapkan masalah serta gejala-gejala sosial semacam itu secara ilmiah adalah dengan cara melakukan kegiatan riset serta penelitian-penelitian masalah sosial sebagaimana terdapat (dipraktikkan) dalam disiplin ilmu sosiologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial ini adalah sebagai berikut:

  1. Apa yang dimaksud dengan metode penelitian sosial?
  2. Bagaimana cara mempersiapkan rancangan metode penelitian sosial?
  3. Bagaimana cara membuat rancangan penelitian sosial?
  4. Bagaimana cara melakukan penelitian sosial secara sederhana?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui metode penelitian sosial.
  2. Untuk mengetahui cara mempersiapkan rancangan metode penelitian sosial.
  3. Untuk mengetahui cara membuat rancangan penelitian sosial.
  4. Untuk mengetahui cara melakukan penelitian sosial secara sederhana.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian Sosial

Penelitian sosial adalah kegiatan ilmiah, yang memiliki fungsi atau manfaat antara lain memberikan deskripsi (gambaran dan pemetaan), serta penjelasan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat, dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan serta implikasi-implikasinya. Dengan adanya kesimpulan serta implikasiimplikasi yang muncul dari temuan penelitian di lapangan, manusia diharapkan dapat mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa tersebut, meramalkan secara ilmiah kejadian-kejadian yang mungkin akan muncul kemudian, serta mengambil langkah-langkah yang tepat, sehingga langkah (termasuk kebijakan-kebijakan) yang akan dikeluarkannya kelak tidak sampai menimbulkan kerugian baik terhadap dirinya, lingkungannya, maupun umat manusia pada umumnya. Dengan demikian kegiatan riset atau penelitian-penelitian sosial ini akan memiliki implikasi yang sangat positif, terutama bagi kemaslahatan kehidupan umat manusia secara keseluruhannya.

Namun sebelum sesuatu kegiatan ilmiah (penelitian sosial) itu dilakukan, seorang peneliti sosial harus membuat terlebih dahulu rencana atau rancangan metode penelitian apa yang akan digunakan dalam kegiatan ilmiahnya tersebut. Rancangan metode penelitian ini antara lain berfungsi untuk mengetahui karakteristik, cara-cara serta seluruh rencana kegiatan ilmiah apa saja yang akan dilakukannya, termasuk keputusan-keputusan apa saja yang akan diambilnya nanti, sehingga si peneliti dapat membuat persiapan-persiapan awal yang lebih baik. Jadi, dengan membuat rencana atau rancangan metode penelitian tersebut, seorang peneliti sosial diharapkan akan dapat melaksanakan kegiatan penelitiannya sesuai dengan arah serta tujuan penelitian sebagaimana ia rencanakan sebelumnya.

B. Mempersiapkan Rancangan Metode Penelitian Sosial

Sebagaimana disebutkan di atas, ada sejumlah hal penting yang perlu diperhatikan ataupun dipersiapkan oleh seorang peneliti ilmu sosial sebelum ia memulai kegiatan penelitiannya di lapangan, yakni antara lain membuat rancangan penelitian sosial yang akan dilakukannya. Sedangkan dalam membuat rancangan penelitian sosial itu juga ada beberapa hal atau komponen penting yang harus pula dipersiapkan oleh seorang peneliti ilmu sosial, yakni antara lain:

1. Menentukan dan Merumuskan Masalah Penelitian

Sebelum seseorang (peneliti) memulai sebuah penelitian maka langkah pertama yang harus diambil adalah menentukan masalah yang akan ditelitinya. Sedangkan masalah itu sendiri merupakan sesuatu hal (bagian) terpenting yang akan dicantumkan atau dituliskan ke dalam sebuah rancangan penelitian, setelah terlebih dahulu penulis merumuskannya. Seorang peneliti yang pandai (profesional) biasanya akan cenderung memilih masalah-masalah penelitian yang unik, masih langka, dan urgen (mendesak) untuk diteliti. Namun sebaliknya, bagi seorang peneliti yang masih pemula biasanya hanya akan memilih masalah-masalah penelitian yang bersifat sederhana serta masih umum. Ada beberapa persyaratan sebuah masalah dapat diangkat ke dalam suatu penelitian. Dalam pendekatan positivistik misalnya, syarat sebuah masalah penelitian adalah yang jelas dan secara realita memang ada (nyata), sehingga secara teknis dapat diteliti atau diamati (bersifat empirik). Hal ini karena salah satu objek penelitian ilmiah adalah dunia kasat mata, yaitu suatu objek atau fenomena sosial yang dapat diamati secara inderawi, dan bukannya di dunia atau objek yang tidak dapat diamati (di dunia alam maya).

Kemudian setelah mengetahui tentang syarat sebuah masalah yang layak diangkat ke dalam penelitian, lalu timbul pertanyaan, mengapa dalam kehidupan sosial di masyarakat itu selalu timbul suatu masalah? Dalam dunia ilmiah suatu masalah itu timbul apabila terdapat kesenjangan (jarak yang lebar) antara das sein dan das sollen, atau antara apa yang sebenarnya (sesuai kenyataan) terjadi dengan apa yang seharusnya (sesuai keinginan) terjadi. Sebagai contoh, kemiskinan adalah suatu masalah, sebab di dalam masyarakat terdapat banyak orang yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga timbul kemiskinan (kenyataan yang terjadi/das sein). Kenyataan tersebut adalah jauh dari harapan yang dicita-citakan oleh kebanyakan orang, yakni setiap manusia seharusnya mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya (apa yang seharusnya terjadi/das sollen).

Bagi seseorang yang sudah terbiasa dengan kegiatan riset, masalah penelitian biasanya sudah bisa ditebak (diketahui) dari judul yang telah dicantumkan atau ditulis oleh seorang peneliti, tetapi tidak selalu penelitian tersebut tergambar dalam judul sebuah laporan penelitian. Selain dapat diketahui dari judul penelitian, masalah penelitian juga dapat dilihat dari latar belakang masalah yang telah diajukan oleh peneliti. Latar belakang biasanya berisi tentang alasan pemilihan judul (masalah), urgen (mendesak/pentingnya) masalah tersebut diangkat (diteliti), serta adanya segi kemenarikan dari masalah tersebut, sehingga seorang peneliti memiliki alasan kuat untuk mengadakan penelitian. Sebuah masalah penelitian yang telah diulas di dalam latar belakang masalah biasanya masih bersifat umum, oleh karena itu harus diuraikan atau dijabarkan lagi sehingga lebih terperinci, dalam hal ini seorang peneliti harus melakukan proses identifikasi terhadap masalah-masalah yang akan dijabarkan tersebut.

Namun begitu, seorang peneliti tidak lalu serta merta mengambil seluruh masalah-masalah yang telah teridentifikasi itu ke dalam fokus penelitiannya. Atau dengan kata lain, masalah-masalah yang telah diidentifikasikan itu tidak seluruhnya diteliti, sebab selain tidak efisien/efektif namun juga berakibat penelitiannya tidak memfokus. Jika suatu penelitian tidak memfokus ke suatu masalah penelitian tertentu maka hasilnya pun kurang baik, sebab kesimpulannya akan mengambang dan kurang jelas. Oleh karena itu, seorang peneliti harus memilih beberapa masalah saja, terutama yang menurut mereka cukup penting. Atau dengan cara lain misalnya, beberapa masalah yang saling berdekatan namun dirasa cukup penting bisa saling digabungkan. Dengan demikian untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan memfokus, maka sub-sub masalah yang akan diangkat ke dalam suatu penelitian tidak usah terlalu banyak (misalnya saja ambil satu, dua, atau tiga masalah, dan khususnya bagi para peneliti pemula hal semacam ini dirasa sangat cukup).

Secara teknis agar lebih mempermudah proses penelitian selanjutnya, masalah-masalah yang telah dipilih itu kemudian dirumuskan secara spesifik, dan ditulis ke dalam bahasa serta kalimat yang jelas dan operasional. Perumusan masalah dapat disusun dalam bentuk kalimat pernyataan atau kalimat tanya (pertanyaan). Namun pada umumnya, perumusan masalah lebih banyak disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Beberapa contoh perumusan masalah dalam penelitian-penelitian sosial budaya itu misalnya:

  1. Bagaimanakah latar belakang munculnya kenakalan remaja di kota besar akhir-akhir ini?
  2. Bagaimanakah peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam membina komunikasi yang sehat antara siswa dan dewan guru?
  3. Bagaimanakah peranan Pedagang Kaki Lima (PKL) dalam menggeliatkan perekonomian sektor informal di kota A?
  4. Dalam situasi krisis ekonomi, mengapa perjudian menjadi fenomena yang semakin marak dan tumbuh subur, khususnya di kota-kota besar pada akhir-akhir ini?
  5. Apakah ada hubungan antara masuknya pengaruh budaya Barat dengan menurunnya kegairahan masyarakat terhadap apresiasi seni tradisi?
  6. Bagaimanakah dampak dioperasikannya ATM Kondom terhadap perilaku seks bebas di kalangan remaja?

2. Tujuan Penelitian Sosial

Tujuan penelitian sosial yang pokok adalah fenomena sosial. Dalam usahanya memahami fenomena itu seringkali peneliti menghubungkan fenomena tersebut dengan fenomena lain.

3. Menentukan dan Memilih Metode Penelitian Sosial

Selain menentukan masalah dan merumuskannya, hal terpenting yang perlu diketahui oleh seorang peneliti sebelum membuat atau menentukan sebuah rancangan penelitian, yaitu memilih atau menentukan sebuah metode penelitian yang tepat. Bagi seorang peneliti langkah ini merupakan sesuatu hal yang teramat penting, sebab dengan memperoleh metode yang tepat dalam sebuah penelitian maka dengan sendirinya proses penelitiannya akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, yakni sesuai dengan langkah-langkah ilmiah yang tepat atau benar. Selanjutnya, dengan melalui langkah ilmiah yang benar, maka hasil penelitian pun diharapkan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah pula.

Jadi, berdasarkan uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa kedudukan metode dalam sebuah proses penelitian adalah sangat penting, oleh karena itu seorang peneliti harus dapat menentukannya secara tepat. Dalam kegiatan penelitian, metode ilmiah ini biasanya disesuaikan dengan objek atau masalah apa yang akan ditelitinya. Pada uraian berikut ini akan dicoba dijelaskan beberapa hal berkaitan dengan pemilihan motode penelitian ilmiah itu, khususnya dalam bidang ilmu-ilmu sosial. Untuk itu ikutilah uraiannya mulai dari karakteristik, pengertian, alasan atau pentingnya penggunaan metode, proses sebuah metode sampai kepada bagaimana memilih sebuah metode penelitian sosial yang sesuai dengan masalah yang akan ditelitinya itu, berikut ini.

Suatu proses penelitian sosial pada hakikatnya adalah sebuah kegiatan spionase untuk mencari, menyelidiki, memata-matai, dan menemukan pengetahuan dari lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Jadi bukan sebaliknya, yakni mencari kebenaran-kebenaran normatif yang hanya dituntun melalui cara berpikir deduktif semata. Jadi berbeda dengan kegiatan-kegiatan serupa lainnya, sebut saja kegiatan wawancara dan pelacakan yang biasa dilakukan di dunia jurnalistik, di mana pelaksanaannya boleh dilakukan secara tidak beraturan. Sementara pada kegiatan penelitian (khususnya penelitian-penelitian sosial), maka hal itu haruslah dilakukan secara urut, teratur, dan sesuai dengan metode tertentu sehingga gejala yang diteliti serta data-data yang diperoleh benar-benar cermat (accurate), berketerandalan (reliable), dan sahih (valid).

Sementara itu, metode yang berasal dari bahasa Yunani, “methodos“, secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Lalu timbul pertanyaan kenapa di dalam penelitian ilmu sosial, keberadaan metode ini mutlak diperlukan? Hal ini tidak lain, sebagaimana dikatakan oleh Arnold M. Rose (Bagong Suyanto, dkk, 1995), karena fakta sosial dan budaya tidak tergeletak dan sudah “siap pakai” begitu saja, sehingga tinggal menunggu untuk diambil. Melainkan, fakta sosial itu harus dibuka dari “kulit pembungkusnya”, jadi kenyataan yang sepintas tampak, harus diamati dalam suatu kerangka acuan yang spesifik, harus diukur dengan tepat, dan harus diamati pula pada suatu fakta yang dapat dikaitkan dengan fakta-fakta lainnya yang relevan.

Pada awalnya, metode penelitian yang berkembang pada ilmu-ilmu sosial dipengaruhi oleh pendekatan positivistik, yang berpangkal pada keyakinan bahwa kebenaran-kebenaran itu selalu termanifestasikan dalam wujud gejala-gejala yang dapat diamati secara inderawi. Artinya, pendekatan positivistik (lazim pula disebut pendekatan empiris), berasumsi bahwa sebuah gejala itu hanyalah boleh dinilai “betul” (true), dan bukan “benar” (right), manakala gejala itu kasat mata, dapat diamati, dan dapat diukur. Namun dalam perkembangannya kemudian, metode yang dipergunakan dalam pendekatan positivistik di atas mulai dimodifikasi, dan bahkan ditinggalkan oleh para peneliti sosial itu sendiri. Oleh karena dalam kenyataannya, bahwa para peneliti sosial telah menemukan bukti bahwa ternyata tidak semua gejala sosial itu dapat diukur dan dikuantifisir seperti halnya realitas fisik-anorganik.

C. Membuat Rancangan Penelitian Sosial

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, seorang peneliti sosial yang akan melaksanakan kegiatan penelitian sosialnya jelas harus mengadakan persiapan, baik persiapan fisik, administrasi, maupun persiapan secara profesional. Jadi dalam hal ini seorang peneliti harus membuat keputusan-keputusan mengenai persiapan-persiapan apa yang akan diadakannya tersebut, sehingga proses maupun hasil akhirnya nanti tidak melenceng dari sasaran maupun harapan yang telah dicanangkannya. Beberapa persiapan penelitian yang merupakan hasil keputusan oleh peneliti itulah yang selanjutnya akan dituangkannya ke dalam sebuah rancangan penelitian.

Sementara itu dalam kaitannya dengan pembuatan rancangan penelitian sosial yang harus dipersiapkan oleh seorang peneliti tersebut, maka beberapa draf atau poin utama rancangan penelitian yang telah dipersiapkan peneliti sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bersama-sama dengan unsur-unsur rancangan penelitian lainnya secara lengkap akan dituangkannya ke dalam sebuah rancangan penelitian (research design) yang sesungguhnya. Pembuatan rancangan penelitian itu sendiri merupakan langkah terakhir bagi seorang peneliti sebelum mereka memutuskan untuk memulai kegiatan penelitiannya, termasuk terjun ke dalam lapangan guna mencari data-data penelitian yang diperlukan. Secara sederhana, istilah rancangan penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu perencanaan kegiatan sebelum kegiatan penelitian tersebut dilaksanakan. Suatu rancangan penelitian, dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan penelitian sebelum kegiatan penelitian itu dilaksanakan. Sedangkan kegiatan merencanakan penelitian itu sendiri berisi atau mencakup beberapa unsur atau komponen-komponen penelitian yang diperlukan. Meskipun begitu, dalam suatu penelitian yang bertipe kualitatif, komponen-komponen yang akan dipersiapkan itu masihlah bersifat kemungkinan, artinya nanti dalam perjalanannya masih bisa berubah, jadi tergantung dari kondisi serta perkembangan-perkembangan di lapangan (selama penelitian berlangsung). Sedangkan pada penelitian yang bertipe kuantitatif, terjadi hal yang sebaliknya, yakni komponen-komponen penelitian yang dipersiapkan itu cenderung tidak banyak berubah.

Untuk penelitian yang bertipe kualitatif, komponen-komponen penelitian yang perlu dipersiapkan dan diputuskan sebagai persiapan untuk mengadakan penelitian, menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (1998: 237) terdiri dari sepuluh komponen atau unsur, yakni penentuan fokus (masalah) penelitian, kesesuaian paradigma dengan fokus, kesesuaian paradigma dengan teori substantif, subyek penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik penelitian, pengumpulan data, analisis data, perlengkapan penelitian, dan pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan pada penelitian yang bertipe kuantitatif, ada beberapa rancangan pokok (khusus) yang harus dipersiapkan oleh seorang peneliti, di mana hal tersebut tidak terdapat pada tipe penelitian kualitatif. Adapun rancangan pokok penelitian kuantitatif yang harus dipersiapkan peneliti, selain menentukan fokus (masalah) penelitian yang akan diteliti juga berisi komponen-komponen penelitian sebagai berikut:

  1. Sampel dan teknik sampling, antara lain dijelaskan masalah definisi populasi dan sampel, serta bagaimana cara menentukan sampelnya.
  2. Variabel-variabel yang diteliti, misalnya variabel terikat dan variabel bebasnya apa saja.
  3. Instrumen yang digunakan untuk mencari data, misalnya berupa tes, angket, daftar observasi, atau yang lainnya.
  4. Teknik Pengukuran, yakni bagaimana variabel diukur dan bagaimana cara menguantifikasikannya.
  5. Teknik Analisis Data, yakni bagaimana data akan diolah, misalnya akan memakai teknik statistik apa.

Selanjutnya, setelah mempelajari dan mengetahui beberapa komponen atau unsur-unsur pokok di dalam rancangan metode penelitian, dan juga beberapa unsur lainnya dalam sebuah penelitian, berikut ini akan diberikan sebuah contoh kerangka rancangan penelitian kualitatif yang nantinya dapat dimanfaatkan pula ketika seorang peneliti harus membuat sebuah usulan penelitian (research proposal), baik untuk penelitian-penelitian yang bersifat akademik, proyek, dan lain-lain.

D. Cara Melakukan Penelitian Sosial Secara Sederhana

Setelah seorang peneliti membuat atau mempersiapkan rancangan penelitiannya, maka langkah selanjutnya dalam sebuah kegiatan penelitian sederhana adalah melakukan kegiatan penelitian yang sesungguhnya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam tahap kegiatan lapangan ini, yaitu mengumpulkan data penelitian serta mengolah hasilnya.

1. Mengumpulkan Data Penelitian

Agar kita dapat sampai kepada kegiatan mengolah dan menganalisis data hasil penelitian, maka data-data mentah yang masih berserakan di lapangan harus segera dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data yang telah dirancang sebelumnya. Ada beberapa teknik pengumpulan data yang masing-masing memiliki dasar keunggulan serta kelemahannya sendiri-sendiri. Namun terlepas dari adanya kelemahan dan keunggulan dari masing-masing teknik pengumpulan data tersebut, maka memilih teknik pengumpulan data juga harus disesuaikan dengan tipe serta jenis penelitian yang akan dilakukannya. Secara umum, pengertian teknik pengumpulan data adalah upaya menjaring data hasil penelitian menggunakan alat-alat (instrumen) penelitian tertentu secara ilmiah, atau dengan kata lain proses pengumpulan data hasil penelitian yang dilakukan menggunakan prosedur yang benar dan ilmiah, sehingga data-data yang berhasil dijaring atau dikumpulkannya itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Dalam penelitian kualitatif, ada beberapa teknik pengumpulan data yang biasa digunakan oleh para peneliti, khususnya di bidang ilmu-ilmu sosial dan budaya, di antaranya yang paling umum dan sering digunakan adalah teknik wawancara (interview), observasi, dan analisis dokumen. Teknik pengumpulan data yang semacam itu tentunya disesuaikan dengan jenis-jenis sumber data yang akan dijaringnya. Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang paling utama adalah informan (yakni orang yang akan dimintai keterangan/informasi sehubungan dengan kegiatan penelitian tersebut). Karena sumber utamanya berupa informan, maka teknik pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kualitatif adalah dengan cara wawancara. Sementara sumber-sumber data lainnya seperti tempat dan peristiwa dapat diperoleh melalui teknik pengamatan (observasi), sedangkan sumber atau data-data dokumen seperti arsip dan buku-buku lainnya bersifat mendukung, dan diperoleh melalui teknik analisis dokumen. Dalam kaitannya dengan penggunaan sumber-sumber buku serta arsip-arsip tersebut, memang ada satu jenis khusus penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yang menjadikan sumber-sumber tertulis tersebut sebagai sumber data utamanya, seperti misalnya penelitian-penelitian studi pustaka.

Dalam penelitian-penelitian kualitatif murni, ada beberapa teknik sampling (cara untuk mendapatkan data/sampel), seperti Purposive Sampling dan Snowball Sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang diseimbangkan dengan tujuan penelitian, dan karena itu pula teknik tersebut dinamakan sebagai sampling bertujuan. Sedangkan Snowball Sampling atau teknik bola salju, yang dimaksudkan sebagai teknik pencarian (pemilihan) informan yang semakin lama semakin berkembang (bagaikan bola salju yang semakin menggelinding semakin besar/ berkembang bolanya/informannya), sesuai dengan kebutuhan dan kematangan dalam memperoleh data. Jadi dalam hal ini jumlah informan tidak dibatasi. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa dalam penelitian kualitatif sampel tidak ditentukan secara random (acak), sebab penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk membuat suatu generalisasi dari hasil penelitian. Selain itu, penelitian kualitatif juga dilakukan hanya pada komunitas sosial yang jumlahnya relatif kecil, sehingga penentuan sampel cukup dilakukan secara purposive, atau bahkan tidak disebut sama sekali sebagai sampel, melainkan hanya disebut sebagai setting atau objek penelitian saja.

Dalam penelitian kualitatif sampel tidak ditentukan secara random (acak), sebab penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk membuat suatu generalisasi dari hasil penelitian. Sementara dalam kaitannya dengan penelitian-penelitian sosial budaya yang bersifat kuantitatif, maka akan lebih banyak lagi persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhinya (oleh para peneliti). Misalnya saja, harus ada penjelasan mengenai variabel-variabel yang akan dikumpulkan (ditelitinya), dan sumber-sumber data (dari mana keterangan mengenai variabel tersebut akan didapatkan). Demikian juga halnya yang menyangkut teknik pengukuran, instrumen (alat) pengukuran, dan teknik mendapatkan data (umpamanya dengan interview). Sekiranya pengumpulan data memerlukan instrumen tertentu (misalnya saja angket, tes, dan lain-lain), maka instrumen yang akan dipergunakan juga harus diujinya terlebih dahulu sebelum dipergunakan. Untuk itulah, maka dalam hal ini haruslah dinyatakan terlebih dahulu secara tersurat, langkah-langkah pengujian yang telah ditempuh beserta hasil-hasilnya. Memang pada pokoknya, instrumen-instrumen penelitian kuantitatif tersebut memang harus teruji kemampuannya seperti tingkat keabsahan (validity/ketepatan) serta tingkat keandalannya (reliability/ keajegannya).

2. Pengolahan (Analisis) Data Hasil

a. Penelitian Sosial Bertipe Kuantitatif

Selain pengumpulan data, maka dalam suatu penelitian ada salah satu tahap lagi yang cukup penting untuk dikerjakan, yakni tahap analisis data. Pada penelitian sosial yang bertipe kuantitatif, kegiatan analisis data baru dimulai apabila proses pengumpulan data dari lapangan telah selesai dilakukan. Pada tahap ini data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil disimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Untuk itulah, maka pada tahap ini imajinasi serta kreativitas dari seorang peneliti benar-benar diuji. Sebagaimana halnya dengan kegiatan pengolahan (analisis) data, di mana antara jenis penelitian satu dan jenis penelitian lain, akan memiliki teknik pengolahan (analisis) data yang berbeda pula. Misalnya saja, dalam penelitian yang bertipe kuantitatif maka teknik-teknik statistik akan lebih banyak digunakan daripada dalam penelitian yang bertipe kualitatif.

Dalam penelitian kuantitatif, misalnya saja survei, terdapat dua macam analisis data, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Perbedaan ini tergantung dari sifat data yang dikumpulkan oleh peneliti. Apabila data yang berhasil dikumpulkan itu hanya sedikit, bersifat monografi, atau berujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun ke dalam suatu struktur klasifikatoris), maka analisisnya menggunakan analisis kualitatif. Sedangkan apabila data yang dikumpulkan tersebut berjumlah besar dan mudah diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori, maka analisis kuantitatiflah yang harus dikerjakan. Proses analisis kuantitatif dapat dibagi menjadi tiga tahapan yang satu dengan lainnya saling berkaitan. Tahap pertama, adalah pendahuluan, atau yang disebut juga Sebagai tahap pengolahan data. Tahap kedua, yang merupakan tahap utama dalam analisis kuantitatif disebut sebagai tahap pengorganisasian data. Sedangkan tahap yang terakhir adalah tahap penemuan hasil. Rangkaian kegiatan analisis kuantitatif tersebut dinamakan pula sebagai analisis statistik, sebab pada tahap kedua dan ketiga pada khususnya, sangatlah diperlukan adanya pengetahuan serta pengukuran yang cermat menurut ilmu statistik. Mengingat adanya kenyataan yang semacam itu pulalah sehingga analisis kuantitatif disebut juga sebagai analisis statistik. Dalam penelitian kuantitatif terdapat dua macam analisis data, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Perbedaan kedua analisis data tersebut tergantung dari sifat data yang dikumpulkan oleh peneliti.

Menurut Tadjuddin Nur Effendi, terdapat tiga langkah yang perlu dikerjakan dalam pengolahan (analisis) data. Pertama, memasukkan data ke dalam kartu atau berkas (file) data. Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabel silang (silang dua atau tiga variabel). Ketiga, mengedit yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga langkah atau kegiatan tersebut dapat ditempuh baik secara manual maupun melalui komputer. Namun sebelum proses memasukkan data dilakukan, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti yaitu kegiatan editing dan koding. Editing adalah penelitian kembali catatan-catatan para pencari data (pewawancara) untuk mengetahui apakah catatan-catatan itu cukup baik dan dapat dipersiapkan guna keperluan proses berikutnya. Editing dilakukan terhadap daftar-daftar pertanyaan yang disusun secara terstruktur dan diisi lewat wawancara formal. Lewat cara editing inilah diharapkan akan dapat meningkatkan keandalan (reliabilitas) data yang hendak diolah dan dianalisis. Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan koding adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Sedangkan klasifikasi itu sendiri dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan kode tertentu (biasanya dalam bentuk angka).

Setelah kegiatan pengolahan data dilakukan, kegiatan analisis meningkat ke kegiatan pengorganisasian data serta penemuan hasil, di mana di dalamnya akan ada uji-uji statistik tertentu yang dipersyaratkan, sehingga dalam kegiatan ini sangatlah dibutuhkan adanya keahlian, kecakapan serta kreativitas dari masing-masing (para peneliti) untuk mengeluarkan segala kemampuannya, sehingga akan mendapatkan hasil atau kesimpulan penelitian yang benar, objektif, serta dapat dipercaya.

b. Penelitian Sosial Bertipe Kualitatif

Untuk penelitian sosial yang bertipe kualitatif, karena prosesnya yang bersifat berkesinambungan maka antara kegiatan pengolahan data, pengumpulan data, serta analisisnya dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian. Oleh karena itulah, maka dalam penelitian kualitatif pengolahan datanya tidak harus dilakukan (menunggu) setelah data terkumpul, atau analisis data baru dapat dilakukan setelah pengolahan data selesai. Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa, selama data dikumpulkan peneliti dapat mengolah data serta menganalisisnya secara bersamaan. Demikian juga sebaliknya, pada saat peneliti menganalisis data, mereka dapat kembali lagi ke lapangan guna memperoleh tambahan data yang dianggap perlu serta mengolahnya kembali. Jadi pada penelitian kualitatif prosedur penelitian tidak distandardisasi dan bersifat fleksibel. Atau dengan kata lain, yang ada adalah petunjuk yang dipakai, namun bukan aturan. Untuk penelitian sosial yang bertipe kualitatif, karena prosesnya yang bersifat berkesinambungan maka antara kegiatan pengolahan data, pengumpulan data, serta analisisnya dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian.

Sementara khusus untuk pengolahan data dalam penelitian kualitatif, dilakukan dengan cara mengklasifikasikan atau mengategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitiannya. Pengolahan data kualitatif ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan komputer. Selanjutnya bila penelitian (sosial budaya) tersebut dimaksudkan untuk membentuk proposisi atau teori, maka analisis data secara induktif dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yakni sebagaimana dilakukan dalam penelitian grounded research, sebagai berikut:

  • Membuat definisi umum/sementara tentang gejala yang dipelajari.
  • Merumuskan suatu hipotesis untuk menjelaskan gejala tersebut (hal ini dapat didasarkan pada data, penelitian lain, atau pemahaman dari peneliti sendiri).
  • Mempelajari suatu kasus untuk melihat kecocokan antara kasus dan hipotesis.
  • Jika hipotesis tidak menjelaskan kasus, maka akan dirumuskan kembali hipotesis atau mendefinisikan kembali gejala yang dipelajari.
  • Mempelajari kasus-kasus negatif untuk menolak hipotesis.
  • Bila ditemui kasus-kasus negatif, akan diformulasikan kembali hipotesis atau mendefinisikan kembali gejala.
  • Melanjutkan sampai hipotesis benar-benar diterima dengan cara menguji kasus-kasus yang bervariasi.

Adanya proses yang bersifat berkesinambungan dalam penelitian kualitatif, sehingga analisis datanya juga dapat bersifat siklus. Proses siklus itu meliputi tiga komponen yakni reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga komponen itu dapat dilakukan melalui suatu aktivitas yang berbentuk interaksi antar komponen dan melalui proses pengumpulan data sebagai proses siklus.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sosiologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosial secara ilmiah. Sebagai suatu pengetahuan yang disebut ilmu, sosiologi juga memiliki metode-metode ilmiah tertentu dalam mempelajari dan mengungkapkan gejala-gejala sosial tersebut, serta kebenaran-kebenaran yang terjadi di balik gejala-gejala sosial itu, sehingga menjadi bahan pengetahuan ilmiah yang bermanfaat bagi kehidupan manusia serta kebaikan seluruh umat manusia pada umumnya. Dalam bidang ilmu sosiologi, salah satu upaya untuk mempelajari serta mengungkapkan masalah serta gejala-gejala sosial semacam itu di antaranya dilakukan dengan cara mengadakan penelitian atau kegiatan riset tentang masalah-masalah sosial. Penelitian sosial adalah salah satu kegiatan ilmiah, yang memiliki fungsi atau manfaat antara lain memberikan deskripsi (gambaran dan pemetaan), serta penjelasan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat, dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan serta implikasi-implikasinya.

Sebelum peneliti terjun ke lapangan, seorang peneliti juga harus mengadakan persiapan, baik persiapan fisik, administrasi, maupun persiapan secara profesional. Peneliti harus membuat keputusan-keputusan tentang persiapan-persiapan yang akan diadakannya tersebut. Untuk itu peneliti perlu membuat sebuah rancangan penelitian (research design) sebelum melaksanakan penelitian. Rancangan dapat diartikan sebagai perencanaan suatu kegiatan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Suatu rancangan penelitian, dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan penelitian sebelum kegiatan penelitian itu dilaksanakan. Sedangkan kegiatan merencanakan penelitian itu sendiri berisi atau mencakup beberapa komponen-komponen penelitian yang diperlukan. Beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan itu misalnya menyangkut penentuan masalah dan merumuskannya serta memilih dan menentukan metode penelitian yang akan digunakannya.

Dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, berdasarkan tujuannya sekurang-kurangnya terdapat dua macam jenis penelitian, yakni penelitian deskriptif dan penelitian eksplanatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci, sedangkan penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang menghasilkan atau mencari jawab tentang hubungan antar objek atau variabel. Penelitian yang deskriptif dapat bertipe kuantitatif atau kualitatif, sedangkan penelitian yang eksplanatif hampir selalu bertipe kuantitatif.

Penelitian ilmu-ilmu sosial mengenal dua macam metode penelitian, yakni yang bertipe kualitatif dan kuantitatif. Tujuan penelitian sosial adalah untuk memahami realitas sosial budaya, dan keberadaan metode sangat membantu kita agar dapat memahami realitas sosial secara lebih cermat. Akan tetapi, meskipun kedudukan metode itu amat penting dan sentral, namun metode bukanlah suatu ideologi yang harus selalu dituruti dan diperjuangkan, ia hanyalah alat yang akan membantu kecermatan peneliti dalam proses penelitian. Selain itu, jenis penelitian apapun yang akan dilakukan, metode yang dipilih harus mempertimbangkan kesesuaiannnya dengan objek studi, atau dengan kata lain objeklah yang menentukan metode, bukan sebaliknya.

B. Saran

Beberapa hal yang harus dilakukan ketika seorang peneliti mulai melakukan penelitian yang sesungguhnya di lapangan, yakni mengumpulkan dan mengolah (menganalisis) data hasil penelitian. Ada beberapa teknik pengumpulan data yang masing-masing memiliki dasar keunggulan serta kelemahannya sendiri-sendiri. Namun terlepas dari adanya kelemahan dan keunggulan dari masing-masing teknik pengumpulan data tersebut, maka memilih teknik pengumpulan data juga harus disesuaikan dengan tipe serta jenis penelitian yang akan dilakukannya. Demikian pula halnya dengan kegiatan pengolahan (analisis) data, di mana antara jenis penelitian satu dan jenis penelitian lain, akan memiliki teknik pengolahan (analisis) data yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Terjemahan Arief Furchan. Surabaya: Usaha Nasional.

Bagong, Suyanto (ed.). 1995. Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press.

Lexy, J. Moleong. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Masri, Singarimbun dan Sofian Effendi (ed.). 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Siswojo Hardjodipuro. 1987. Metode Penelitian Sosial I. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Yatim Riyanto. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC.

Download Contoh Makalah Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial.docx