Makalah Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Sejarah

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Sejarah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Sejarah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Sejarah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Sejarah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, Oktober 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian sejarah merupakan sebuah disiplin ilmu yang berfokus pada kajian dan analisis mengenai kejadian-kejadian masa lalu, baik itu peristiwa politik, budaya, sosial, maupun ekonomi. Tujuan utama dari penelitian sejarah adalah untuk memahami masa lalu agar dapat menjelaskan keadaan saat ini dan memprediksi masa depan.

Penelitian sejarah dilakukan dengan cara mempelajari sumber-sumber sejarah yang ada, seperti arsip, dokumen, catatan, artefak, dan saksi mata. Dalam melakukan penelitian sejarah, seorang sejarawan harus memahami konteks sejarah dari kejadian yang sedang diteliti, mengembangkan hipotesis, dan melakukan analisis kritis terhadap sumber-sumber sejarah yang tersedia.

Penelitian sejarah memiliki banyak manfaat, di antaranya untuk memahami peristiwa-peristiwa penting di masa lalu, mengidentifikasi dan menganalisis tren dan pola dalam sejarah, dan memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang peradaban manusia secara umum. Selain itu, penelitian sejarah juga dapat memberikan wawasan tentang bagaimana masalah-masalah sosial dan politik masa lalu dapat diterapkan pada konteks saat ini.

Sejarah masa lampau diperoleh melalui proses penelitian. Penelitian dilakukan berdasarkan disiplin sejarah atau ilmu sejarah sehingga mampu menemukan sumber-sumber yang tepat sesuai dengan topik yang ditulis. Bentuk penelitian sejarah terkait dengan metode pengumpulan data yang digunakan. Dalam usaha menyingkap sejarah, kita akan mendapatkan sejarah sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi dalam lingkup kehidupan manusia pada masa lampau yang akan meninggalkan bukti-bukti sejarah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Sejarah ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana langkah-langkah dalam penelitian sejarah?
  2. Apa saja sumber sejarah?
  3. Apa yang dimaksud dengan bukti dan fakta sejarah?
  4. Apa saja jenis-jenis sejarah?
  5. Bagaimana prinsip-prinsip dasar dalam penelitian sejarah lisan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Sejarah ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penelitian sejarah.
  2. Untuk mengetahui sumber sejarah.
  3. Untuk mengetahui bukti dan fakta sejarah.
  4. Untuk mengetahui jenis-jenis sejarah.
  5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam penelitian sejarah lisan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah dalam Penelitian Sejarah

  1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani, heuriskein, artinya menemukan. Heuristik, maksudnya adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau yang relevan dengan topik/judul penelitian. Untuk melacak sumber tersebut, sejarawan harus dapat mencari di berbagai dokumen baik melalui metode kepustakaan atau arsip nasional. Sejarawan dapat juga mengunjungi situs sejarah atau melakukan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap, serta dapat menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran. Masa lampau yang begitu banyak periode dan banyak bagian-bagiannya (seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya) memiliki sumber data yang juga beraneka ragam sehingga perlu adanya klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut.

  1. Verifikasi

Verifikasi adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah. Verifikasi dalam sejarah memiliki arti pemeriksaan terhadap kebenaran laporan tentang suatu peristiwa sejarah. Penilaian terhadap sumber-sumber sejarah menyangkut aspek ekstern dan intern. Aspek ekstern mempersoalkan apakah sumber itu asli atau palsu sehingga sejarawan harus mampu menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut, misalnya, waktu pembuatan dokumen, bahan, atau materi dokumen. Aspek intern mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan informasi yang diperlukan. Dalam hal ini, aspek intern berupa proses analisis terhadap suatu dokumen.

  1. Interpretasi

Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Interpretasi dalam sejarah dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Sejarah sebagai suatu peristiwa dapat diungkap kembali oleh para sejarawan melalui berbagai sumber, baik berbentuk data, dokumen perpustakaan, buku, berkunjung ke situs-situs sejarah atau wawancara, sehingga dapat terkumpul dan mendukung dalam proses interpretasi. Dengan demikian, setelah kritik selesai maka langkah berikutnya adalah melakukan interpretasi atau penafsiran dan analisis terhadap data yang diperoleh dari berbagai sumber.

  1. Historiografi

Historiografi adalah penulisan sejarah. Historiografi merupakan tahap terakhir dari kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah. Menulis kisah sejarah bukanlah sekadar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian. Untuk itu, menulis sejarah memerlukan kecakapan dan kemahiran. Historiografi merupakan rekaman tentang segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran tentang perilaku yang baik. Sesudah menentukan judul, mengumpulkan bahan-bahan atau sumber serta melakukan kritik dan seleksi, maka mulailah menuliskan kisah sejarah.

B. Sumber Sejarah

Sejarah dimulai dari cerita-cerita rakyat atau legenda yang mampu mengungkapkan peristiwa pada masa lampau, walaupun penuh dengan berbagai mitos yang harus diteliti lebih lanjut agar dapat digunakan sebagai sumber sejarah. Masyarakat dahulu memang memberikan informasi sejarah secara turun temurun dan mereka menganggap benar apa yang telah mereka terima dari nenek moyangnya yang terpancar dari peninggalan-peninggalan di sekitar tempat tinggalnya. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan kembali tidak mungkin dilakukan tanpa sumber yang memadai, artinya sumber yang mendukung sehingga mampu mendekati kebenaran suatu peristiwa sejarah.

Sumber sejarah adalah semua yang menjadi pokok sejarah. Menurut Moh. Ali, yang dimaksud sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah sejak zaman purba sampai sekarang. Sementara Muh. Yamin mengatakan bahwa sumber sejarah adalah kumpulan benda kebudayaan untuk membuktikan sejarah. Ada tiga macam sumber sejarah.

  1. Sumber tertulis

Sumber tertulis adalah sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulis, catatan peristiwa yang terjadi di masa lampau, misalnya prasasti, dokumen, naskah, piagam, babad, surat kabar, tambo (catatan tahunan dari Cina), dan rekaman. Sumber tertulis dibedakan menjadi dua, yaitu sumber primer (dokumen) dan sumber sekunder (buku perpustakaan).

  1. Sumber lisan

Sumber lisan adalah keterangan langsung dari para pelaku atau saksi mata dari peristiwa yang terjadi di masa lampau. Misalnya, seorang anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) yang pernah ikut Serangan Umum menceritakan peristiwa yang dialami kepada orang lain, apa yang dialami dan dilihat serta yang dilakukannya merupakan penuturan lisan (sumber lisan) yang dapat dipakai untuk bahan penelitian sejarah. Dapat juga berupa penuturan masyarakat di sekitar kota Yogyakarta saat 1 Maret 1949 yang ikut menyaksikan Serangan Umum tersebut, penuturannya juga dapat dikategorikan sebagai sumber lisan. Jika sumber lisan berupa cerita rakyat (folklore), maka perlu dicermati kebenarannya sebab penuh dengan berbagai mitos.

  1. Sumber benda

Sumber benda adalah sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan, misalnya, alat-alat atau benda budaya, seperti kapak, gerabah, perhiasan, manik-manik, candi, dan patung. Sumber-sumber sejarah tersebut belum tentu seluruhnya dapat menginformasikan kebenaran secara pasti. Oleh karena itu, sumber sejarah tersebut perlu diteliti, dikaji, dianalisis, dan ditafsirkan dengan cermat oleh para ahli.

C. Bukti dan Fakta Sejarah

Sejarah suatu masyarakat dan bangsa di masa lampau dapat diketahui melalui penemuan bukti atau fakta (kata fakta berasal dari bahasa Latin, factus atau facerel, yang artinya selesai atau mengerjakan). Fakta menunjukkan terjadinya suatu peristiwa di masa lampau.

Bukti peninggalan sejarah merupakan sumber penulisan sejarah. Fakta adalah hasil dari seleksi data yang terpilih. Fakta sejarah ada yang berbentuk benda konkret, misalnya, candi, patung, perkakas yang sering disebut artefak. Fakta yang berdimensi sosial disebut sociofact, yaitu berupa jaringan interaksi antarmanusia, sedangkan fakta yang bersifat abstrak berupa keyakinan dan kepercayaan disebut mentifact. Bukti dan fakta sejarah dapat diketahui melalui sumber primer dan sumber sekunder.

  1. Artefak

Artefak adalah semua benda baik secara keseluruhan atau sebagian hasil garapan tangan manusia, contohnya, candi, patung, dan perkakas. Peralatan-peralatan yang dihasilkannya dapat menggambarkan tingkat kehidupan masyarakat pada saat itu (sudah memiliki akal dan budaya yang cukup tinggi), bahkan dapat juga menggambarkan suasana alam, pikiran, status sosial, dan kepercayaan para penciptanya dari suatu masyarakat, hal inilah yang perlu dicermati oleh para sejarawan.

  1. Fakta sosial

Fakta sosial adalah fakta sejarah yang berdimensi sosial, yakni kondisi yang mampu menggambarkan tentang keadaan sosial, suasana zaman dan sistem kemasyarakatan, misalnya interaksi (hubungan) antarmanusia, contoh pakaian adat, atau pakaian kebesaran raja. Jadi fakta sosial berkenaan dengan kehidupan suatu masyarakat, kelompok masyarakat atau suatu negara yang menumbuhkan hubungan sosial yang harmonis serta komunikasi sosial yang terjaga baik. Fakta sosial sebagai bukti sosial yang muncul di lingkungan masyarakat mampu memunculkan suatu peristiwa atau kejadian. Masyarakat pembuat logam memunculkan ciri sosial yang maju, berintegritas, dan mengenal teknik. Di balik itu mereka memiliki tradisi animisme atau dinamisme melalui benda hasil garapannya, bahkan jika kita teliti dengan saksama masyarakat tersebut sudah mengenal persawahan dan hidup dengan ciri gotong royong.

  1. Fakta mental

Fakta mental adalah kondisi yang dapat menggambarkan suasana pikiran, perasaan batin, kerohanian dan sikap yang mendasari suatu karya cipta. Jadi fakta mental bertalian dengan perilaku, ataupun tindakan moral manusia yang mampu menentukan baik buruknya kehidupan manusia, masyarakat, dan negara. Peristiwa yang terjadi pada masa lampau dapat memengaruhi mental kehidupan pada masa kini bahkan ke masa depan. Fakta mental erat hubungannya antara peristiwa yang terjadi dengan batin manusia, sebab perkembangan batin pada suatu masyarakat dapat mencetuskan munculnya suatu peristiwa (ingat peristiwa bom atom di kota Nagasaki dan Hirosima di Jepang yang menyisakan perubahan watak dan rasa takut, itu sebabnya Jepang memelopori kampanye anti bom atom).

D. Jenis-jenis Sejarah

Sejarah sebagai suatu ilmu pengetahuan mempelajari pengetahuan pada masa lampau dalam lingkup kehidupan manusia. Kejadian dalam sejarah itu dapat digolongkan dalam beberapa jenis sejarah sehingga dalam pembahasan sejarah lebih terfokus pada suatu masalah, walaupun dalam pembahasan itu juga terkait dengan berbagai masalah. Oleh karena itu, yang dimaksud jenis dan kategori sejarah adalah perpaduan ciri-ciri yang pada dasarnya dianggap sebagai karakteristik kelompok dan adanya kemampuan menampilkan jenis atau tipe sejarah.

  1. Sejarah geografi

Sejarah geografi ini dikaitkan dengan masalah sejarah yang memiliki keterkaitan dengan geografi, untuk menjawab pertanyaan “di mana peristiwa itu terjadi?” baik secara langsung maupun tidak langsung. Peristiwa sejarah dalam sejarah geografi ini dikaitkan dengan tempat dan lokasi kejadiannya. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan tentang geografi (ilmu geografi) sangat diperlukan, kemudian muncul pertanyaan “mengapa di tempat tersebut?”. Selain itu, pengetahuan geografi juga penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, luas wilayah Indonesia dan keadaan alam ikut mendukung terjadinya suatu peristiwa sejarah. Bahkan adat istiadat pun juga mengambil peran. Begitu juga keadaan alam, dapat dipakai sebagai pertimbangan untuk menciptakan strategi dalam perang.

  1. Sejarah ekonomi

Ilmu pengetahuan yang membahas adanya upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya disebut ilmu ekonomi. Manusia tidak ada yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sendiri. Untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya itu, mereka membutuhkan bantuan orang atau pihak lain. Keadaan inilah yang kemudian menimbulkan terjadinya sistem ekonomi dalam masyarakat (sistem ekonomi kemasyarakatan). Masyarakat Indonesia mulai mengenal sistem ekonomi sejak masa bercocok tanam dengan sistem barter (barang ditukar dengan barang) sebab belum mengenal sistem ekonomi uang. Perdagangan di Nusantara berkembang pesat, terbukanya jalan dagang darat (jalan sutra) yang kemudian muncul jalan dagang laut (jalan dagang rempah-rempah) membuat perdagangan Nusantara semakin marak, sehingga peran aktif pedagang Indonesia semakin tampak dalam hubungan antarbangsa.

  1. Sejarah sosial

Sejarah sosial bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Masalah sosial menjadi pendorong munculnya peristiwa-peristiwa sejarah. Sejarah sosial mengalami proses perkembangan sesuai dengan perkembangan taraf hidup manusia. Ketika masa bercocok tanam, kehidupan sosial mulai tumbuh, gotong royong dirasakan sebagai kewajiban yang mendasar dalam kehidupan sehari-hari. Mereka hidup secara bersama-sama dalam satu kelompok sosial, mereka masih food gathering (mengumpul-kan makanan) yang kemudian meningkat ke food producing (menghasilkan makanan).

Sejarah sosial terus mengalami perkembangan selaras dengan perkembangan masyarakatnya dari yang paling sederhana ke tingkat yang lebih maju. Munculnya modernisasi masyarakat pun akan terus membangun kemajuan sosial. Seperti dalam taraf hidup yang sederhana di masa bercocok tanam, maka upaya sosial muncul dengan masyarakat gotong royong yang dirasakan sebagai hal yang wajib dalam kehidupan bermasyarakat luas bahkan kepada aturan-aturan masyarakat yang perlu mereka taati bersama untuk dijaga kelestariannya.

  1. Sejarah ketatanegaraan dan sejarah politik

Pembicaraan tentang sejarah ketatanegaraan atau sejarah politik sebenarnya berawal dari zaman pras aksara. Hanya saja, bagaimana perkembangan atau wujud dari hal tersebut banyak ahli yang menafsirkan berbagai macam, misalnya, primus inter pares. Berdasarkan peninggalan sejarah diungkapkan bahwa zaman praaksara berbentuk kesukuan. Namun setelah pengaruh Hindu dan Buddha masuk ke Nusantara, muncul sistem baru, yaitu kerajaan, misalnya, Kerajaan Kutai. Sistem kerajaan berkembang luas di Nusantara, baik di Jawa atau di luar Jawa muncul banyak kerajaan Hindu dan Buddha. Masuknya agama Islam ke Nusantara memberi angin baik bagi pertumbuhan kerajaan, sebab memunculkan sistem baru dalam istana. Pada zaman Islam, gelar kepala negaranya adalah sunan atau sultan, itulah salah satu bentuk perkembangan sejarah ketatanegaraan.

E. Prinsip-prinsip Dasar dalam Penelitian Sejarah Lisan

Penelitian sejarah lisan membutuhkan suatu metode pengumpulan data atau bahan penulisan sejarah yang dilakukan oleh peneliti sejarah melalui wawancara secara lisan terhadap pelaku atau saksi peristiwa. Metode ini sudah dipergunakan sejak masa lalu yang semula dipergunakan di Amerika Serikat. Langkah yang harus ditempuh bagi penelitian sejarah lisan adalah menemukan sumber pendukung yang berasal dari para pelaku atau saksi-saksi langsung serta tempat terjadinya peristiwa untuk mencari latar belakang dan pemahaman akibat dari peristiwa yang ditimbulkan sehingga akan mendekati kebenaran seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu, untuk melakukan penelitian sejarah lisan perlu adanya sumber dari para pelaku maupun para saksi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap pelaku atau saksi peristiwa. Namun, terkadang keterangan para pelaku bersifat subjektif sehingga perlu dilakukan penyeleksian atau analisis secara cermat (misalnya, yang menguntungkan pelaku dikatakan, sedangkan yang dianggap negatif atau merugikan pelaku disembunyikan). Kritik terhadap sumber lisan adalah dengan melakukan cross check atau mengecek dengan sumber lisan lainnya. Berikut teknik-teknik pengumpulan data sumber lisan.

  1. Sumber berita dari pelaku sejarah

Pelaku merupakan unsur utama yang berperan dalam peristiwa sebab para pelaku tahu persis latar belakang peristiwa tersebut, apa yang terjadi, sasaran dan tujuannya, serta mengapa terjadi dan siapa saja pelakunya. Metode wawancara kepada pelaku merupakan metode yang paling tepat untuk mengungkapkan dan memaparkan suatu peristiwa.

 Ada beberapa cara dalam pengumpulan informasi lisan melalui teknik wawancara, yaitu adanya seleksi individu untuk diwawancarai guna memperoleh informasi yang akurat (maksudnya kedudukan orang tersebut dalam suatu peristiwa, sebagai pelaku utama, informan, atau saksi), harus ada pendekatan kepada orang yang diwawancarai, mengembangkan suasana lancar dalam wawancara dengan pertanyaan yang jelas, tidak berbelit dan menghindari pertanyaan yang menyinggung perasaan. Persiapkan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan dengan sebaik-baiknya agar memperoleh data yang lengkap dan akurat.

  1. Sumber berita dari saksi sejarah

Orang yang pernah melihat atau menyaksikan suatu peristiwa, tetapi bukan pelaku, disebut saksi. Berita juga sering disampaikan oleh para saksi peristiwa, dapat berupa berita kebenaran, berita sepihak, atau hanya sekadar berita dari suatu peristiwa. Para saksi juga tidak melihat secara utuh dan detail suatu peristiwa sebab ia hanya sekadar mengetahui suatu peristiwa, itu saja tidak seluruhnya. Oleh karena itu, keterangan dari para saksi perlu didukung oleh data lain yang memperkuat bukti peristiwa sejarah.

  1. Sumber berita dari tempat kejadian peristiwa sejarah

Masalah tempat sering mempunyai kaitan dalam sebuah peristiwa, misalnya, peristiwa Rengasdengklok, penyusunan teks proklamasi, dan tempat proklamasi. Tempat tersebut menjadi saksi sejarah yang mampu menjadi sumber lisan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan masalah Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Sejarah di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Dalam penelitian sejarah ada empat tahapan.
    1. Heuristik, yaitu tahap mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan topik atau judul penelitian.
    2. Verifikasi, yaitu penilaian terhadap sumber sejarah yang telah dikumpulkan, aspek ekstern mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan informasi yang diperlukan.
    3. Interpretasi, yaitu penafsiran fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal.
    4. Historiografi, yaitu penulisan sejarah berdasarkan sumber sejarah.
  2. Sumber sejarah adalah semua yang menjadi pokok sejarah. Muh. Yamin mengatakan bahwa sumber sejarah adalah kumpulan benda kebudayaan untuk membuktikan sejarah.
  3. Sumber-sumber sejarah.
    1. Sumber lisan, yaitu keterangan langsung dari pelaku atau saksi dari peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
    2. Sumber tertulis yang diperoleh dari peninggalan tertulis. Jika tulisan yang didapat adalah tulisan kuno, perlu ilmu bantu, yaitu epigrafi.
    3. Sumber benda kuno, untuk mengungkapkannya perlu bantuan ilmu lainnya, seperti arkeologi, ikonografi, nomismatik, ceramologi, geologi, antropologi, dan paleontologi.
  4. Fakta sejarah mempunyai beberapa bentuk.
    1. Artefak, yaitu semua benda baik secara keseluruhan atau sebagian hasil garapan tangan manusia.
    2. Fakta sosial adalah fakta sejarah yang berdimensi sosial, misalnya, interaksi antar-manusia dan pakaian adat.
    3. Fakta mental, yaitu fakta yang sifatnya abstrak, misalnya, keyakinan (kepercayaan).
  5. Jenis-jenis sejarah berdasarkan fokus masalah dibedakan menjadi empat.
    1. Sejarah geografi, dikaitkan dengan lokasi di mana peristiwa itu terjadi.
    2. Sejarah ekonomi, yang dibicarakan bagaimana upaya memenuhi kebutuhan manusia.
    3. Sejarah sosial, yang dikaitkan dengan kehidupan masyarakat pada suatu masa.
    4. Sejarah politik, yang dibicarakan tentang kekuasaan yang terjadi pada suatu masa.
  6. Jenis sejarah dilihat dari cakupan geografis terbagi menjadi tiga.
    1. Sejarah dunia, yang membentangkan kehidupan manusia di dunia.
    2. Sejarah nasional, yang membentangkan sejarah bangsa Indonesia.
    3. Sejarah lokal, yang senantiasa mengungkapkan sejarah setiap wilayah (daerah).
  7. Prinsip dasar penelitian sejarah lisan dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut.
    1. Sumber berita dari pelaku sejarah.
    2. Sumber berita dari saksi sejarah.
    3. Sumber berita dari tempat kejadian.

B. Saran

Berikut adalah beberapa saran dalam melakukan penelitian sejarah:

  1. Memilih topik yang menarik dan relevan: Pilih topik penelitian yang menarik dan relevan untuk konteks saat ini. Pastikan topik tersebut dapat memberikan kontribusi dalam memperluas pemahaman tentang sejarah.
  2. Mempelajari sumber-sumber sejarah yang tepat: Pastikan untuk menggunakan sumber-sumber sejarah yang akurat dan relevan dengan topik penelitian. Gunakan sumber-sumber yang bervariasi dan seimbang, seperti arsip, dokumen, catatan, artefak, dan saksi mata.
  3. Menjaga objektivitas: Sebagai seorang peneliti sejarah, menjaga objektivitas dalam melakukan penelitian sangat penting. Hindari kecenderungan untuk memilih sumber-sumber yang hanya mendukung hipotesis atau teori yang telah ada.
  4. Mengembangkan kerangka konseptual: Membangun kerangka konseptual atau hipotesis sebelum memulai penelitian sangat membantu dalam membimbing penelitian. Dalam mengembangkan kerangka konseptual, perhatikan konteks sejarah yang ada dan pastikan hipotesis yang dibuat dapat diuji dengan sumber-sumber yang tersedia.
  5. Menerapkan metodologi yang tepat: Pastikan metodologi yang dipilih sesuai dengan topik penelitian dan tujuan penelitian. Ada beberapa metode penelitian sejarah yang umum digunakan, seperti penelitian arsip, analisis dokumen, dan wawancara dengan saksi mata.
  6. Melakukan analisis kritis: Analisis kritis terhadap sumber-sumber sejarah yang tersedia sangat penting dalam menjamin kualitas penelitian sejarah. Pastikan untuk memeriksa dan mengevaluasi sumber-sumber yang digunakan dengan hati-hati.
  7. Menyajikan temuan dengan jelas dan akurat: Menyajikan temuan penelitian dengan jelas dan akurat merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian sejarah. Pastikan untuk menghindari interpretasi yang bersifat subyektif dan menyajikan temuan dengan cara yang mudah dipahami oleh pembaca.
  8. Berkolaborasi dengan sejarawan dan pakar terkait: Melibatkan sejarawan dan pakar terkait dalam proses penelitian dapat membantu dalam memperkuat kualitas penelitian dan memberikan perspektif yang berbeda terhadap topik penelitian.
  9. Menerapkan etika penelitian yang tepat: Dalam melakukan penelitian sejarah, penting untuk menerapkan etika penelitian yang tepat. Hal ini meliputi penghormatan terhadap privasi saksi mata dan penggunaan sumber-sumber sejarah dengan cara yang benar dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Kartodirdjo, S. 1975. Sejarah Nasional I. Jakarta: Depdikbud.

Gatasschalk, L. 1969. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Kuntowijono. 1994. Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Notosusanto, N. 1964. Sejarah dan Sejarahwan. Jakarta: Balai Pustaka.

Soekmono, R. 1985. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Download Contoh Makalah Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Sejarah.docx