Makalah Diet pada Klien Dengan Gangguan Hepar dan Empedu

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Diet pada Klien Dengan Gangguan Hepar dan Empedu ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Diet pada Klien Dengan Gangguan Hepar dan Empedu ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Diet pada Klien Dengan Gangguan Hepar dan Empedu ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Diet pada Klien Dengan Gangguan Hepar dan Empedu ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, November 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Sebagian besar hasil pencernaan setelah diobservasi, langsung dibawa ke hati untuk disimpan atau diubah menjadi bentuk lain dan diangkat ke bagian tubuh yang menumbuhkan.

Kantung empedu terletak di bawah hati dan fungsi utamanya di dalam tubuh adalah untuk menyimpan empedu yang dihasilkan oleh hati. Empedu membantu tubuh memecahkan lemak dan kantung empedu bertindak sebagai tempat penyimpanan empedu. Penyakit kantung empedu adalah kondisi yang membuat kantung empedu meradang/membengkak yang berakibat gangguan berupa infeksi dan batu di dalam kandung kemih.

Dengan demikian, adanya kelalaian atau kerusakan pada hati dan empedu akan berpengaruh terhadap fungsi saluran cerna dan penggunaan makanan dalam tubuh sehingga sering menyebabkan gangguan gizi. Untuk itu, dibutuhkan nutrisi yang seimbang baik dari segi kalori, karbohidrat, protein, dan lemak yang nantinya akan membawa pengaruh yang baik untuk memperbaiki kerusakan sel hati. Pada tingkat tertentu kerusakan sel hati masih bisa diperbaiki dengan cara memproduksi sel batu yang sehat.

Dalam kasus seperti ini peran perawat yang merupakan penghubung utama antara pasien dengan anggota tim lain, adalah antara lain bertanggung jawab dalam pemesanan makanan atau diet ke dapur sesuai preskripsi diet yang sudah diterapkan. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian makanan per oral, enternal, maupun parenteral dan memberi laporan secara lisan dan / atau tertulis tentang kemungkinan akibat yang kurang baik karena pemberian makanan tersebut. Perawat juga bertanggung jawab untuk memberi penjelasan secara garis besar kepada pasien dan keluarganya tentang makanan atau diet yang diberikan.

Oleh karena itu, kita sebagai calon perawat dituntut untuk mengetahui macam-macam diet untuk mampu dijalankan dengan baik. Untuk itu akan kita bahas di sini masalah diet untuk (dalam kasus ini) penyakit hati yang sebelumnya akan kita bahas terlebih dahulu sekilas tantang gambaran umum hati, fungsi-fungsinya, serta beberapa penyakit hati yang nantinya akan sering kita jumpai

Mengacu pada masalah di atas, maka penyusun menyusun makalah dengan judul “Diet pada Klien dengan Gangguan Hepar dan Empedu”.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan penyakit hati dan empedu?
  2. Bagaimana patofisiologi penyakit hati dan empedu?
  3. Apa saja diet yang diberikan pada penyakit hati?
  4. Apa saja diet yang diberikan pada penyakit empedu?

C. Tujuan

  1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit hati dan empedu.
  2. Dapat mengetahui patofisiologi penyakit hati dan empedu.
  3. Dapat mengetahui apa saja diet yang diberikan pada penyakit hati.
  4. Dapat mengetahui apa saja diet yang diberikan pada penyakit empedu.

D. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi yang sedang mempelajari ilmu kesehatan.

2. Manfaat Praktis

Bagi penulis manfaat yang dapat diambil adalah semakin bertambahnya ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan mengenai masalah diet pada klien dengan gangguan hepar dan empedu

Bagi masyarakat umum semoga makalah ini bias menambah ilmu pengetahuan mengenai diet pada klien dengan gangguan hepar dan empedu.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

1. Penyakit Hati

Hati adalah organ dalam kita yang terbesar. Pada orang dewasa beratnya mencapai kira-kira 1, 3 kg. Terbagi atas 2 lobus, kanan dan kiri. Selain besar dalam ukuran, organ hati juga punyai peranan hebat. Ia terlibat dalam proses pencernaan, berperan dalam ratusan reaksi kimiawi tubuh yang berbeda, dan juga fungsi sebagai organ penyimpanan.

Fungsi utama hati adalah mengumpulkan darah dari saluran cerna melalui sirkulasi hepatik dan memasukkan berbagai substansi kimiawi tubuh ke dalamnya sebalum dialirkan kembali kebagian tubuh lain. Substansi kimiawi tersebut dihasilkan oleh jutaan sel hati yang dikenal dengan nama hepattosit. Hepatosit memang terendam dalam genangan darah yang berasal dari saluran cerna. Dengan cara itulah terjadi pertukaran sustansi antara darah dan sel darah. Beberapa fungsi dari organ hati ialah:

  1. Pengaturan kadar gula darah
  2. Metabolisme lemak
  3. Metabolisme proteian
  4. Penyimpanan mineral
  5. Penyimpanan vitamin
  6. Produksi empedu
  7. Ditoksifikasi
  8. Pendauran hormone

Dua jenis penyakit hati yang sering kita jumpai adalah Hepatitis dan Sirosis Hati. Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh keracunan toksin tertentu atau karena infeksi virus. Penyakit ini disertai anoreksia, demam, rasa mual dan muntah, serta juandice (kuning). Hepatitis dapat bersifat akut atau kronis.

Sirosis hati adalah kerusakan hati yang menetap, disebabkan oleh hepatitis kronis, alkohol, penyumpatan saluran empedu, dan berbagai kelainan metabolisme. Jaringan hati secara merata rusak akibat pengerutan dan pengerasan (fibrotik) sehingga fungsinya terganggu. Gejalanya yaitu kelelahan, kehilangan berat badan, penurunan daya tahan tubuh, gangguan pencernaan, dan jaundice. Dalam keadaan berat disertai asites, hipertensi portal, adan hematemesis-melana yang dapat berakhir dengan koma hepatik

2. Penyakit Kantung Empedu

Kantung empedu terletak di bawah hati dan fungsi utamanya di dalam tubuh adalah untuk menyimpan empedu yang dihasilkan oleh hati. Empedu membantu tubuh memecahkan lemak dan kantung empedu bertindak sebagai tempat penyimpanan empedu. Penyakit kantung empedu adalah kondisi yang membuat kantung empedu meradang/membengkak yang berakibat gangguan berupa infeksi dan batu di dalam kandung kemih. Ada berbagai macam jenis penyakit kantung empedu yang termasuk antara lain; batu empedu, kolesistitis, gangren, kronis acalculous, sclerosing cholangitis, pertumbuhan jaringan, cacat bawaan dan tumor.

Penyakit kantung empedu disebabkan oleh banyak faktor, sebagian adalah karena faktor keturunan. Orang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit tersebut sama artinya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hal yang sama. Seiring pertambahan usia, mereka lebih gampang terkena kondisi ini karena biasanya penyakit ini mudah menyerang orang yang berusia enam puluh tahun ke atas. Kondisi ini juga dipengaruhi jenis kelamin dan sebagian besar perempuan yang gemuk, subur, dan memiliki kulit kuning langsat berada pada risiko tertinggi untuk terkena. Makanan yang dikonsumsi orang juga berpengaruh terhadap kemungkinan orang terkena penyakit ini. Makanan berlemak dan manis dihubungkan dengan penyakit ini. Demikian juga obesitas adalah factor lain yang juga dapat menyebabkan penyakit ini.

Gejala yang berhubungan dengan penyakit kantung empedu termasuk rasa mual yang mungkin disertai dengan muntah. Rasa sakit juga dapat dirasakan di bagian atas perut dan dapat terjadi beberapa menit atau bahkan beberapa jam lamanya. Orang juga bisa merasakan sebagai rasa sakit pada punggung yang menjalar ke pundak kanan. Perut kembung yang juga disertai dengan sendawa juga bisa merupakan gejala dari kondisi ini.

Orang-orang yang menderita gas perut biasanya tidak akan bisa makan makanan berlemak. Gangguan pencernaan juga akan terganggu dan orang bisa terserang sakit maag. Demam dan menggigil juga merupakan gejala dari kondisi ini, karena itu sangat penting untuk mencari bantuan medis saat hal itu terjadi.

Pengobatan untuk penyakit kantung empedu bermacam-macam tergantung tingkat keparahan penyakit tersebut. Operasi bedah sangat disarankan untuk penyembuhan total dari kondisi ini. Hal ini dikenal dengan kolesistektomi yang dilakukan dengan membuang batu empedu. Terapi asam empedu adalah pengobatan lain yang cocok untuk mereka yang mengalami gejala ringan dari penyakit ini. Gelombang kejut eksternal lithotripsy juga bekerja untuk kondisi ini dan kebocoran kandung empedu dapat diatasi. Pengobatan lain untuk kondisi ini termasuk ekstraksi mekanik, disolusi larutan kontak, serta disolusi asam empedu.

Sebagian dari tindakan pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penyakit kantung empedu meliputi perubahan gaya hidup. Orang-orang harus makan makanan sehat yang rendah lemak. Melakukan diet yang kaya serat sangat disarankan karena hal tersebut membantu mengendalikan daya larut kolesterol yang ada di dalam tubuh. Makanan tersebut termasuk guar gum, pektin, serat kedelai dan dedak gandum. Buah-buahan dan sayuran juga harus dikonsumsi dalam jumlah besar dalam menjalankan diet ini untuk membantu melawan penyakit ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa para vegetarian jarang menderita penyakit ini. Sering minum kopi juga membantu dalam mengendalikan kondisi ini disamping orang-orang harus melakukan olahraga rutin.

B. Patofisiologi

Setelah liver membuka sejumlah agen seperti virus, liver menjadi membesar dan terjadi peradangan sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak nyaman. Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses penyakit, pembelahan sel-sel hati yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas, nekrosis dan regenerasi dari sel-sel hepar. Meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi disebabkan karena virus masuk dan bercampur dengan aliran darah kedalam pembelahan jaringan-jaringan hepar ( sel-sel hepar ). Oedema dari saluran-saluran empedu hati yang terdapat pada jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.

Data spesifik pada patogenesis hepatitis A, hepatitis C, hepatitis D, dan hepatitis E sangat terbatas. Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi klinik dari peradangan akut HBV yang ditentukan oleh respon imunologi dari klien. Komplex kekebalan – Kerusakan jaringan secara tidak langsung memungkinkan untuk manifestasi extrahepatik dari hepatitis akut B. Hepatitis B diyakini masuk kedalam sirkulasi kekebalan tubuh tersimpan dalam dinding pembuluh darah dan aktif dalam sistem pengisian. (Dusheiko, 1990). Respon-respon klinik terdiri dari nyeri bercampur sakit yang terjadi dimana-mana. Phase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adalah ditandai dengan aktifitas fagositosis dan aktifitas enzym, perbaikan sel-sel hepar. Jika tidak sungguh-sungguh komplikasi berkembang, sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien secara normal setelah hepatitis virus kalah. Regenerasi lengkap biasanya terjadi dalam dua sampai tiga bulan.

Hati dan kandung empedu terletak di perut kanan bagian atas, dan keduanya dihubungkan oleh suatu saluran yang dikenal sebagai duktus biliaris (saluran empedu). Meskipun memiliki saluran penghubung dan keduanya berperan dalam fungsi yang sama, tetapi hati dan kandung sangat berbeda satu sama lain. Hati berbentuk seperti baji dan merupakan pabrik kimia pada tubuh manusia. Hati merupakan suatu organ kompleks yang melaksanakan berbagai fungsi vital, mulai dari mengatur kadar bahan kimia dalam tubuh sampai menghasilkan zat-zat pembekuan darah. Kandung empedu berbentuk seperti buah pir dan merupakan tempat penyimpanan empedu (cairan pencernaan yang dihasilkan oleh hati).

1. Hati

Hati merupakan organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Salah satu fungsi utamanya adalah menghancurkan zat-zat yang berbahaya yang diserap dari usus atau dibuat di bagian tubuh lainnya, kemudian membuangnya sebagai zat yang tidak berbahaya ke dalam empedu atau darah. Zat di dalam empedu ini masuk ke dalam usus lalu dibuang melalui tinja. Zat di dalam darah disaring oleh ginjal dan dibuang melalui air kemih.

Hati menghasilkan sekitar separuh kolesterol tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat empedu. Kolesterol merupakan bagian penting dari setiap selaput sel dan diperlukan untuk membuat hormon-hormon tertentu (termasuk hormon estrogen, testosteron dan hormon adrenal).

Hati juga merubah zat-zat di dalam makanan menjadi protein, lemak dan karbohidrat. Gula disimpan di dalam hati sebagai glikogen dan kemudian dipecah serta dilepaskan ke dalam aliran darah sebagai glukosa, sesuai dengan kebutuhan tubuh (misalnya ketika kadar gula darah terlalu rendah).

Fungsi lainnya dari hati adalah membuat berbagai senyawa penting, terutama protein, yang digunakan tubuh untuk menjalankan fungsinya. Salah satu senyawa yang dihasilkan, diperlukan dalam proses pembekuan darah ketika terjadi perdarahan. Senyawa ini dikenal sebagai faktor pembekuan.

Hati menerima darah dari usus dan jantung. Pembuluh darah kecil (kapiler) di dinding usus mengalirkan darahnya ke dalam vena porta, yang akan masuk ke dalam hati. Selanjutnya darah mengalir melalui saluran-saluran kecil di dalam hati, dimana zat gizi yang dicerna dan berbagai zat yang berbahaya diproses. Arteri hepatika membawa darah dari hati ke jantung. Darah ini membawa oksigen untuk jaringan hati, kolesterol dan zat lainnya. Darah dari usus dan jantung kemudian bercampur dan mengalir kembali ke dalam jantung melalui vena hepatika. Kelainan fungsi hati bisa digolongkan ke dalam 2 kelompok utama:

  1. Kelainan yang disebabkan oleh gangguan fungsi sel sel di dalam hati (misalnya sirosis atau hepatitis)
  2. Kelainan yang disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran empedu dari hati melalui saluran empedu (misalnya batu empedu.

2. Kandung Empedu

Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan empedu (cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati). Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu keduanya bergabung membentuk duktus hepatikus utama. Duktus hepatikus utama bergabung dengan saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) membentuk saluran empedu utama. Saluran empedu utama masuk ke usus bagian atas padasfingter Oddi, yang terletak beberapa sentimeter dibawah lambung.

Sekitar separuh empedu dikeluarkan diantara jam-jam makan dan dialirkan melalui duktus sistikus ke dalam kandung empedu. Sisanya langsung mengalir ke dalam saluran empedu utama, menuju ke usus halus. Jika kita makan, kandung empedu akan berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam usus untuk membantu pencernaan lemak dan vitamin-vitamin tertentu. Empedu terdiri dari:

  1. garam-garam empedu
  2. elektrolit
  3. pigmen empedu (misalnya bilirubin)
  4. kolesterol

Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu.

Batu kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari kandung empedu, dan menyebabkan nyeri (kolik bilier) atau peradangan kandung empedu (kolesistitis). Batu juga bisa berpindah dari kandung empedu ke dalam saluran empedu, sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) karena menyumbat aliran empedu yang normal ke usus. Penyumbatan aliran empedu juga bisa terjadi karena adanya tumor.

D. Diet Penyakit Hati

1. Diet Hati I (DH I)

Diet Hati I diberikan bila pasien dala keadaan akut atau bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin dapat digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian cairan maksimal 1 L/hari.Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin; karena itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I Garam rendah. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam Rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.

2. Diet Hati II (DH II)

Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II kepada pasien dengan nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak / biasa. Protein diberikan 1 g/Kg berat badan dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A & C, tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai diet hati II rendah garam. Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet Rendah garam I.

3. Diet Hati III (DH III)

Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, lemak, mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya tetensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati III Garam Rendah I.

D. Diet Penyakit Empedu

1. Diet Lemak Rendah I

  1. Diet lemak rendah I diberikan kepada pasien kolesistitis dan kolelitiasis dengan kolik akut
  2. Makanan yang diberikan berupa buah-buahan dan minuman manis
  3. Makanan ini rendah energi dan semua zat gizi kecuali vitamain A dan C

2. Diet Lemak Rendah II

  1. Diet lemak rendah II diberikan secara berangsur bila keadaan akut dapat diatasi dan perasaan mual sudah berkurang
  2. Menurut keadaan pasien makanan diberikan dalam bentuk cincang, lunak atau biasa.
  3. Makanan ini rendah energy, kalsium dan tiamin

3. Diet Lemak Rendah III

  1. Diet lemak rendah III di berikan kepada pasien penyakit kandung empedu yang tidak gemuk dan mempunyai nafsu makan
  2. Menurut keadaan pasien makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa
  3. Makanan ini cukup energi dan semua zat gizi
  4. Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet penyakit kandumg empedu adalah semua makanan dan daging yang mengandung lemak, gorengan, dan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian, dan nangka.

E. Syarat Diet Penyakit Hati dan Kandung Empedu

Tujuan pengaturan diet pada penderita penyakit hati adalah memberikan makanan cukup untuk mempercepat perbaikan fungsi tanpa memperberat kerja hati. Syaratnya adalah sebagai berikut :

  1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/Kg BB.
  2. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang. Pemberian lemak sebanyak 45 Kg dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
  3. Protein agak tinggi, yaitu 1.25-1.5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Asupan minimal protein 0.8-1g/Kg BB, protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses.
  4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral Zn dan Fe bila ada anemia.
  5. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.
  6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
  7. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa sesuai kemampuan saluran cerna.

Syarat diet pada kandung empedu ini adalah lemak rendah untuk mengurangi kontraksi kandung empedu, di mana lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Kalori, protein dan karbohidrat cukup dan bila terlalu gemuk, jumlah kalori dikurangi. Makanan ini juga mengandung vitamin tinggi, terutama yang larut dalam lemak, mineral cukup, serta cairan tinggi untuk membantu pengeluaran kuman atau sisa metabolisme dan mencegah dehidrasi. Makanan tidak merangsang dan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi rasa kembung.

F. Pengobatan Terhadap Penyakit Hati dan Kandung Empedu

Pengobatan umum terhadap orang yang terkena penyakit kandung empedu termasuk istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, obat penghilang rasa nyeri seperti petidin dan antipasmodik. Pemberian antibiotik pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis, dan septisemia. Golongan ampisilin, sefalosporin dan metronidazol cukup memadai untuk mematikan kuman-kuman yang umum terdapat pada kolesistitis akut seperti E.coli, strep. Faecalis dan Klebsiella. Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak.Sedangkan pada orang yang terkena penyakit hati diberi imunisasi dan imunitas sementara.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hati merupakan organ panting di dalam tubuh kita yaitu salah satunya berperan dalam metabolisme protein, karbohidrat dan lemak serta masih banyak lagi fungsi lainnya. Adapun penyakit hati yang sering kita jumpai antara lain Hepatitis dan Sirosis hati. Hepatitis adalah pandangan hati yang disebabkan oleh toksin/infeksi virus. Sedangkan sirosis hati itu sendiri disebabkan kerusakan hati yang menetap oleh hepatitis kronis, alkohol, penyumbatan saluran empedu dan berbagai kelainan metabolisme lainnya.

Untuk mengatasi penyakit hati, pasien perlu mengatur pola dietnya. Adapun tujuan dalam diet penyakit hati yaitu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Dalam diet penyakit hati ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, sedangkan untuk jenis diet itu sendiri dibagi menjadi 3 yaitu Diet Hati I, Diet Hati II, Diet Hati III. Di mana masing-masing jenis memiliki indikasi pola diet tersendiri.

Sedangkan untuk kantung empedu terletak di bawah hati dan fungsi utamanya di dalam tubuh adalah untuk menyimpan empedu yang dihasilkan oleh hati. empedu membantu tubuh memecahkan lemak dan kantung empedu bertindak sebagai  tempat penyimpanan empedu. penyakit kantung empedu adalah kondisi yang membuat kantung empedu meradang/membengkak yang berakibat  gangguan berupa infeksi dan batu di dalam kandung kemih.

Untuk mengatasi penyakit empedu, pasien perlu mengatur pola dietnya juga, tujuan dari diet penyakit empedu di antaranya untuk mengendalikan berat badan dan membatasi asupan lemak <30%. Di dalam diet penyakit kandung empedu juga terdapat diet khusus yaitu diet lemak rendah I, II, dan III.

B. Saran

Setelah kita mengetahui bahwa hati dan empedu merupakan organ terpenting dalam tubuh kita khususnya dalam proses metabolisme. Untuk itu, kita harus mampu menjaga kesehatan jalan satu-satunya dengan selalu menjaga pola hidup sehat. Dengan cara makan makanan yang baik dan yang bergizi.

DAFTAR PUSTAKA

Nainggolan, Dr. R. A. 2006. Sehat Alami Terapi Jus & Diet. Jakarta: Agro Media.

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Utama, Andra. 2005. Terapi Albumin pada Asites Refraktori. Majalah GERAI Edisi September 2006 (Vol .6 No. 2).

Almatsier. 2005. Penuntun Diet. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Download Contoh Makalah Diet pada Klien Dengan Gangguan Hepar dan Empedu.docx