Makalah Hakikat Pendidikan IPS

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Hakikat Pendidikan IPS ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Hakikat Pendidikan IPS ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Hakikat Pendidikan IPS ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Hakikat Pendidikan IPS ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, Oktober 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab. Pembelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu mengembangkan sikap dan keterampilan sosial yang berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.

Perkembangan hidup manusia sejatinya dimulai sejak lahir hingga dewasa. Perkembangan hidup manusia tak lepas dari peran masyarakat, karena itu pengetahuan sosial dapat dikatakan “tak asing” untuk setiap orang. Pengalaman manusia tak hanya terbatas dalam keluarga, tapi juga meliputi teman sejawat, warga kampung dan sebagainya. Dari pengelaman dan pengenalan hubungan sosial tersebut, seseorang akan berkembang pengetahuannya.

Manusia adalah makhluk sosial, tindakan pertama dan paling penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tepat saling menukar pengalaman, saling. mengemukakan dan menerima pikiran, serta bertukar informasi kepada orang lain. Semua tindakan sosial tersebut tidak hanya dapat dilakukan dengan cara berdiskusi yang pada umumnya bersifat formal, namun juga dapat dilakukan dengan cara yang lebih ringan yakni saling tertukar cerita.

Tujuan bercerita itu sendiri adalah untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dengan bercerita seseorang akan dapat menyampaikan berbagai pengalaman yang pernah dirasakan, dilihat, dialami, serta informasi dan pengetahuan yang ia miliki. Bercerita juga dapat berfungsi sebagai cara seseorang untuk mengungkapkan berbagai perasaan yang ia rasakan, kemauan serta keinginan untuk berbagi tentang pengalaman yang diperolehnya. Dengan saling mengungkapkan perasaan, pengalaman, informasi, maka komunikasi di kehidupan sosial pun akan berjalan dengan baik dan lancar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

  1. Apa hakikat pendidikan IPS (ilmu sosial)?
  2. Bagaimana latar belakang lahirnya IPS di Indonesia?
  3. Apa hakikat IPS sebagai program pendidikan?
  4. Apa tujuan IPS dalam pendidikan?
  5. Apa saja fungsi IPS sebagai pendidikan?
  6. Apa saja ruang lingkup IPS?
  7. Apa saja nilai-nilai yang wajib dikembangkan dalam pendidikan IPS?
  8. Bagaimana karakter mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial?
  9. Bagaimana strategi penyampaian pembelajaran IPS?
  10. Bagaimana perkembangan posisi kurikulum IPS di Indonesia?

BAB II 
PEMBAHASAN

 A. Hakekat Pendidikan IPS (Ilmu Sosial)

Ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai seba akibat yang hakiki dan universal.

Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu objek menurut metode-metode tertentu yang merupakan suatu kesatuan sistematis. Dari kedua pengertian tersebut jelas bahwa pengetahuan bukanlah ilmu, akan tetapi . pengetahuan merupakan bahan utama bagi ilmu.

Beberapa pengertian menurut para ahli (HIMA Sejarah Universitas Riau, 2012):

  1. Menurut Ace Binning & DH Binning, studi sosial / IPS ialah mata pelajaran yang menggunakan bahan ilmu sosial untuk mempelajari manusia dalam masyarakat dan manusia sebagai anggota masyarakat.
  2. Menurut Paul Maltras, studi sosial / IPS ialah suatu mata pelajaran disekolah untuk mempelajari manusia dalam masyarakat pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
  3. Menurut William B. Ragam, studi sosial ialah mata pelajaran yang memberi informasi yang luas pengembangan keterampilan sosial dan penyempurnaan tingkah laku kemasyarakatan. Bahan-bahan studi sosial diambil dari lingkungan sosial.
  4. Menurut J. Jauroh, studi sosial adalah mempelajari manusia dengan hubungan satu sama lain. Hubungan manusia sama masyarakat dan manusia dengan lingkungan fisiknya.

Dari berbagai pendapat tadi ternyata banyak mengaitkan hubungan manusia dengan lingkungannya. Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih, 1994).

B. Latar Belakang Lahirnya IPS di Indonesia

1. Latar Belakang Sosiologi

Latar Belakang sosiologis IPS di fokuskan pada tempat lahirnya IPS di inggris dengan nama social studies. Keadaan masyarakat inggris tersebut hampir mirip dengan keadaan masyarakat Indonesia pada masa sekarang yaitu dengan terjadinya berbagai tindak kejahatan, kurang terjaminnya kaum buruh, individualisme di masyarakat perkotaan, tindak pengobjekan para pengangguran dan pencari kerja melalui human trafficking, dll. Keadaan masyarakat yang demikian mengingatkan betapa pentingnya pembentukan jiwa sosial, yaitu melalui pembelajaran IPS di sekolah (Ahmad Nursobah, 2012)

2. Latar Belakang Pedagogis

Lahirnya IPS di Indonesia dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab, yang dapat mewujudkan kewajiban dan hak-haknya dalam kehidupan sehari-hari. Tentang nama atau istilah IPS itu sendiri pada mulanya ada beberapa nama yang diperkenalkan seperti misalnya:

  1. Ilmu pengetahuan bermasyarakat.
  2. Ilmu sosial.
  3. Studi sosial.
  4. Pendidikan ilmu-ilmu sosial.
  5. Pengetahuan sosial.

Nama-nama tersebut, sekalipun berbeda namun sebenarnya memiliki konsep yang sama dan akhirnya melalui keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 008-D/N/1975 dan nomor 008-E/N/1975 adalah IPS atau Ilmu pengetahuan sosial. Dan melalui keputusan itu maka mulai 1976 berlakulah kurikulum baru pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah-sekolah di Indonesia (Ahmad Nursobah, 2012).

C. Hakekat IPS sebagai Program Pendidikan

Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”. Suatu tempat atau ruang di permukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya dapat mencermati contoh berikut ini.

Corak kehidupan masyarakat di tepi pantai utara Jawa yang bentuknya landai dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta arus angin yang tidak begitu kencang, sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk mencari ikan. Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di kawasan laut yang dangkal yang masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua pelabuhan-pelabuhan besar di pulau Jawa sebagian besar terletak di pantai utara Jawa.

Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup, didukung oleh iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocokuntuk dikembangkan sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi, Indramayu, Subang dan sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk, dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang maka sistem pertanian yang dikembangkan adalah pertanian lahan kering dan holtikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.

Lain dengan daerah pegunungan yang memiliki corak tersendiri. Karena sedikitnya persediaan air tanah, mengakibatkan pemukiman penduduk terpusat di lembah-lembah atau mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan mereka berusaha untuk mendapatkan sumber air yang relatif mudah. Ladang yang mereka usahakan biasanya terletak di lembah pegunungan.

Marilah kita cermati kembali apa yang sudah kita pelajari di atas. Setelah kita pelajari ternyata kehidupan itu banyak aspeknya, meliputi aspek-aspek:

  1. Sosial, semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia tentang proses, faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu sosiologi.
  2. Ekonomi, berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi.
  3. Psikologi, dibahas dalam ilmu psikologi.
  4. Budaya, dipelajari dalam ilmu antropologi.
  5. Sejarah, berhubungan dengan waktu dan perkembangan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah.
  6. Geografi, hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu geografi.
  7. Politik, berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik.

Adapun Konsep IPS/ilmu sosial , yaitu interaksi, saling ketergantungan, kesinambungan dan perubahan, keragaman/kesamaan/perbedaan, konflik dan konsensus, pola (patron), tempat, kekuasaan (power), nilai kepercayaan, keadilan dan pemerataan, kelangkaan (scarcity), kekhususan, budaya (culture), dan nasionalisme.

D. Tujuan IPS dalam Pendidikan

IPS adalah studi sosial untuk sekolah-sekolah di Indonesia yang bertujuan untuk ikut melaksanakan tujuan pendidikan nasional. Yaitu suatu usaha untuk membimbing para warga menjadi warna negara yang berpribadi, berkesadaran akan ketuhanan. Kesadaran bermasyarakat dan mampu membudayakan alam sekitarnya. Tujuan dari pendidikan IPS di sekolah tidak lain agar dapat menghadapi tantangan yang akan dihadapi anak didik dimasa datang. Oleh karena itu menurut Mursid Sumatmaaja, pendidikan IPS bertujuan “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan Negara”.

Melalui pendidikan IPS anak didik dibina dan dikembangkan kemampuan intelektualnya menjadi warga negara yang berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Untuk merealisasikan tujuan tersebut tidak hanya terbatas pada aspek-aspek kognitif (pengetahuan) dan keterampilan (psikomatarik) tetapi juga meliputi aspek akhlak (afektif) dalam hambatan, tantangan maslah sosial dan persaingan global.

Tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992: 40-41). Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu persatu.

1. Pengetahuan dan Pemahaman

Salah satu fungsi pembelajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.

2. Sikap Belajar

IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.

3. Nilai-nilai Sosial dan Sikap

Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pembelajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan pribadi atau tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadap perkembangan nilai-nilai dan sikap anak.

4. Keterampilan Dasar IPS

Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan. Ada berbagai cara dalam mengembangkan berpribadian anak yaitu melalui:

  1. Hubungan antara manusia dan manusia.
  2. Hubungan antara manusia dan masyarakat sekitarnya.
  3. Hubungan antara manusia dan benda sekitarnya.
  4. Hubungan antara manusia dan lingkungan alam.
  5. Hubungan antara manusia dan kebudayaannya.
  6. Hubungan antara manusia sebagai makhluk tuhan.

E. Fungsi IPS sebagai Pendidikan

Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, ketrampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan nasional. Selanjutnya pendidikan IPS ini juga berfungsi mengembangkan keterampilan, terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja sama, bergotong-royong, menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan sosial di masyarakat. Sedangkan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan berpikir, kecekatan dan kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat.

Pendidikan IPS juga berfungsi mengembangkan keterampilan, terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan sosial yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat seperti: bekerja sama, bergotong royong, menolong orang lain yang memerlukan dan melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan di dalam masyarakat. Sedangkan keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir, kecekatan, dan kecakapan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. Hal ini yang tak kalah pentingnya dari fungsi IPS adalah mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial anak didik terhadap kehidupan dimasyarakat, dengan demikian dapat diharapkan terbinanya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dimasa yang akan datang sebagai manusia yang berpengetahuan, terampil, cendekiawan, dan mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi, yang mampu merealisasikan tujuan nasional, menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

F. Ruang lingkup IPS

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup IPS dibatasi pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah, yaitu yang ada di lingkungan sekitar peserta didik SD/MI. Pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi, ruang lingkup kajiannya diperluas. Bobot, keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Ruang lingkup kajian IPS yaitu:

  1. Substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat.
  2. Gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat.

Sebagai bidang pengetahuan ruang lingkup IPS, yaitu kehidupan manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia sebagai konteks sosialnya. Meninjau ruang lingkup IPS sebagai program pendidikan kita harus mulai dari ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan lebih dulu. Dalam pengenalan bidang geografi di SD lebih banyak menyajikan fenomena alam baik di Indonesia maupun di luar negeri yang akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Sehingga siswa yang kreatif akan secara aktif mencari literatur-literatur tambahan selain buku yang direkomendasikan oleh sekolah. Bidang sejarah dikenalkan kepada anak SD lebih banyak menguraikan cerita-cerita kepahlawanan dengan batas pemahaman baik dan buruk.

Dengan pengembangan aspek sesungguhnya di antara baik dan buruk tersebut terdapat daerah abu-abu yang memerlukan kesabaran guru untuk menjelaskannya berdasarkan fakta dan landasan psikologis suatu peristiwa. Kegiatan pembelajaran bidang ini sangat relevan jika dilakukan dengan metode demonstrasi bermain peran. Di mana siswa akan terlibat langsung dengan aspek kejiwaan ketika memerankan tokoh-tokoh sejarah. Bidang kependudukan lebih banyak mengulas tentang tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan fungsi sosialnya dalam berhubungan dengan orang-orang sekitarnya, baik dalam ruang lingkup yang sempit sampai hubungan antar negara.

Kompleksitas hubungan tersebut maka akan berdampak kepada dua hal yaitu positif dan negatif. Bentuk nyatanya adalah hubungan tersebut akan membawa manfaat di satu sisi dan berpotensi konflik di sisi lain. Harapannya adalah anak SD dapat lebih memahami keberadaannya dalam hubungannya dengan lingkungan alam dan sosial. Baik dalam sekala sempit maupun luas. Sehingga anak-anak kita mempunyai keterampilan dasar dalam upaya membangun hubungan sosial baik dalam sekala regional maupun antar negara. Keterampilan tersebut berintikan kepada keterampilan aplikatif dan selektif. Keterampilan aplikatif mempunyai pengertian melalui hubungan sosial siswa dapat membuat keterampilan yang bermanfaat bagi kesejahteraan diri dan komunitasnya. Sedangkan keterampilan selektif adalah siswa mampu menyaring hal-hal yang didapat dari hubungan sosial tersebut agar tidak merugikan diri dan komunitasnya.

Kita menyadari bahwa menelaah manusia dimulai dari kelompok yang paling mendasar yang tak lain adalah keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sering disebut dengan istilah keluarga inti (nuclear family) mulai dari keluarga inilah tumbuhnya individu menjadi suatu kehidupan pribadi dari dalam keluarga ini juga mulai berkembang aspek-aspek kehidupan sosial yang meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya sejarah, geografi serta aspek politik.

Keluarga merupakan unit terkecil dari sebuah negara, sebab keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga juga merupakan lembaga yang berfungsi majemuk. Sebagai lembaga pendidikan berfungsi meletakkan dasar-dasar pendidikan kepada anak-anaknya. Sebagai lembaga ekonomi berfungsi memenuhi kesejahteraan material keluarganya, sebagai lembaga kebudayaan berfungsi mempertahankan dan mengembang kan nilai-nilai budaya, sebagai lembaga agama yang berfungsi meletakkan dasar iman dan takwa kepada anggotanya, sebagai politik berfungsi memelihara serta mempertahankan kesejahteraan, ketenteraman, keamanan, hak dan kewajiban anggotanya. Keluarga sebagai kelompok inti dalam masyarakat merupakan lembaga yang bernilai dasar dan strategis membina dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dalam menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, aman dan sejahtera. Demikian seterusnya salam masyarakat yang lebih besar dan luas ukurannya juga mempunyai proses sosial dengan segala aspek kehidupan masyarakatnya.\berdasarkan uraian di atas, ruang lingkup IPS tersebut secara garis besarnya meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, dan aspek politik dari ruang lingkup kelompoknya meliputi keluarga, rukun tetangga, rukun kampung, warga desa, organisasi masyarakat sampai tingkat bangsa.

Ditinjau dari ruangnya meliputi tingkat lokal, regional, sampai ke tingkat global. Sedangkan dari proses interaksi sosialnya meliputi interaksi dalam bidang budaya, politik, dan ekonomi, melihat luasnya ruang lingkup IPS maka harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan tingkat kemampuan peserta didik.

G. Nilai-nilai yang Wajib Dikembangkan dalam Pendidikan IPS

Dalam pembelajaran IPS tentu harus dikembangkan nilai-nilai tertentu seperti nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat dan nilai ketuhanan. Dengan membina dan mengumumkan nilai-nilai tersebut diharapkan terciptanya SDM Indonesia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran sosial, dan tanggung jawab yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa dan negara.

1. Nilai edukatif

Slah satu tolak ukur, keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS yaitu adanya perilaku sosial anak didik terarah yang lebih baik perilaku itu meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kognitif menyingkatkan pengetahuan tentang fakta sosial dan kemampuan mencari alternatif pemecahan masalah, dengan efektif agar pendidikan IPS diharapkan dapat meningkatkan kepekaan perasaan, kesadaran dan penghayatan, sikap kepedulian dan tanggung jawab anak didik. Dengan psikomotorik diharapkan setelah mempelajari IPS anak didik dapat bekerja sama, gotong royong, serta memiliki kepedulian sosial.

2. Nilai Praktis

Pembelajaran tidak memiliki makna yang dalam jika tidak memiliki nilai praktis. Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual. Kita sepakat bahwa pelajaran apapun, jika nilainya tidak memiliki arti atau tidak dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari maka akan sia-sia, oleh karena itu pokok bahasan IPS itu jangan hanya tentang pengetahuan konseptual teritis saja, melainkan digali dari sehari-hari mulai dari lingkungan keluarga di pasar, di jalan, di tempat bermain dan seterusnya. Dalam hl ini nilai praktis harus disesuaikan dengan tingkat umur peserta didik.

3. Nilai Teoritis

Pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas tentang fakta, dan data yang terlepas-lepas, tetapi harus dapat mengaitkan dari satu aspek kehidupan sosial dengan yang lainnya. Anak didik didorong untuk mengembangkan daya nalarnya sehingga mereka mampu membuat suatu “hipotesis” dan dugaan-dugaan terhadap persoalan, sehingga kemampuan berteori dapat dikembangkan.

4. Nilai Filsafat

Pembahasan tentang ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik, dan menyadarkan mereka sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial dan keberadaannya dialami dan dikembangkan kemampuan berfilsafat sehingga dengan demikian berfaedah dalam kehidupannya.

5. Nilai Kemanusiaan

Nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, tanggung jawab, kejujuran, kedamaian, tanpa kekerasan, dan sebagainya perlu disampaikan secara terpadu dalam pembelajaran IPS, sehingga dihasilkan kualitas lulusan yang unggul (human excellence) atau manusia utuh/kaffah sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional.

6. Nilai Ketuhanan

Penamaan dan pengembangan nilai ketuhanan merupakan landasan yang kuat untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin dengan kenikmatan yang diberikan tuhan berupa pikiran, kita dapat memenuhi kebutuhan yang telah disediakan olehnya, sehingga kita mampu menguasai IPTEK dan meningkatkan IMTAK (iman dan takwa) sebab kalau hanya IPTEK saja yang berkembang tanpa dibarengi dengan IMTAK, maka manusia akan binasa.

H. Karakter Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Karakteristik mata pembelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner.

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.

Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:

  1. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
  2. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
  3. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
  4. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
  5. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.

I. Strategi Penyampaian Pembelajaran IPS

Strategi penyampaian pembelajaran IPS, sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996: 5). Sebutan masa sekolah dasar, merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk bersekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut.

  1. Anak harus dapat bekerja sama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
  2. Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
  3. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.

Menurut Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992: 42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Anak merespons (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya. Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada di sekitarnya. Mereka memiliki minat yang luas dan tersebar di sekitar lingkungnya.
  2. Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.
  3. Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan berbuat
  4. Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang penting/bermakna
  5. Anak kaya akan imajinasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.

Berkaitan dengan atmosfer di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.

1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)

  1. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
  2. Suka memuji diri sendiri.
  3. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting.
  4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang menguntungkan dirinya.
  5. Suka meremehkan orang lain.

2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).

  1. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.
  2. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.
  3. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
  4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkret. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.

J. Perkembangan Posisi Kurikulum IPS di Indonesia

1. Tahun 1964

Dalam struktur pendidikan dasar tahun 1964 dikenal dengan adanya dua kelompok mata pelajaran yaitu kelompok dasar dan kelompok cipta. Kelompok dasar adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dianggap paling dominan dalam mengembangkan kepribadian siswa dan siswi sesuai dengan kualitas yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional. Mata pelajaran kelompok dasar ini terdiri atas sejarah bangsa Indonesia dan geografi bangsa Indonesia. Kedua mata pelajaran ini merupakan atau memiliki peran penting dalam membina kualitas siswa dan siswi sebagaimana yang diharapkan, lebih-lebih dalam suasana kehidupan politik bangsa baru yang memerlukan adanya identitas bangsa yang kuat. Inti dari kelompok dasar adalah mengembangkan kepribadian siswa dan siswi sesuai kualitas yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional.

Mata pelajaran kelompok cipta adalah kelompok mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat di luar wilayah geografis dunia. Kedua mata pelajaran ini merupakan ini merupakan bagian disiplin sejarah dan geografi yang mewakili pendidikan ilmu-ilmu sosial yang dimaksudkan dalam pembahasan ini. Kelompok cipta ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat di luar wilayah geografi Indonesia, sejarah dunia dan geografi dunia.

2. Tahun 1968

Dalam kurikulum tahun 1968 untuk pendidikan dasar dan menengah pendidikan ilmu sosial masih diwakili oleh pendidikan sejarah, geografi, dan ekonomi. Kedudukan pendidikan ilmu sosial dalam kurikulum 1968 tidak berubah dari kurikulum sebelumnya. Pendidikan sejarah dan geografi Indonesia masih dalam pelajaran kelompok dasar, sedangkan ilmu sosial yang lain masuk dalam kelompok cipta atau khusus. IPS disajikan secara terpisah.

3. Tahun 1975

Kurikulum tidak dikembangkan oleh kementerian atau departemen pendidikan dan kebudayaan tetapi oleh suatu lembaga dibawah kementrian tersebut yang dinamakan pusat perkembangan kurikulum. Dalam kurikulum ini selain model pengembangan juga digunakan pula pendekatan pengembangan materi kurikulum yang berbeda dari kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum tahun 1975 dinyatakan bahwa IPS adalah paduan sejumlah mata pelajaran ilmu sosial. Untuk IPS pada jenjang pendidikan dasar disebutkan bahwa materi pelajaran IPS ditunjang geografi dan kependudukan, sejarah dan ekonomi koperasi, sedangkan untuk menengah IPS mencakup geografi dan kependudukan, sejarah, antropologi budaya, ekonomi dan koperasi serta tata buku dan hitung dagang. Jadi orientasi pendidikan intinya mata pelajaran IPS masuk ke kurikulum 1975 masuk ke dalam SD/MI SMP/MTS.

4. Tahun 1984

Kurikulum tahun 1984 merupakan penyempurnaan kurikulum tahun 1975 dalam kurikulum tahun 1984 nama IPS hanya digunakan untuk menyebutkan nama pelajaran pada jenjang pendidikan dasar MI/SD dan MTS/SMP sama seperti kurikulum 1975. Disiplin ilmu yang dimasukkan dalam mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar (MTS/SMP) menjadi lebih luas seperti sosiologi, antropologi, hukum, politik, dijadikan materi baru bagi IPS. Maka dapat dikatakan bahwa kurikulum tahun 1984 untuk IPS lebih maju dibandingkan dengan kurikulum 1975 untuk jenjang pendidikan menegah nama IPS tidak lagi digunakan melainkan disiplin ilmu sosial itu sendiri, seperti diwakili mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, antropologi-sosiologi dan tata Negara. Di kurikulum 1984 ada kurikulum program inti dan program pilihan. Program inti diberikan kepada semua siswa dan siswi. Program pilihan hanya diberikan pada siswa jurusan tertentu untuk tingkat menengah atas. Sejarah, geografi, ekonomi, antropologi-sosiologi dan tata Negara tiap-tiap disiplin ilmu memiliki GBPP tersendiri.

5. Tahun 1994

Dalam keputusan Mendikbud No. 060/u/1993 disebutkan bahwa jenjang pendidikan dasar terdapat mata pelajaran yang disebut ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang mencakup Ilmu Bumi sejarah(nasional dan umum) dan ekonomi. Demikian juga kajian terhadap rancangan GBPP memperlihatkan bahwa pendidikan dasar pengajian yang integratif hanya berlaku untuk jenjang pendidikan dasar di tingkat SD/MI.

Sedangkan untuk jenjang pendidikan dasar tingkat menengah MTs/SMP pendidikan disiplin ilmu terpisah merupakan suatu yang tetap dominan. Kurikulum 1994 meliputi geografi, sejarah, dan ekonomi masing-masing mendapatkan jatah 2 jam pelajaran per minggu. Kondisi ideal mengajarkan IPS di MTs/SMP dan MA/SMA adalah setiap disiplin ilmu dalam IPS diajarkan oleh guru yang berbeda.

6. Tahun 2004 KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Dalam kurikulum tahun 2004 pada pendidikan dasar dikenal dengan IPS, dengan disiplin ilmunya sejarah nasional, geografi, koperasi dan ilmu bumi. Pada tingkat menengah materi IPS sudah menjadi satuan terpisah yaitu sejarah, ekonomi dan geografi pada penilaiannya siswa dihadapkan dengan tiga kategori kognitif, afektif dan psikomotorik.

7. Tahun 2006 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Dalam kurikulum ini lingkup materinya hampir sama dengan kurikulum sebelumnya. Bentuk penilaiannya juga hampir sama. Pada kurikulum ini peserta didik diharuskan kritis, kreatif dan mampu memecahkan masalah, dan siswa diberi persentase 70% kreatifnya dan guru persentase hanya diberi 30%.

BAB III 
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya; memanfaatkan sumber-daya yang ada di permukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

Sebagaimana telah dikemukakan di depan, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pembelajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

B. Saran

Pembelajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pembelajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya.

DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Dan Tujuan Ips / Studi Sosial, Hima Sejarah Universitas Riau, 2012

Khoirul Ulum, Hakekat Dan Tujuan Ips, 2012

Direktorat Tenaga Pendidik Dirjen Pmptk Depdiknas. 2008. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dan Ilmu Pengathuan Sosial. Jakarta.

Mr. Achmad 234 Din, Pgmi One Mode A1, April 2012

Ety Rizky Handayani, Mari Belajar Bersama, Oktober 2012

Akhmad Sudrajat, Karakter Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Maret 2011

Ahmad Nursobah, Lembar Pengetahuan, Tulung Agung, Jawa Timur, 2012

Download Contoh Makalah Hakikat Pendidikan IPS.docx