Makalah Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, November 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Persediaan merupakan bentuk investasi, dari mana keuntungan (laba) itu bisa diharapkan melalui penjualan dikemudian hari. Oleh sebab itu pada kebanyakan perusahaan sejumlah minimal persediaan harus dipertahankan untuk menjamin kontinuitas dan stabilitas penjualannya. Hal ini dikarenakan jika perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah cukup besar akan menambah beban operasional perusahaan, antara lain biaya penyimpanan, biaya perawatan, serta kemungkinan adanya persediaan yang rusak dan usang.

Pada perusahaan jasa tidak semuanya mempunyai persediaan, hanya sebagian perusahaan jasa saja yang mempunyai persediaan seperti perusahaan jasa transportasi. Pada perusahaan dagang, persediaan yang terdiri dari berbagai macam dan jenis dan hanya dikenal satu klasifikasi persediaan yang disebut dengan persediaan barang dagangan, di mana persediaan tersebut adalah milik perusahaan dan siap untuk dijual kepada konsumen. Sedangkan pada perusahaan manufaktur, tidak semua persediaan siap untuk dijual. Berbeda halnya dengan persediaan barang dagangan, persediaan pada perusahaan manufaktur diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

Pencatatan persediaan sangat membantu dalam mengontrol serta mengelola masuk keluarnya persediaan, setelah dilakukannya suatu pencatatan persediaan selanjutnya pencatatan persediaan. Pengertian pencatatan dalam akuntansi menurut Pura (2013: 26) adalah proses analisis atas suatu transaksi atau peristiwa keuangan yang terjadi dalam entitas dengan cara menempatkan transaksi di sisi debet dan sisi kredit.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian persediaan barang dagang?
  2. Apa pentingnya persediaan barang dagang?
  3. Apa fungsi persediaan barang dagang?
  4. Apa jenis persediaan barang dagang?
  5. Bagaimana metode pencatatan persediaan barang dagang?
  6. Bagaimana penjurnalan transaksi sistem persediaan buku dan metode pencatatan persediaan fisik?

C. Tujuan

  1. Untuk mengetahui pengertian persediaan barang dagang.
  2. Untuk mengetahui pentingnya persediaan barang dagang.
  3. Untuk mengetahui fungsi persediaan barang dagang.
  4. Untuk mengetahui jenis persediaan barang dagang.
  5. Untuk mengetahui metode pencatatan persediaan barang dagang.
  6. Untuk mengetahui penjurnalan transaksi sistem persediaan buku dan metode pencatatan persediaan fisik.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan Barang Dagang

Menurut Sartono (2010: 443), persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Ditinjau dari segi neraca persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan.

Menurut Ishak (2010: 159), persediaan (inventory) sebagai sumber daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur ini belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Keberadaan persediaan atau sumber daya menganggur ini dalam suatu sistem mempunyai suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga, untuk menjamin tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan tersebut meliputi bahan baku, barang dalam proses, barang jadi dan barang dagang. Dari sinilah nampak jelas perbedaan antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang jika dilihat dari persediaan yang digunakan. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan meliputi bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Sedangkan dalam perusahaan dagang hanya terdiri dari barang dagang saja.

Sepertinya yang telah dijelaskan sebelumnya, persediaan merupakan bagian penting dalam proses berjalannya suatu perusahaan. Dikatakan demikian karena persediaan terbilang sangat menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan nantinya, terutama dalam perusahaan dagang yang keuntungan terbesarnya didapat dari selisih harga jual barang dagang dengan harga beli barang dagang.

Jika persediaan yang dimiliki perusahaan sangat memadai, maka bukan tidak mungkin ada harapan keuntungan yang bisa dicapai, namun akan sebaliknya, jika persediaan kurang memadai maka akan berdampak pada menurunnya tingkat keuntungan perusahaan bersangkutan.

B. Pentingnya Persediaan Barang Dagang

Menurut Haryono (2011:184), persediaan memiliki arti penting bahwa persediaan barang dagangan adalah merupakan elemen aktiva yang sangat aktif dalam operasi perusahaan-perusahaan dagang, karena pembelian dan penjualan barang dagangan merupakan aktivitas atau transaksi yang paling sering terjadi. Persediaan barang dagangan pada umumnya dinilai pada harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar atau nilai yang diharapkan dapat direalisasikan.

Persediaan pada umumnya dipisahkan berdasarkan pokok pikiran yang meliputi jenis barang yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup berarti dari seluruh aktiva perusahaan. Di samping itu, transaksi yang berhubungan dengan persediaan merupakan aktivitas yang paling sering terjadi di perusahaan dagang. Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan laba rugi maupun neraca sebuah perusahaan dagang atau manufaktur, persediaan seringkali merupakan bagian yang terbesar dari keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Laporan laba rugi maupun neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan laba rugi maupun neraca. Dalam perhitungan laba rugi nilai persediaan, baik nilai persediaan awal dan akhir akan mempengaruhi besarnya Harga Pokok Penjualan (HPP).

Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagangan yang dicantumkan dalam neraca mencerminkan nilai barang dagang yang ada pada akuntansi. Sedangkan persediaan yang tercantum dalam laba rugi, muncul dalam Harga Pokok Penjualan (HPP). Adanya saling keterkaitan antara persediaan dineraca dengan laporan laba rugi, bahkan antara persediaan barang pada tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang juga saling berkaitan. Dengan adanya hubungan keterkaitan ini, terlihat betapa pentingnya pos persediaan dalam menentukan laba (rugi) dalam posisi keuangan perusahaan, tidak saja terhadap tahun berjalan tetapi juga tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang. Kesalahan dalam menentukan nilai persediaan barang akan mempengaruhi tidak saja laporan laba rugi dan neraca tahun berjalan tetapi juga neraca dan laporan laba rugi tahun yang akan datang.

C. Fungsi Persediaan Barang Dagang

Persediaan dalam perusahaan dagang memiliki fungsi yang sangat penting karena pada perusahaan dagang, persediaan sangat mempengaruhi operasional bisnis perusahaan. Menurut Heizer dan Render (2011: 500), fungsi-fungsi persediaan antara lain:

  1. Untuk dijadikan persediaan tambahan jika terjadi fluktuasi permintaan sehingga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan produksi dan distribusi.
  2. Mengambil keuntungan potongan harga dari jumlah tertentu persediaan yang dibeli karena pembelian dalam jumlah yang besar dapat menurunkan biaya persediaan.
  3. Menangani inflasi dan perubahan harga.
  4. Menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan barang dalam proses. Hal ini karena membutuhkan waktu untuk memproduksi barang.

Agar fungsi-fungsi persediaan dapat efektif maka perusahaan perlu melakukan optimalisasi persediaan melalui manajemen persediaan yang meliputi pengembangan dan manajemen level persediaan yang terdiri dari bahan baku, bahan setengah jadi dan produk jadi yang dapat dipasok dalam memenuhi ketersediaan permintaan.

D. Jenis Persediaan Barang Dagang

Penggolongan persediaan pada dasarnya tergantung pada jenis perusahaan itu sendiri, yaitu apakah perusahaan dagang atau manufaktur. Bagi perusahaan dagang yang usahanya adalah membeli dan menjual kembali barang-barang, persediaannya meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan dan siap untuk dijual kembali.

Menurut Baridwan(2011:150) persediaan dalam perusahaan dagang disebut persediaan barang dagangan (merchandise inventory) yaitu barang yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan. Sedangkan persediaan dalam perusahaan manufaktur terdiri dari:

  1. Persediaan Bahan Baku atau Mentah (Row Material)

Bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh di dalam keadaan yang harus dikembangkan yang akan menjadi bagian utama dari barang jadi. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung (bahan penolong).

  1. Persediaan Bahan dalam Proses (Work in Process)

Persediaan bahan dalam proses adalah persediaan barang-barang yang belum selesai dikerjakan dalam proses produksi sehingga belum menjadi barang yang siap untuk dijual.

  1. Barang Jadi (Finished Good)

Barang jadi adalah barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan siap untuk dijual ke konsumen. Selain itu barang jadi yang merupakan hasil produksi suatu perusahaan industri baik sebagai hasil produk selesai, juga merupakan barang yang digunakan pada proses produksi yang lebih lanjut pada saat produk selesai biaya diakumulasikan dalam proses produksi yang ditransfer dari barang dalam proses perkiraan barang jadi.

E. Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang

Ada dua macam metode persediaan menurut Baridwan (2011:160) yaitu sistem perpetual dan periodik dan perusahaan dapat menggunakan satu dari dua jenis sistem pencatatan persediaan yang ada.

  1. Pencatatan Persediaan Buku (Perpetual Inventory System)

Menurut Santoso (2010: 241), sistem pencatatan perpetual merupakan suatu sistem pengelolaan persediaan di mana pencatatan mutasi persediaan dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga mutasi persediaan selama satu periode termonitor dan setiap saat jumlah maupun nilai persediaan selama satu periode termonitor dan setiap saat jumlah maupun nilai persediaan dapat diketahui tanpa melakukan secara fisik.

Menurut Surya (2012: 121), sistem persediaan perpetual memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Pembelian persediaan di debet ke dalam akun persediaan (inventory).
  2. Biaya pengangkutan masuk, retur dan pengurangan pembelian dicatat ke dalam akun persediaan.
  3. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebit akun harga pokok dan mengkredit akun persediaan.
  4. Perhitungan fisik persediaan dilakukan untuk mencocokkan jumlah fisik persediaan dengan jumlah yang tercatat pada kartu gudang dan kartu persediaan.
  1. Pencatatan Persediaan Fisik (Physical Inventory Method)

Menurut Santoso (2010: 241), sistem pencatatan periodik adalah suatu sistem pengelolaan persediaan di mana dalam penentuan persediaan dilakukan melakukan melalui perhitungan secara fisik (physical counting) yang lazim dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi dalam rangka penyiapan laporan keuangan. Melalui perhitungan fisik ini, jumlah kuantitas persediaan (inventory quantity) akan diketahui (misalnya dalam berat, meter, kilogram dan sebagainya) sehingga nilai persediaan (inventory value) dapat dihitung dengan mengalikan jumlah kuantitas persediaan dengan suatu harga.

Menurut Martani (2012: 250), sistem pencatatan periodik adalah sistem periodik merupakan sistem pencatatan persediaan di mana kuantitas persediaan ditentukan secara periodik yaitu hanya pada saat perhitungan fisik yang biasanya dilakukan secara stock opname. Dalam penerapannya, sistem persediaan ini kurang cocok untuk perusahaan yang memiliki berbagai jenis persediaan. Sistem ini akan banyak digunakan pada jenis usaha di mana suatu keharusan untuk memonitor jumlah persediaan secara fisik menjadi yang lebih diutamakan dan setiap pemasukan dan pengeluaran persediaan dicatat dalam perkiraan yang berbeda yaitu pembelian dan penjualan. Kelemahannya yaitu perusahaan tidak dapat mengetahui besarnya persediaan yang ada pada suatu saat tertentu dan tidak dapat mengetahui harga pokok barang yang dijual untuk setiap transaksi penjualan yang terjadi. Pada umumnya metode pencatatan periodik digunakan pada perusahaan yang menjual barang yang harganya relatif murah tapi frekuensi penjualannya cukup tinggi.

Cara menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) sebagai berikut:

Persediaan awal                                 Rp XXX

Pembelian bersih                               Rp XXX+

Barang yang tersedia dijual               Rp XXX

Persediaan akhir                                (Rp XXX)-

Harga Pokok Penjualan (HPP)          Rp XXX

Berdasarkan uraian di atas, untuk dapat menghitung harga pokok penjualan diperlukan data persediaan awal (beginning inventory) dan persediaan akhir (ending inventory). Untuk dapat menyediakan data tersebut perlu dibuka perkiraan/akun persediaan barang. Selama satu periode, perkiraan persediaan barang memperlihatkan jumlah persediaan awal. Pada akhir periode jumlah persediaan awal dikeluarkan dari perkiraan barang dan diganti dengan persediaan akhir. Menurut Surya (2012: 114), sistem persediaan periodik memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Pembelian persediaan di debet ke dalam akun pembelian (purchases).
  2. Asuransi dan biaya pengangkutan masuk, retur dan pengurangan pembelian dicatat ke dalam akunnya masing-masing.
  3. Akun persediaan ditentukan secara periodik dengan menutup nilai persediaan awal dan persediaan akhir ke dalam ikhtisar laba-rugi.
  4. Biaya persediaan dan harga pokok penjualan ditentukan secara periodik.
  1. Perbedaan Metode Pencatatan Persediaan Buku dengan Metode Pencatatan Persediaan Fisik

Dari penjelasan dua metode di atas, dapat kita ketahui bahwa metode pencatatan persediaan buku dengan metode pencatatan persediaan fisik memiliki perbedaan sebagai berikut:

  • Metode Pencatatan Persediaan Buku
  • Tidak terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian.
  • Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan persediaan barang dagang.
  • Setiap terjadi penjualan harus diikuti adanya pencatatan Harga Pokok Penjualan(HPP).
  • Lebih sesuai digunakan untuk grosir, agen khusus atau distributor dengan sedikit macam barang yang diperdagangkan dan mudah untuk menentukan besarnya Harga Pokok Penjualan(HPP) setiap terjadi penjualan secara tepat.
  • Metode Pencatatan Persediaan Fisik
  • Terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian.
  • Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan masing-masing.
  • Setiap terjadi penjualan tidak perlu dilakukan pencatatan Harga Pokok Penjualan(HPP). Harga Pokok Penjualan(HPP) dihitung pada akhir periode secara agregat.
  • Lebih sesuai digunakan pada perusahaan eceran/retail yang mempunyai banyak macam persediaan barang dagangan.

F. Penjurnalan Transaksi Sistem Persediaan Buku dan Metode Pencatatan Persediaan Fisik

Berikut adalah jurnal transaksi yang dicatat dengan melihat dari ke dua sisi sistem pencatatan sebagai berikut:

  1. Apabila terjadi transaksi pembelian persediaan maka pencatatan yang dilakukan dengan sistem perpetual adalah:
  2. Pembelian secara tunai

Persediaan (Inventory)                                          Rp XXX

Kas (Cash)                                                      Rp XXX

  1. Pembelian secara kredit

Persediaan (Inventory)                                          Rp XXX

Hutang dagang (Account payable)                 Rp XXX

Sedangkan pencatatan yang dilakukan dengan sistem periodik adalah:

  1. Pembelian secara tunai

Pembelian (Purchases)                                          Rp XXX

Kas (Cash)                                                      Rp XXX

  1. Pembelian secara kredit

Pembelian (Purchases)                                          Rp XXX

Hutang dagang (Account payable)                 Rp XXX

  1. Apabila terjadi transaksi pembayaran biaya angkut pembelian maka pencatatan yang dilakukan dengan sistem perpetual adalah:

Persediaan (Inventory)                                                Rp XXX

Kas (Cash)                                                            Rp XXX

Sedangkan pencatatan yang dilakukan dengan sistem periodik adalah:

Beban angkut pembelian (Freight in)                         Rp XXX

Kas (Cash)                                                            Rp XXX

  1. Apabila terjadi transaksi retur pembelian maka pencatatan yang dilakukan dengan sistem perpetual adalah:
  2. Pembelian secara tunai

Kas (Cash)                                                            Rp XXX

Persediaan (Inventory)                                    Rp XXX

  1. Pembelian secara kredit

Hutang dagang (Account payable)                       Rp XXX

Persediaan (Inventory)                                    Rp XXX

Sedangkan pencatatan yang dilakukan dengan sistem periodik adalah:

  1. Jika saat pembelian dilakukan secara tunai

Kas (Cash)                                                            Rp XXX

Retur pembelian (Return purchases)              Rp XXX

  1. Jika pembelian dilakukan secara kredit

Utang dagang (Account payable)                         Rp XXX

Retur pembelian (Purchases return)               Rp XXX

  1. Apabila terjadi transaksi pelunasan hutang dagang dengan disertai potongan pembelian maka pencatatan yang dilakukan dengan sistem perpetual adalah:

Utang dagang (Account payable)                               Rp XXX

Kas (Cash)                                                            Rp XXX

Persediaan (Inventory)                                          Rp XXX

Sedangkan pencatatan yang dilakukan dengan sistem periodik adalah:

Utang dagang (Account payable)                               Rp XXX

Kas (Cash)                                                            Rp XXX

Potongan pembelian (Purchases discount)           Rp XXX

  1. Apabila terjadi transaksi penjualan barang persediaan maka pencatatan yang dilakukan dengan sistem perpetual adalah:
  2. Penjualan secara tunai

Kas (Cash)                                                            Rp XXX

Penjualan (Sales)                                                   Rp XXX

(Nilai dalam penjualan sebesar harga jual)

Harga pokok penjualan (COGS)                          Rp XXX

Persediaan (Inventory)                                          Rp XXX

(Nilai dalam persediaan sebesar harga pokok persediaan)

  1. Penjualan secara kredit

Piutang dagang (Account payable)                       Rp XXX

Penjualan (Sales)                                                   RpXXX

Harga pokok penjualan (COGS)                          Rp XXX

Persediaan (Inventory)                                          Rp XXX

(Nilai dalam harga pokok penjualan sebesar harga pokok barang)

Sedangkan pencatatan yang dilakukan dengan sistem periodik adalah:

  1. a) Penjualan secara tunai

Kas (Cash)                                                            Rp XXX

Penjualan (Sales)                                                   Rp XXX

  1. b) Penjualan secara kredit

Piutang dagang (Account payable)                       Rp XXX

Penjualan (Sales)                                                   Rp XXX

  1. Apabila terjadi retur penjualan maka pencatatan yang dilakukan dengan sistem perpetual adalah:
  2. a) Jika saat penjualan dilakukan secara tunai

Retur penjualan (Sales return and allowance)            Rp XXX

Kas (Cash)                                                                  Rp XXX

Persediaan (Inventory)                                                Rp XXX

Harga pokok penjualan (COGS)                                Rp XXX

(Nilai dalam persediaan barang sebesar harga pokok barang yang dikembalikan).

  1. b) Jika penjualan dilakukan secara kredit

Retur penjulalan (Sales return and allowance)           Rp XXX

Piutang dagang (Account receivable)                         Rp XXX

Persediaan (Inventory)                                                Rp XXX

Harga pokok penjualan (COGS)                                Rp XXX

(Nilai dalam persediaan barang dagang sebesar harga pokok yang dikembalikan).

Sedangkan pencatatan yang dilakukan dengan sistem periodik adalah:

  1. a) Jika saat penjualan dilakukan secara tunai

Retur penjualan (Sales return and allowance)            Rp XXX

Kas (Cash)                                                                  Rp XXX

  1. b) Jika penjualan dilakukan secara kredit

Retur penjulalan (Sales return and allowance)Rp XXX Piutang dagang (Account Receivable)Rp XXX

  1. Apabila terjadi transaksi penerimanaan pelunasan piutang dagang dengan disertai potongan penjualan maka pencatatan yang dilakukan dengan sistem perpetual adalah:

Kas (Cash)                                                                  Rp XXX

Potongan penjualan (Sales discount)                          Rp XXX

Piutang dagang (Account receivable)                         Rp XXX

Sedangkan pencatatan yang dilakukan dengan sistem periodik adalah:

Kas (Cash)                                                                  Rp XXX

Potongan penjualan (Sales discount)                          Rp XXX

Piutang dagang (Account receivable)                         Rp XXX

  1. Apabila terjadi transaksi pembayaran biaya angkut penjualan maka pencatatan yang dilakukan dengan sistem perpetual adalah:

Biaya angkut penjualan (Transportation in)               Rp XXX

Kas (Cash)                                                                  Rp XXX

Sedangkan pencatatan yang dilakukan dengan sistem periodik adalah:

Biaya angkut penjualan (Transportation in)               Rp XXX

Kas (Cash)                                                                  Rp XXX

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Metode pencatatan berkaitan dengan prosedur perekaman kuantitas dan mutasi masuk dan keluar serta saldo persediaan. Dua metode pencatatan persediaan yang lazim digunakan adalah metode fisik dan metode prepetual.

Metode fisik, perhitungan dengan cara melihat secara langsung wujud/fisik barang yang dimiliki saat itu (stock opname). Persediaan tidak dicatat setiap saat. Metode ini biasanya digunakan untuk perusahaan yang menjual produk banyak dan harga per satuannya relatif murah. Metode fidik/periodik ini menyatakan, bahwa jumlah persediaan ditentukan secara berkala (periodik) dengan melakukan perhitungan fisik dan mengalikan jumlah unit tersebut dengan harga satuan untuk menghitung nilai persediaan yang ada pada saat itu.

Pada metode prepetual (prepetual method) transaksi pembelian maupun semua transaksi yang berhubungan dengan pembelian, seperti retur pembelian, potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian dicatat pada rekening persediaan barang dagangan.

B. Saran

Kesalahan dalam mencatat jumlah persediaan barang akan mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi. Kesalahan-kesalahan yang terjadi mungkin hanyalah berpengaruh pada periode yang bersangkutan atau mungkin mempengaruhi juga periode-periode berikutnya. Kesalahan-kesalahan ini bila diketahui harus segera dibuatkan koreksinya baik terhadap rekening riil maupun rekening nominal.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar dan Karamoy. 2014. Analisis Penerapan Metode Pencatatan Dan Penilaian Terhadap Persediaan Barang Menurut PSAK No. 14 Pada PT. Tirta Investama DC Manado. Jurnal EMBA. ISSN 2303-1174 Vol. 2 No. 2. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Hal 1296-1305.

Baridwan, Zaki. 2011. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Pengantar Akuntansi Keuangan. Palembang: Ikatan Akuntansi Indonesia Wilayah Sumsel.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2013. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia.

Kieso, Donald E, dkk. 2008. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Salemba Empat. Mardiyati, Sri. 2013. Tinjauan Atas Penilaian dan Pencatatan Persediaan Barang Dagang Pada CV. Karya Mandiri Putra. Jurnal.

Martani, Dwi dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat.

Octaviani, Maulinda. 2011. Tinjauan Atas Metode Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Pada Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero). Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Palembang.

Pura, Rahman. 2013. Pengantar Akuntansi I Pendekatan Siklus Akuntansi. Jakarta: Erlangga.

Reeve, James M, dkk. 2013. Pengantar Akuntansi-Adaptasi Indonesia Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharyadi dan S.K Purwanto. 2013. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Empat.

Download Contoh Makalah Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang.docx