KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Pendidikan Lingkungan Keluarga ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah Pendidikan yang berjudul Makalah Pendidikan Lingkungan Keluarga ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Pendidikan Lingkungan Keluarga ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Pendidikan Lingkungan Keluarga ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Indonesia, Oktober 2024
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk sistem sosial, senantiasa bersifat terbuka, artinya pendidikan tersebut selalu menerima masukan (input) dari lingkungan, dan memberikan hasil berupa output pada lingkungan juga. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang ada di sekelilingnya.
Oleh karena itu untuk memahami pendidikan secara lebih luas, guru dan pendidik pada umumnya yang berperan sebagai ujung tombak dalam melaksanakan proses pembelajaran, perlu memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep lingkungan dan lingkungan pendidikan. Pemahaman yang jelas tentang lingkungan pendidikan tersebut akan mendorong para guru untuk berupaya secara optimal memanfaatkan lingkungan tersebut sehingga memiliki kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan adalah suatu hal atau persoalan yang memerlukan jawaban atau pemecahan dengan pemikiran yang matang dan dapat ditarik suatu kesimpulan. Permasalahan dalam makalah ini adalah:
- Apa yang dimaksud dengan keluarga?
- Apa saja ciri-ciri keluarga?
- Apa fungsi dari keluarga?
- Apa yang dimaksud dengan keluarga sebagai lingkungan pendidikan?
- Apa peranan anggota keluarga dalam pendidikan anak?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga
Secara etimologis, kata keluarga berasal dari dua kata yaitu kawula dan warga. Kawula berarti hamba dan warga berarti anggota, jadi pengertian keluarga adalah suatu kesatuan (unit) di mana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan unit tersebut.
Keluarga adalah suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama, suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan, pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak, dan satu orang anak dengan beberapa anak. Dalam arti sempit keluarga merupakan orang tua dan anak-anaknya. Dalam arti luas keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan.
Ditinjau dari sudut pandang pedagogis, keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang dijalani rasa kasih sayang di antara dua jenis manusia, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri, terkandung juga kedudukan dan fungsi sebagai orang tua. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu keluarga dapat dikatakan keluarga lengkap apabila keluarga tersebut terdiri atas ayah, ibu, dan anak.
B. Ciri-ciri Keluarga
Ciri-ciri keluarga yaitu:
- Hubungan berpasangan kedua jenis (pria dan wanita).
- Perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengokohkan hubungan tersebut.
- Pengakuan akan keturunan.
- Kehidupan ekonomis yang diselenggarakan dan dinikmati bersama.
- Kehidupan rumah tangga.
Ditinjau dari sudut pandang pedagogis, ciri hakiki suatu keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang dijalani kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan yang sah, bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam menyempurnakan diri tersebut terkandung pengungkapan peran dan fungsi orang tua. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak yang memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya.
Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasikan diri dengan kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya. Dalam kaitannya dengan pendidikan, keluarga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diselenggarakan di non formal. Pendidikan yang diselenggarakan dalam keluarga dapat digolongkan ke dalam jenis pendidikan yang bersifat informal. Hal ini bukan berarti bahwa kedudukan keluarga sebagai lembaga pendidikan kurang penting, bahkan sebaliknya keluarga dianggap sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.
Disebut sebagai lingkungan pendidikan pertama, karena pada umumnya setiap anak dilahirkan dan kemudian dibesarkan pada awal pertama dalam lingkungan keluarga. Kemudian disebut sebagai lingkungan pendidikan yang utama bagi anak, karena keberhasilan pendidikan anak dalam keluarga ketika anak berada dalam usia dini yang dikenal juga sebagai usia emas (golden age), akan sangat berpengaruh pada keberhasilan pendidikan pada periode perkembangan anak berikutnya.
C. Fungsi Keluarga
Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai-nilai religius, pribadi, dan lingkungan. Beberapa fungsi keluarga adalah sebagai berikut.
1. Fungsi Edukasi
Fungsi ini mengarahkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya agar dapat menjadi manusia yang sehat, tangguh, mau, dan mandiri, sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi. Dalam arti mereka menjadi manusia yang matang dan dapat bertanggung jawab juga dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakatnya.
2. Fungsi Sosialisasi Anak
Dalam fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga memiliki tugas untuk mengantarkan dan membimbing anak agar anak dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial (masyarakat) yang lebih luas, sehingga kehadirannya akan diterima bahkan mungkin bahkan dinantikan oleh masyarakat luas, karena banyak memiliki manfaat bagi orang lain yang ada di lingkungan masyarakatnya. Keluarga memiliki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial, meliputi penerangan, penyaringan nilai-nilai dan penafsirannya ke dalam bahasa yang dimengerti anak. Keluarga merupakan lembaga sosial di mana si anak mengadakan proses sosialisasi (belajar sosial atau mempelajari nilai-nilai sosial) yang pertama dalam kehidupannya.
3. Fungsi Proteksi
Fungsi ini mengarahkan dan mendorong keluarga agar berfungsi sebagai wahana atau tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai, dan tenteram bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagiaan batin, juga secara fisik keluarga harus melindungi anggota keluarganya supaya tidak kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan, kesakitan, dan lain-lain. Perlindungan mental dimaksudkan supaya itu orang itu tidak kecewa (frustrasi) karena memiliki konflik yang mendalam dan berkelanjutan, yang disebabkan kurang pandai mengatasi masalah hidupnya. Perlindungan moral perlu dilakukan supaya anggota keluarga itu menghindarkan diri dari perbuatan jahat dan buruk.
4. Fungsi Afeksi (Perasaan)
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan dan membina rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Selain itu keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antar anggotanya, sesuai dengan status peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Kasih sayang dan kehangatan yang diberikan orang tua kalau terlalu berlebihan dapat memanjakan anak, sedangkan kalau terlalu kurang akan gersang atau kekeringan.
5. Fungsi Religius
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, bermoral, berakhlak, dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya. Di sini orang tua berperan sebagai penyampai, penyeleksi dan penafsir norma-norma dalam kehidupan sehari-hari.
6. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik, dan materiil yang sekaligus mendidik keluarga hidup efisien, ekonomis, dan rasional. Fungsi ekonomi meliputi pencarian nafkah, perencanaan, serta penggunaan atau pembelajarannya.
Pelaksanaan fungsi ekonomi oleh seluruh anggota keluarga mempunyai kemungkinan menambah saling pengertian, solidaritas dan tanggung jawab bersama dalam keluarga, serta dengan segala akibatnya.
7. Fungsi Rekreasi
Dalam menjalankan fungsi ini, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat, dan penuh semangat. Melaksanakan fungsi rekreasi oleh seluruh anggota keluarga sangat penting karena:
- Terjaminnya keseimbangan kepribadian anggota keluarga, dapat menghindari atau setidaknya akan dapat mengurangi ketegangan yang mudah timbul dalam keadaan lelah.
- Rasa aman dan santai yang ditimbulkan rekreasi mempermudah munculnya kesenangan lahir batin, muncul saling mengerti, memperkokoh kerukunan dan solidaritas serta saling memperhatikan kepentingan masing-masing.
- Rasa nyaman dan betah dalam keluarga menimbulkan rasa sayang dan rasa memiliki kepada keluarga, serta keinginan untuk memeliharanya secara bersama-sama, kerja sama, dan tanggung jawab.
- Menghormati serta memperhatikan kepentingan masing-masing anggota keluarga, disertai dengan identifikasi terhadap norma yang berlaku dalam keluarga.
8. Fungsi Biologis
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana untuk menyalurkan kebutuhan reproduksi sehat bagi semua anggota keluarganya. Keluarga di sini menjadi tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti kebutuhan akan perlindungan fisik seperti kesehatan, sandang, pangan, dan papan dengan syarat-syarat tertentu sehingga keluarga memungkinkan seluruh anggotanya dapat hidup di dalamnya, sekurang-kurangnya dapat mempertahankan hidup.
D. Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, orang tua sebagai pendidik betul-betul merupakan peletak dasar kepribadian anak. Dasar kepribadian tersebut akan bermanfaat atau berperan terhadap pengaruh atau pengalaman selanjutnya, yang datang kemudian jadi tugas orang tua dalam mendidik anak-anaknya terlepas dari kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang pendidikan yang resmi.
Melalui pendidikan dalam keluarga, anak bukan saja diharapkan agar menjadi suatu pribadi yang mantap, yang secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya dengan baik, melainkan ia diharapkan dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Suatu pribadi hanya akan menatap bila ia membuktikan dirinya tangguh dalam melaksanakan hidupnya dalam masyarakat, sedangkan pelaksanaan hidup dalam masyarakat secara baik hanya akan dapat dilaksanakan oleh suatu pribadi yang mantap.
E. Peranan Anggota Keluarga Dalam Pendidikan Anak
1. Peranan Ibu
Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anaknya, dari ibunya anak mengenal keamanan lahir batin. Ibu mengenalkan kepada anak dunia yang sangat membahagiakan, yaitu dunia kasih sayang, dunia aman, serta damai. Dari seorang ibu diharapkan ia menghadapi anaknya dengan penuh kasih sayang, sehingga dikatakan bahwa ibu berperan sebagai lambang kasih sayang.
Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya:
- Sumber dan pemberi kasih sayang.
- Pengasuh dan pemelihara.
- Tempat mencurahkan isi hati.
- Pengatur dalam kehidupan berumah tangga.
- Pembimbing hubungan pribadi.
- Pendidik dalam segi-segi emosional.
2. Peranan Ayah
Ayah sering tampil sebagai tampuk pimpinan dalam keluarga, sehingga sehubungan dengan anak dikatakan “ayah sebagai lambang wibawa”. Tindakan ayah dan ibu diharapkan saling mengimbangi dan keduanya tampil sebagai penjelas nilai-nilai yang dianut keluarga yang bersangkutan.
Peranan ayah adalah:
- Sumber kekuasaan dalam keluarga
- Penghubung intern antara keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
- Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga
- Pelindung terhadap ancaman dari luar
- Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan
- Pendidik dalam segi-segi rasional.
3. Peranan Nenek
Selain oleh ibu dan ayahnya, banyak pula anak-anak yang menerima pendidikan dari neneknya. Umumnya nenek itu merupakan sumber kasih sayang yang mencurahkan kasih sayang yang berlebihan terhadap cucunya, tetapi biasanya mereka tidak mengharapkan sesuatu dari cucunya itu. Tidak jarang dalam satu keluarga yang tinggal bersama neneknya mengalami suatu perselisihan antara orang tua dengan neneknya tersebut dalam hal menentukan dalam cara mendidik anak/ cucunya tersebut. Memang ada kecenderungan bahwa pihak nenek merasa terpanggil untuk ikut campur dalam merawat dan membesarkan cucunya sesuai dengan pola dan pengalamannya, serta tingkat ke ikut campurannya itu bermacam-macam dari yang sekedarnya sampai dengan sebagai penentu segala-galanya yang berhubungan dengan cucunya.
4. Peranan Anggota Keluarga yang Lain
Dalam kehidupan keluarga yang besar (extended family) biasanya bukan orang tuanya saja yang berperan dalam memberikan pendidikan terhadap anaknya, tetapi anggota keluarga yang lain pun turut berperan. Misalnya seorang bibi yang diberi tugas untuk mendidik keponakannya dikala orang tua anak tersebut sedang sibuk bekerja. Oleh karena itu masing-masing anggota keluarga hendaknya berupaya melaksanakan peranannya dalam mempersiapkan anak agar menjadi manusia yang berguna baik bagi pribadinya, keluarganya, masyarakat, dan bahkan bagi bangsa dan umat manusia serta sebagai makhluk tuhan yang maha esa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk sistem sosial, senantiasa bersifat terbuka, artinya pendidikan tersebut selalu menerima masukan (input) dari lingkungan, dan memberikan hasil berupa output pada lingkungan juga.
- Lingkungan adalah semua makhluk yang berada dalam alam (dunia) ini, yang hidup (biotik) maupun yang tidak hidup (abiotik) yang mempengaruhi perilaku, pertumbuhan dan perkembangan proses kehidupan manusia, termasuk kegiatan pendidikan.
- Lingkungan pendidikan adalah suatu tempat di mana memungkinkan terjadinya suatu interaksi manusia dalam proses pendidikan dan untuk mencapai tujuan pendidikan.
- Keluarga adalah “suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama, suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan, pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak, dan satu orang anak dengan beberapa anak”. Lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, ibu berperan sebagai lambang kasih sayang, ayah sebagai lambang wibawa.
B. Saran
Orang tua harus memperhatikan setiap perkembangan atau perubahan yang ada pada diri anak. Sebab bila anak mempunyai kepribadian lemah, maka ia akan mudah terombang-ambing oleh berbagai faktor dan pengaruh dari luar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Ahyadi. H. Drs. (1991). Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: Sinar Baru.
Bunyamin Maftuh, Drs. M.Pd. dan Yadi Ruyadi, Drs. (1996). Sosiologi I. Bandung: GANECA.
J. Monks. Prof. Dr. Dkk. (1992). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta, Gaja Mada University Press,
Hasan Basri, Drs. (1995). Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologis dan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartini Kartono, Dr. (1990). Psikologi Anak (Psikolog Perkembangan). Bandung: Bandar Maju.
Ali Hasan. Drs. (1978). Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.
Taufiq Rahman Dhohiri, Drs, Dkk. (2002). Sosiologi. Jakarta: Yudistira.
Tim Dosen FIP IKIP Malang. (1987). Pengantar Dasar-dasar Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Zakiyah Darajat, Dr. (1975). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.