Makalah Pacaran Sehat

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Pacaran Sehat ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Pacaran Sehat ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Pacaran Sehat ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Pacaran Sehat ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, April 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pacaran merupakan hal yang normal dialami pada masa remaja. Sebagian besar remaja akan mengalami fase di mana mereka akan membina hubungan dengan lawan jenisnya. Pacaran dapat diartikan sebagai hubungan dua individu yang membuat kesepakatan dan memiliki komitmen yang sama. Tujuan utama pacaran adalah saling mengenal satu sama lain dan belajar untuk menghormati masing-masing pihak. Dalam pacaran masing-masing pihak biasanya belajar untuk memahami pihak lainnya.

Pacaran pada usia remaja sebenarnya tidak dilarang. Akan tetapi, remaja tersebut harus mengetahui batasan yang wajar dalam berpacaran. Biasanya alasan para remaja berpacaran adalah untuk saling memotivasi masing-masing pihak dan meningkatkan semangat belajar. Alangkah baiknya orang tua juga berperan dalam proses pembentukan masa remaja dan memberikan pengawasan terhadap pergaulan para remaja. Pacaran yang baik biasanya pacaran yang tidak melanggar aturan agama Islam.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa definisi pacaran?
  2. Bagaimana hubungan remaja dengan pacaran?
  3. Bagaimana gaya pacaran remaja?
  4. Apa penyebab pacaran usia dini?
  5. Bagaimana dampak dari pacaran?
  6. Bagaimana peran orang tua dalam pacaran?
  7. Apa saja jenis-jenis pacaran sehat?
  8. Bagaimana cara berpacaran yang sehat?

C. Tujuan Penulisan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses dan teori dalam hubungan pacaran. Di samping itu tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melihat faktor pendukung, penghambat, serta cara seseorang menjalin hubungan.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat makalah ini adalah untuk memperkaya pengetahuan mengenai pacaran sehat dan dapat memberi masukan dalam ilmu psikologi arti berpacaran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pacaran

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan. Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang eksklusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang.

Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta-kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini dipraktikkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi seperti ini dipengaruhi oleh media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan. Sampai sekarang, tradisi berpacaran yang telah nyata melanggar norma hukum, norma agama, norma kesopanan, maupun norma sosial di Indonesia masih terjadi dan dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi yang tidak memiliki pengetahuan menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara. Ada berbagai macam jenis pacaran, di antaranya adalah:

  1. Pacaran yang dikenali teman.
  2. Pacaran sama teman lama.
  3. Pacaran sama mantan sahabat.
  4. Pacaran akibat dunia maya.
  5. Pacaran karena status palsu.
  6. Pacaran sama tetangga.
  7. Pacaran sama orang yang lebih tua.
  8. Pacaran sama orang yang lebih muda.
  9. Pacaran sama teman sekelas.

Pacaran sehat adalah suatu proses pacaran di mana keadaan fisik, mental, dan sosialnya dalam keadaan baik. Sehat secara fisik berarti tak ada kekerasan dalam berpacaran. Biarpun pria secara fisik lebih kuat, bukan berarti bisa seenaknya menindas kaum wanita. Pada intinya dilarang kontak dalam bentuk kekerasan fisik. Selain itu, menjaga kondisi tubuh diri dan pasangan agar tetap sehat juga merupakan hal yang harus dilakukan dan tentunya menguntungkan satu sama lain. Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Pacaran pastinya memiliki efek dan bias terhadap kehidupan masing-masing, baik secara positif ataupun negatif tergantung bagaimana cara menjalaninya. Selama pacaran dilakukan dalam batas-batas yang benar, pacaran dapat mendatangkan banyak hal positif. Dengan kata lain yang perlu dan harus kita jalani adalah “pacaran sehat”.

Di dalam proses pacaran kita tidak hanya dituntut untuk mengenali emosi diri sendiri, tetapi juga emosi orang lain. Dan yang tak kalah penting adalah bagaimana mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik. Jadi tak bijaksana bila melakukan kekerasan non-fisik, marah-marah, apalagi mengumpat-umpat orang lain termasuk pacar kita. Tapi bukan dalam arti diam saat timbul masalah, selesaikanlah dengan bijak, bicarakan secara terbuka. Tanpa keterbukaan akan menimbulkan konflik dalam diri masing-masing yang bahkan bisa mengarah terhadap rutinitas harian dan prestasi belajar ataupun bekerja.

B. Hubungan Remaja dengan Pacaran

Pada remaja, seseorang mengalami satu proses pendewasaan yang biasa dikenal dengan masa pubertas. Dilihat dari sudut pandang biologis, pubertas diawali adanya tanda-tanda kelamin sekunder yang akan membedakan remaja putra dan remaja putri, yaitu:

  1. Mulai berfungsi kelenjar keringat.
  2. Otot pada anak putra kelihatan besar.
  3. Pada anak putra bahu, dada bidang, sedangkan putri adalah pinggul.
  4. Pada anak putra tumbuh jakun, sedangkan putri tumbuh buah dada.
  5. Suara pada anak putra merendah, sedangkan anak putri meninggi.
  6. Tumbuh rambut di beberapa tempat.

Selain tanda kelamin sekunder terdapat pula tanda kelamin tersier yaitu remaja putri cenderung feminin dan remaja putra cenderung jantan. Dari tanda-tanda inilah yang menyebabkan seorang remaja tertarik dengan lawan sejenisnya. Pada masa pra pubertas relasi bersifat homoseksual yang kemudian pada masa pubertas relasi bersifat heteroseksual. Pada masa heteroseksual seorang remaja ingin mengenal lawan jenisnya melalui pacaran.

C. Gaya Pacaran Remaja

Gaya pacaran anak usia 12-21 tahun (remaja) sebenarnya berbeda dengan gaya pacaran orang dewasa. Gaya pacaran anak remaja tidaklah seserius orang dewasa yang orientasi pacarannya untuk mencari pasangan hidup. Namun, sekarang ini, gaya pacaran remaja zaman sekarang juga sudah terbilang sangat bebas. Seolah-olah mereka meniru gaya pacaran orang dewasa yang terlalu serius dan yang parah mereka meniru pacaran orang luar yang tak mengenal etika. Ada beberapa pemahaman salah tentang pacaran anak muda jaman sekarang, yaitu:

  1. Tidak punya pacar, berarti kuno.
  2. Belum dinamakan pacaran kalau belum pernah berciuman mesra.
  3. Seorang wanita tidak benar-benar cinta kalau tidak mau diajak melakukan hubungan seksual oleh pria.

Pemahaman ini sudah tidak tabuh lagi dalam remaja zaman sekarang saat menjalin hubungan spesial dengan pasangannya. Oleh karena itu, sekarang ini banyak hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, contohnya kekerasan di kalangan remaja. Oleh karena itu, untuk menghindari itu semua, sebelum pacaran kita harus berkomitmen dan berjanji pada diri sendiri bahwa pacaran itu bukan hanya untuk main-main atau mengikuti tren, tapi karena memang kita ingin menjadi lebih dewasa dan untuk mengenal bagaimana lawan jenis kita itu. Selain itu, cara yang paling efektif yaitu dengan berpacaran sehat.

D. Penyebab Pacaran Usia Dini

1. Globalisasi

Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsumtif, hedonisme, dan gonta-ganti pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia dini.

2. Membuktikan diri cukup menarik

Pada saat ini, para remaja sudah melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh orang tua. Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu yang dapat membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat perhatian dar lingkungan sekelilingnya.

3. Adanya pengaruh kawan

Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya maka remaja tersebut kemungkinan besar akan dijauhi oleh teman-temannya.

E. Dampak Pacaran

Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Pacaran pastinya memiliki efek dan bias terhadap kehidupan masing-masing, baik secara positif ataupun negatif tergantung bagaimana cara menjalaninya. Pacaran sehat merupakan gaya pacaran yang mengikuti nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat. Ketika seseorang menjalani proses pacaran dengan sehat, tentu akan membawa dampak yang positif bagi kehidupan kita sebagai remaja. Dampak yang akan dirasakan seperti:

1. Perkembangan terhadap emosi remaja

Emosi remaja yang awalnya labil akan terus ditempa saat dia menjalani proses pacaran, sehingga lama-kelamaan seiring bertambahnya umur seorang remaja, maka remaja tersebut akan semakin bersikap dewasa.

2. Mempunyai banyak teman

Ketika seorang remaja berpacaran, dia akan mengalami proses pergaulan dengan teman-teman sebaya. Dengan memiliki banyak teman, itu akan membantu seorang remaja dalam masa perkembangannya menjadi dewasa.

3. Menjadi bertanggung jawab

Dalam hubungan berpacaran pastilah ada perbedaan yang dapat menimbulkan masalah di antara kedua remaja yang berpacaran. Maka mereka akan berusaha menyelesaikan masalah tersebut karena merasa bertanggung jawab atas hubungan yang sedang mereka bina.

4. Meningkatkan prestasi

Remaja yang berpacaran akan merasa malu apabila pasangannya mengetahui nilai-nilainya yang hancur. Maka, hal itu dapat mendorong remaja tersebut untuk belajar agar dapat meningkatkan prestasinya. Selain itu, remaja yang pasangannya rajin belajar dapat membantu remaja tersebut untuk bisa rajin belajar.

F. Peran Orang Tua dalam Pacaran

Banyak orang tua di luar sana yang hanya memandang pacaran dari opini negatif saja, tanpa melihat sisi positif serta arti luas pacaran, dan hanya melarang keras anak-anaknya berpacaran, tanpa memberi pengertian tentang apa itu pacaran dan bagaimana seharusnya seorang anak menyikapi hal-hal dalam berpacaran. Ini dia hal yang penting untuk para orang tua ketahui, bahwa anak usia remaja perlu menerima pengertian dan penjelasan, bukan larangan-larangan yang bersifat memaksa. Banyak sekali orang tua yang melarang anaknya berpacaran tanpa alasan, yang justru akan membuat sang anak merasa ingin tahu dan nekat untuk melakukan hal yang dilarang itu secara diam-diam. Dari hal yang dilakukan diam-diam itu, pasti akan ada banyak sekali kebohongan yang dibuat anak-anak. Tentu para orang tua tidak ingin anak-anak melakukan hal tersebut.

Mengawasi anak dalam berpacaran dapat dilakukan tanpa membuat anak merasa diatur dan dikekang. Hal pertama adalah dengan mengenal pasangan sang anak dengan cara yang menyenangkan. Bisa dengan makan bersama, berlibur bersama, bahkan mulai dari hal-hal kecil seperti mengajak pacar si anak mampir ke rumah. Orang tua juga harus bisa menjadi teman bagi pacar si anak sehingga pacar si anak akan merasa nyaman dan semakin memiliki rasa untuk menjaga si anak.

G. Jenis-jenis Pacaran Sehat

Pada saat ini, kekerasan pada masa pacaran merupakan masalah yang sering ditemui dan cukup kompleks. Namun demikian, kita harus tetap berusaha untuk mengantisipasi munculnya kekerasan dalam masa pacaran ini. Salah satu cara yang mungkin bisa dilakukan, terutama oleh remaja adalah dengan melakukan pacaran yang sehat. Pacaran yang memenuhi kriteria sehat, baik sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, maupun sehat seksual.

1. Sehat fisik

Pacaran dikatakan sehat secara fisik jika dalam aktivitas berpacaran tersebut tidak ditemui adanya kekerasan secara fisik. Itu berarti bahwa walaupun remaja putra secara fisik memang lebih kuat dari remaja putri, bukan berarti remaja putra dapat seenaknya menindas ataupun memanipulasi remaja putri secara fisik.

2. Sehat psikis

Pacaran dikatakan sehat secara psikis, jika sepasang individu yang menjalaninya mampu saling berempati serta mengungkapkan dan mengendalikan emosinya dengan baik, saling percaya, saling menghargai, dan saling menghormati. Dengan demikian, hubungan di antara keduanya menjadi lebih nyaman, saling pengertian, dan juga ada keterbukaan.

3. Sehat sosial

Pacaran dikatakan sehat secara sosial jika aktivitas berpacaran tersebut tidak bersifat saling mengikat atau mengisolasi pasangan. Artinya, walaupun remaja putra dan putri terikat dalam komitmen pacaran, namun hubungan sosial masing-masing mereka dengan individu lain tetap harus dijaga dan sebaiknya remaja putra atau putri tidak hanya terfokus pada pacar atau pasangannya saja.

4. Sehat seksual

Kemudian, pacaran juga harus sehat secara seksual. Secara biologis, kaum remaja mengalami perkembangan dan kematangan seks. Tanpa disadari, pacaran juga mempengaruhi kehidupan seksual seseorang. Kedekatan secara fisik dapat mendorong keinginan untuk melakukan kontak fisik yang lebih jauh. Jika hal itu diteruskan dan tidak terkontrol, maka dapat menimbulkan hal-hal yang sangat berisiko. Karena adanya risiko yang harus ditanggung akibat tindak seksual yang mereka lakukan, maka aktivitas pacaran yang mereka lakukan tidak lagi disebut sebagai pacaran yang sehat.

H. Cara Berpacaran yang Sehat

1. Mendekatkan diri pada Tuhan

Faktor spiritual dan agama yang dianut juga sangat berperan penting untuk menciptakan situasi pacaran yang sehat. Dalam agama apa pun, pasti sudah ditentukan berbagai batas-batas hubungan antara pria dan wanita selama mereka belum menikah. Jagalah agar hubungan tidak melanggar batasan yang ditentukan oleh agama, dan setiap berduaan memiliki pikiran untuk melanggarnya, ingatlah tentang Tuhan dan larangannya. Salah satu ciri pacar yang baik adalah jika ia mampu membuat pasangannya lebih dekat dengan sosok Tuhan, dan bukan menjauhkannya. Oleh karena itu, berusahalah untuk saling mengingatkan dan memotivasi dalam segi ibadah.

2. Tentukan batasan-batasan

Bicarakanlah batasan-batasan yang harus dijaga selama berpacaran. Batasan-batasan itu bisa dalam bentuk kontak fisik atau non-fisik. Contoh batasan fisik adalah tidak akan mau berciuman atau berpegangan tangan selama masih dalam tahap pacaran. Contoh batasan non-fisik adalah privasi, di mana sang pacar tidak boleh seenaknya membuka SMS di telepon genggam tanpa permisi. Dua hal itu hanyalah contoh gampang batasan-batasan yang harus ditentukan untuk bisa berpacaran dengan sehat. Tentukanlah batasan sesuai dengan prinsip-prinsip yang dipegang teguh, dan sekali menentukan batasan, jangan mau berkompromi. Jaga agar dalam berpacaran tidak melanggar “pagar” yang sudah dibangun sebelumnya.

3. Komunikasi

Komunikasi yang lancar dan teratur adalah salah satu syarat utama pacaran yang sehat. Komunikasi bisa mempererat sebuah hubungan, menghindarkan kesalahpahaman, dan mencegah untuk saling menyakiti satu sama lain. Setiap kali ada masalah, cobalah untuk langsung membicarakannya secara terbuka pada sang pacar. Tentu saja, harus selalu bersikap jujur jika ingin pacar juga bersikap sama. Komunikasi menjadi sangat vital, terutama bagi yang menjalin pacaran jarak jauh. Jika merasa ada yang kurang sreg dengan pacar atau situasi hubungan berdua, bicarakanlah baik-baik. Gunakan komunikasi sebagai sarana untuk memecahkan masalah bersama-sama, mencari solusi, dan untuk lebih memahami satu sama lain.

4. Kurangi kontak fisik

Kontak fisik yang berlebihan tentu saja bisa memicu timbulnya hawa nafsu. Yang berbahaya adalah saat berduaan dan tidak bisa mengontrol nafsu, bisa dipastikan akan terjadi hal-hal yang diinginkan. Salah satu ciri-ciri pacaran yang sehat dalam budaya ketimuran adalah meminimalisir kontak fisik, apalagi jika hanya berduaan saja dengan sang pacar. Mungkin ada orang yang berpendapat kontak fisik masih diperlukan untuk menjaga hubungan agar tetap hangat. Sepanjang merasa sentuhan-sentuhan tersebut tidak menimbulkan nafsu berdua, mungkin itu masih bisa ditolerir. Namun apabila merasakan hal yang “berbeda” dari suatu kontak fisik, maka stop, dan jangan lagi diteruskan.

5. Bertukar pikiran dan pendapat

Manfaatkan pacaran sebagai hubungan yang tidak hanya bersifat romansa, tapi juga sesuatu yang bisa membuat lebih dewasa dan lebih berwawasan. Banyak-banyaklah berdiskusi dengan pacar. Diskusi bisa berupa berita sosial, hal-hal yang disukai, pekerjaan, karier, studi, atau hanya seputar diri sendiri. Terbukalah dalam menerima opini, bahkan kritik saat berdiskusi. Gunakan momen berdiskusi ini untuk lebih memahami sang pacar, terutama tentang topik-topik yang membuatnya tertarik. Bisa menjadikan momen diskusi untuk berintrospeksi dan membenahi diri sendiri.

6. Saling mendukung satu sama lain

Pacaran yang sehat berarti bisa memberi dampak positif bagi berdua. Jadilah seorang pacar yang bisa memberikan support pada kekasih. Dukunglah pacar dalam melakukan hal-hal yang positif, terus motivasi dalam meraih mimpinya, dan hiburlah saat berada dalam kesedihan. Jika melakukan hal ini dengan tulus, maka sang pacar juga akan melakukan hal yang sama. Bentuk dukungan bisa diberikan dalam berbagai macam hal, mulai dari bantuan hingga sekedar ucapan penyemangat. Berusahalah agar hubungan dengan sang pacar membawa suatu hal yang positif dan membuat menjadi pribadi yang lebih baik dan dewasa.

7. Jalin hubungan dengan keluarga sang pacar

Faktor pendukung yang bisa mendukung terjadinya pacaran yang sehat adalah rasa tanggung jawab. Rasa tanggung jawab akan lebih terbangun apabila berdua saling mengenal keluarga masing-masing. Oleh karena itu, selalu kenalkan pacar dengan keluarga, terutama ayah dan ibu. Sempatkanlah waktu untuk saling mengunjungi satu sama lain dan saling memperkenalkan diri. Rasa tanggung jawab akan hadir ketika tidak hanya berusaha menjaga perasaan pacar, namun juga keluarganya. Berpikir seribu kali saat hendak menyakitinya, atau jika hendak berbuat “macam-macam” dengan sang pacar.

8. Hindari pacaran di tempat pribadi

Untuk menghindari risiko terjadinya berbagai hal yang tidak diinginkan, maka hindarilah untuk berpacaran berduaan saja, apalagi jika itu dilakukan di tempat pribadi. Jangan berpacaran di dalam kamar, dalam kamar kos, atau di tempat-tempat yang sepenuhnya menjadi milik berdua walaupun hanya sementara (contoh : kamar hotel). Jika memang harus membicarakan sesuatu berdua saja, pilihlah sebuah kafe atau restoran di mana bisa berdiskusi. Carilah tempat di mana masih ada kontrol dan pengawasan dari orang lain, sehingga tidak akan dengan mudah berbuat “macam-macam”.

9. Pendidikan dan pemahaman tentang seks

Pendidikan dan pemahaman tentang seks mutlak diperlukan apabila ingin berpacaran dengan sehat. Pelajari dengan baik risiko melakukan seks bebas, hal-hal yang bisa menyebabkan kehamilan, konsep tentang kontrasepsi, dan dampak kehamilan di luar nikah baik pada pria maupun wanita. Pemahaman tentang pendidikan seks bisa menjauhkan dari berbagai hal negatif. Saat ini, konsep tentang pendidikan seks sudah lebih terbuka dibicarakan dibandingkan ketika generasi sebelumnya. Oleh karena itu, pastikanlah untuk mendapatkan informasi yang valid dan akurat. Jika perlu, tanyakanlah hal ini pada guru, dokter, atau kedua orang tua.

10. Pikirkan masa depan

Pacaran yang sehat bisa terjadi apabila berpikir dengan baik tentang masa depan. Apa sajakah cita-cita yang ingin diraih? Apa yang ingin dilakukan dalam kehidupan? Apakah ingin membuat kedua orang tua merasa bangga? Jangan sampai hal tersebut kandas karena suatu hal spontan yang tidak direncanakan, misalkan harus menjadi orang tua di usia remaja.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhirnya, untuk menjaga agar hubungan menjadi tetap awet dan aman, sepasang remaja yang sedang berpacaran harus punya prinsip bahwa segala sesuatu yang akan dilakukan ada dasar dan jelas tujuannya. Dalam pacaran, bukan tak mungkin kita menemukan perbedaan prinsip, beda batasan tentang apa yang boleh dan tak boleh dilakukan. Hal tersebut wajar saja, asalkan bisa tetap saling menghargai. Tiap orang punya hak untuk bicara terbuka termasuk mengungkapkan prinsip masing-masing.

Sikap saling pengertian sangat diperlukan dalam proses ini. Mengungkapkan prinsip yang kita pegang akan berpengaruh pada penerimaan orang lain. Maksud dan keinginan kita akan sulit diterima dan dimengerti orang lain kalau kita tak bisa mengkomunikasikannya dengan baik. Pacaran bukanlah suatu alat untuk membuat seseorang memuaskan keinginannya. Untuk itu alangkah lebih baiknya apabila kita menjadikan masa remaja kita untuk mencari pengetahuan karena pada dasarnya lebih baik kita kehilangan masa remaja dari pada kehilangan masa depan.

B. Saran

Dalam melakukan hubungan pada saat remaja seperti berpacaran, hendaknya seorang remaja seperti kita hanya fokus untuk belajar saja dan meraih cita-cita, menyadari dalam berpacaran usia seperti kita ini selayaknya belum mencukupi dan belum matang untuk hubungan yang lebih serius karena belum siap dalam berbagai aspek hal yang dibutuhkan. Perlunya bimbingan orang tua dan pengenalan khusus tentang berpacaran dan lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

http://belajarpsikologi.com/Psikologi Remaja.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran.

http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2010/12/29/apa-itu-pacaran.

http://memeichan.blogspot.com/2010/02/apa-itu-remaja.html.

http://rubik.okezone.com/read/21355/peran-orangtua-dalam-pacaran-sehat-nbagi-remaja.

http://urehtm.blogspot.com/2008/08/apakah-remaja-itu.html.

http://www.shodikin.20m.com/tentang_remaja.htm.

http://www.top10indo.com/2013/06/10-cara-pacaran-yang-sehat.html.

http://yogya.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=266.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran.

Download Contoh Makalah Pacaran Sehat.docx