Makalah Prostitusi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Prostitusi ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan yang berjudul Makalah Prostitusi ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Prostitusi ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Prostitusi ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, November 2024
Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangannya kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan. Manusia dalam kehidupannya sering menemui kendala-kendala yang membuat manusia merasa kecewa dan tidak menemukan jalan keluar sehingga manusia memilih langkah yang kurang tepat dalam jalan hidupnya. Dalam usaha mendapatkan pemenuhan kebutuhan hidupnya terkadang akan menuntut wanita harus bekerja di luar rumah untuk mencari kegiatan yang dapat menambah penghasilan keluarga.

Upaya mencari penghasilan untuk sekarang ini tidaklah mudah karena lapangan kerja yang sangat terbatas di samping tingkat pendidikan yang sangat rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tidak adanya ketrampilan yang mereka miliki menyebabkan mereka mencari jenis pekerjaan yang dengan cepat menghasilkan uang. Salah satu jalan pintas dalam perjalanan hidup seorang perempuan akibat cobaan-cobaan hidup yang berat dirasakan, perempuan tersebut terjun dalam dunia pelacuran.

Fenomena praktik pelacuran merupakan masalah sosial yang sangat menarik dan tidak ada habisnya untuk diperbincangkan dan diperdebatkan. Mulai dari dahulu sampai sekarang masalah pelacuran adalah masalah sosial yang sangat sensitif yang menyangkut peraturan sosial, moral, etika, bahkan agama.

Pelacuran merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang sudah dikenal sejak masa lampau dan sulit untuk dihentikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa ke masa. Pelacuran ini selain meresahkan masyarakat juga dapat mematikan karena merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit HIV/AIDS akibat perilaku seks bebas tanpa pengaman. Di banyak negara, pelacuran masih dianggap sebagai mata pencaharian, oleh karena itu pelacuran akan tetap ada dan sulit bahkan hampir tidak mungkin bisa diberantas selama masih ada nafsu-nafsu seks yang lepas dari kendali kemauan dan hati nurani manusia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut:

  1. Apa pengertian prostitusi?
  2. Apa saja motif-motif yang melatarbelakangi prostitusi?
  3. Apa saja faktor pendorong timbulnya prostitusi?
  4. Apa saja ciri-ciri dan fungsi prostitusi?
  5. Apa saja jenis prostitusi dan lokalisasi?
  6. Bagaimana dampak prostitusi?
  7. Bagaimana solusi dan upaya penanggulangan prostitusi?

C. Tujuan

  1. Untuk mengetahui pengertian prostitusi.
  2. Untuk mengetahui motif-motif yang melatarbelakangi prostitusi.
  3. Untuk mengetahui faktor pendorong timbulnya prostitusi.
  4. Untuk mengetahui ciri-ciri dan fungsi prostitusi.
  5. Untuk mengetahui jenis prostitusi dan lokalisasi.
  6. Untuk mengetahui dampak prostitusi.
  7. Untuk mengetahui upaya penanggulangan prostitusi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Prostitusi

Prostitusi adalah berasal dari bahasa Latin yaitu pro-stituere atau pro-stauree, yang artinya membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundalan, pencabulan, dan pergendakan. Sedangkan prostitute adalah pelacur atau sundal dikenal pula dengan istilah WTS atau wanita tunasusila. Dan pelacuran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang celaka atau perihal menjual diri (persundalan) atau orang sundal.

Prostitusi atau pelacuran adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral atau hubungan seks, untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah pekerja seks komersial (PSK). Dalam pengertian yang lebih luas, seseorang yang menjual jasanya untuk hal yang dianggap tak berharga juga disebut melacurkan dirinya sendiri, misalnya seorang musisi yang bertalenta tinggi namun lebih banyak memainkan lagu-lagu komersial.

Di Indonesia pelacur sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa perilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban. Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa ke masa. Risiko yang dipaparkan pelacuran antara lain adalah keresahan masyarakat dan penyebaran penyakit menular seksual (PMS), seperti AIDS yang merupakan risiko umum seks bebas tanpa pengaman seperti kondom.

B. Motif dan Sebab yang Melatarbelakangi Prostitusi

1. Motif-motif yang Melatarbelakangi Prostitusi pada Wanita

Motif-motif yang melatarbelakangi tumbuhnya pelacuran pada wanita itu beraneka ragam. Di bawah ini disebutkan beberapa motif, antara lain sebagai berikut.

  • Adanya kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindarkan diri dari kesulitan hidup, dan mendapatkan kesenangan melalui jalan pendek. Kurang pengertian, kurang pendidikan, dan buta huruf, sehingga menghalalkan pelacuran.
  • Ada nafsu-nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian, dan keroyalan seks. Histeris dan hypersex, sehingga tidak merasa puas mengadakan relasi seks dengan satu pria/suami.
  • Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan, ada pertimbangan-pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, khususnya dalam usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik.
  • Gadis-gadis dari daerah slums (perkampungan-perkampungan melarat dan kotor dengan lingkungan yang immoril yang sejak kecilnya selalu melihat persenggamaan orang-orang dewasa secara kasar dan terbuka, sehingga terkondisikan mentalnya dengan tindak-tindak asusila). Lalu menggunakan mekanisme promiskuitas/pelacuran untuk mempertahankan hidupnya.
  • Ajakan teman-teman sekampung/sekota yang sudah terjun terlebih dahulu dalam dunia pelacuran.

2. Motif-motif yang Melatarbelakangi Prostitusi pada Pria

Sedang sebab-sebab timbulnya prostitusi di pihak pria antara lain ialah sebagai berikut.

  • Nafsu kelamin laki-laki untuk menyalurkan kebutuhan seks tanpa satu ikatan.
  • Ditugaskan di tempat jauh, pindah kerja atau didetasir di tempat lain, dan belum sempat atau tidak dapat memboyong keluarga.
  • Tidak mendapatkan kepuasan dalam penyaluran kebutuhan seks, dengan partner atau istrinya.

C. Faktor Pendorong Timbulnya Prostitusi

Terjadi perubahan yang serba cepat dan perkembangan yang tidak sama dalam kehidupan mengakibatkan ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri sehingga timbul disharmoni, konflik-konflik internal maupun eksternal, juga disorganisasi dalam masyarakat dan dalam diri pribadi manusia. Peristiwa-peristiwa tersebut memudahkan individu menggunakan pola reaksi yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Dalam hal ini adalah pelacuran.

Adapun beberapa faktor pendorong timbulnya pelacuran antara lain:

  1. Tingginya biaya hidup sering tidak diimbangi dengan pemasukan yang ada. Ketimpangan tersebut menuntut pemenuhan dan bukanlah suatu perkara mudah untuk mendapatkan pekerjaan guna pemenuhan kebutuhan tersebut. Akhirnya diambil jalan pendek yaitu dengan cara menjual diri.
  2. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks, khususnya di luar ikatan perkawinan.
  3. Merosotnya norma susila dan norma agama pada saat orang-orang mengenyam kesejahteraan hidup dan ada pemutarbalikan nilai-nilai pernikahan sejati.
  4. Semakin besarnya penghinaan orang terhadap martabat kaum manusia dan harkat manusia.
  5. Bertemunya bermacam-macam kebudayaan asing dan lokal di daerah-daerah perkotaan mengakibatkan perubahan sosial yang sangat cepat dan radikal, sehingga masyarakatnya menjadi sangat stabil.
  6. Terjadinya banyak konflik dan kurang adanya konsensus/persetujuan mengenai norma-norma kesusilaan para anggota masyarakat.

D. Ciri-ciri dan Fungsi Prostitusi

Di desa-desa, hampir tidak terdapat pelacur. Jika ada, maka mereka itu adalah pendatang-pendatang dari kota yang singgah untuk beberapa hari atau pulang ke desanya. Juga desa perbatasan yang dekat dengan kota-kota dan tempat-tempat sepanjang jalan yang besar yang dilalui truk-truk dan kendaraan umum sering dijadikan sebagai lokasi oleh wanita-wanita tunasusila. Sedangkan di kota-kota besar, jumlah pelacur diperkirakan 1-2% dari jumlah penduduknya. Dalam bilangan ini sudah termasuk para prostitue yang tersamar atau gelap, dari kelas menengah dan kelas tinggi yang sifatnya non-profesionalisme (amateurism). Mereka itu beroperasi secara sembunyi-sembunyi, baik secara individual maupun tergabung dalam satu sindikat-sindikat amourette yang berdagang seks cinta asmara.

Banyaknya langganan yang dilayani wanita tunasusila adalah 5-50 orang dalam jangka waktu 12-24 jam. Bahkan, di waktu-waktu perang dan masa-masa kisruh, mereka itu mampu melayani 6-120 orang langganan dalam waktu yang sama. Pelacur-pelacur ini bisa digolongkan menjadi dua kategori, yaitu:

  1. Mereka yang melakukan profesinya dengan sadar dan suka rela berdasarkan motivasi-motivasi tertentu.
  2. Mereka yang melakukan tugas melacur karena ditawarkan/dijebak dan dipaksa oleh germo-germo yang terdiri atas penjahat-penjahat, calo-calo, anggota-anggota organisasi gelap penjual wanita, dan pengusaha bordil.

Dengan bujukan dan rayu-rayu manis, ratusan bahkan ribuan gadis-gadis cantik dipikat dengan janji akan mendapatkan pekerjaan terhormat dengan gaji besar. Namun, pada akhirnya mereka dijebloskan ke dalam rumah-rumah pelacuran yang dijaga dengan ketat, secara paksa, kejam, sadistis, dengan pukulan dan hantaman mereka harus melayani buaya-buaya seks yang tidak berperikemanusiaan. Jika para gadis itu tampak ragu-ragu atau enggan melakukan relasi seks, maka mereka itu dihajar dengan pukulan-pukulan dan diberi obat-obat perangsang nafsu seks sehingga mereka menjadi tidak sadar dan tidak berdaya. Dan di bawah pengaruh obat-obatan itu, mereka dipaksa melakukan adegan-adegan porno/cabul yang seram (namun menghancurkan hati anak-anak gadis tersebut) dengan bandit-bandit seks.

Ciri-ciri khas dari pelacur adalah sebagai berikut:

  1. Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria, lonte laki-laki).
  2. Cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya. Bisa merangsang selera seks kaum pria.
  3. Masih muda, 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada di bawah 30 tahun. Yang terbanyak adalah 17-25 tahun. Pelacur kelas rendahan dan menengah acap kali memperkerjakan gadis-gadis pra-puber berusia 11-15 tahun, yang ditawarkan sebagai barang baru.
  4. Pakaiannya sangat mencolok, beraneka wara, sering aneh-aneh/eksentrik untuk menarik perhatian kaum pria. Mereka itu sangat memperhatikan penampilan lahiriahnya, yaitu: wajah, rambut, pakaian, alat-alat kosmetik, dan parfum yang merangsang.
  5. Menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak hadir secara psikis, tanpa emosi atau afeksi, tidak pernah bisa mencapai orgasme sangat provokatif dalam ber-coitus, dan biasanya dilakukannya secara kasar.
  6. Bersifat sangat mobil, kerap berpindah dari tempat/kota yang satu ke tempat/kota lainnya. Biasanya, mereka itu memakai nama samaran dan sering berganti nama, juga berasal dari tempat atau kota lain, bukan kotanya sendiri agar tidak dikenal oleh banyak orang. Khususnya banyak terdapat migran-migran dari daerah pedesaan yang gersang dan miskin yang pindah ke kota-kota, mengikuti arus urbanisasi.

Pelacur-pelacur profesional dari kelas rendah dan menengah kebanyakan berasal dari strata ekonomi dan strata sosial rendah. Mereka pada umumnya tidak mempunyai keterampilan/skill khusus, dan kurang pendidikannya. Modalnya adalah kecantikan dan kemudaannya. Pelacur amatir, di samping bekerja sebagai buruh di pabrik, restoran, bar, toko-toko sebagai pelayan dan di perusahaan-perusahaan sebagai sekretaris, mereka menyempatkan diri beroperasi sebagai pelacur tunggal atau sebagai wanita panggilan.

Sedangkan pelacur dar kelas tinggi (high class prostitue) pada umumnya berpendidikan sekolah lanjutan pertama dan atas, atau lepasan akademi dan perguruan tinggi, yang beroperasi secara amatir atau secara profesional. Mereka itu bertingkah laku immoril karena didorong oleh motivasi-motivasi sosial atau ekonomis. 60-80% dari jumlah pelacur ini memiliki intelek yang normal. Kurang dari 5% adalah mereka yang lemah ingatan (feeble minded). Selebihnya adalah mereka yang ada pada garis batas, yang tidak menentu atau tidak jelas derajat inteligensinya.

E. Jenis Prostitusi dan Lokalisasi

1. Jenis Prostitusi Menurut Aktivitasnya

Jenis prostitusi dapat dibagi menurut aktivitasnya yaitu terdaftar dan terorganisasi, dan yang tidak terdaftar:

a. Prostitusi yang Terdaftar

Pelakunya diawasi oleh bagian vice control dari Kepolisian, yang dibantu dan bekerja sama dengan Jawatan Sosial dan Jawatan Kesehatan. Pada umumnya mereka dilokalisasi dalam satu daerah tertentu.

b. Prostitusi yang tidak Terdaftar

Termasuk dalam kelompok ini ialah mereka yang melakukan prostitusi secara gelap-gelapan dan liar, baik secara perorangan maupun dalam kelompok. Perbuatannya tidak terorganisasi, tempatnya pun tidak tertentu. Mereka tidak mencatatkan diri kepada yang berwajib. Kompleks pelacuran yang terdaftar dan teratur dengan rapi di Indonesia ialah Silir, yang terletak di pinggiran kota Solo sebelah Timur. Bagi pengunjungnya disediakan karcis masuk, dan semua kendaraan harus diparkirkan di sebelah luar.

Daerah Wonogiri yang secara geofisika sangat miskin gersang dan kering pada musim pencekik menjadi supplayer/penghasil wanita tunasusila dan penghuni Silir paling banyak. Maka prostitusi dianggap sebagai “obat mujarab” untuk memerangi kemiskinan dan perut yang lapar.

2. Jenis Prostitusi Menurut Jumlahnya

Menurut jumlahnya, prostitusi dapat dibagi menjadi:

  • Prostitusi yang beroperasi secara individual merupakan single operator.
  • Prostitusi yang bekerja dengan bantuan organisasi dan sindikat yang teratur rapi akan diatur melalui satu sistem kerja suatu organisasi.

3. Jenis Prostitusi Menurut Tempatnya

Sedangkan menurut tempat penggolongannya atau lokasinya, prostitusi dapat dibagi menjadi:

  • Segregasi atau lokalisasi, yang terisolasi atau terpisah dari kompleks penduduk lainnya. Kompleks ini dikenal sebagai daerah lampu merah, atau petak-petak daerah tertutup.
  • Rumah-rumah panggilan (call houses).
  • Di balik front organisasi atau di balik bisnis-bisnis terhormat.

Lokalisasi itu pada umumnya terdiri atas rumah-rumah kecil yang berlampu merah, yang dikelola oleh muncikari atau germo. Di luar negeri, germo mendapat sebutan “madam”, sedang di Indonesia mereka biasa dipanggil dengan sebutan “mama” atau “mamy”. Di tempat tersebut disediakan segala perlengkapan, tempat tidur, kursi tamu, pakaian, dan alat berhias. Disiplin di tempat-tempat lokalisasi tersebut diterapkan dengan ketat. Wanita-wanita pelacur itu harus membayar pajak rumah dan pajak obat-obatan, sekaligus juga uang keamanan agar mereka terlindungi dan terjamin identitasnya. Tujuan dari lokalisasi ialah:

  1. Untuk menjauhkan masyarakat umum dari pengaruh-pengaruh immoral dari praktik pelacuran.
  2. Memudahkan pengawasan para wanita tunasusila, terutama mengenai kesehatan dan keamanannya. Memudahkan tindakan preventif dan kuratif terhadap penyakit kelamin.
  3. Mencegah pemerasan yang keterlaluan terhadap para pelacur.
  4. Memudahkan bimbingan mental bagi para pelacur, dalam usaha rehabilitasi dan resosialisasi. Khususnya diberikan pelajaran agama guna memperkuat iman, agar bisa tabah dalam penderitaan.
  5. Kalau mungkin diusahakan pasangan hidup bagi para wanita tunasusila yang benar-benar bertanggung jawab, dan mampu membawanya ke jalan benar. Usaha ini bisa mendukung program pemerataan penduduk dan memperluas kesempatan kerja di daerah baru.

F. Dampak Prostitusi

Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh pelacuran adalah sebagai berikut:

1. Menimbulkan dan Menyebarluaskan Penyakit Kelamin dan Kulit

Penyakit yang paling banyak terdapat adalah sipilis dan gonorrhoe (kencing nanah), terutama akibat sipilis, apabila tidak mendapatkan pengobatan yang sempurna, bisa menimbulkan cacat jasmani dan rohani pada diri sendiri dan anak keturunan. Antara lain ialah:

a. Congenital Syphilis (Sipilis Herediter/Keturunan)

Congenital syphilis (sipilis herediter/keturunan), yang menyerang bayi yang masih dalam kandungan, sehingga terjadi abortus/keguguran atau bayi lahir mati. Jika bayi bisa lahir biasanya kurang bobot, kurang darah, tuli, buta, kurang intelegensinya, defekt (rusak cacat) mental dan defekt jasmani lainnya.

b. Syphilitic Amentia

Syphilitic amentia, yang mengakibatkan rusak ringan, retardasi atau lemah ingatan dan imbesilitas. Sedangkan yang berat bisa mengakibatkan serangan epilepsi atau ayan, kelumpuhan sebagian dan kelumpuhan total, bisa jadi idiot psikotik, atau menurunkan anak-anak idiocy.

c. Gonorrhea (Kencing Nanah)

Gonorrhea (kencing nanah) disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Penis akan mengeluarkan nanah berwarna putih kuning atau putih kehijauan. Gonorrhea bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.

d. Herpes

Herpes, lebih dikenal dengan sebutan herpes genitalis (herpes kelaim). Penyebab herpes ini adalah Virus Herpes Simplex (HSV) dan di tularkan melalui hubungan seks, baik vaginal, anal atau oral yang menimbulkan luka atau lecet pada kelamin dan mengenai langsung bagian luka/bintil/kutil.

e. Klamidia

Klamidia, mempunyai gejala mirip Gonorrhea, penyakit ini dapat menyebabkan artristis parah dan kemandulan pada pria, disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi ini biasanya kronis, karena sebanyak 70% perempuan pada awalnya tidak merasakan gejala apa pun sehingga tidak memeriksakan diri.

f. Kutil Kelamin

Kutil kelamin, disebabkan oleh Human Papiloma Virus. Gejala yang ditimbulkan: tonjolan kulit seperti kutil besar di sekitar alat kelamin (seperti jengger ayam). Komplikasi yang mungkin terjadi: kutil dapat membesar seperti tumor; bisa berubah menjadi kanker mulut rahim; meningkatkan risiko tertular HIV-AIDS.

g. Hepatitis B

Hepatitis B, disebabkan oleh hubungan seks yang tidak aman. Hepatitis B dapat berlanjut ke sirosis hati atau kanker hati.

h. HIV-AIDS

HIV-AIDS, sejenis virus yang menyebabkan AIDS. Virus ini menyerang sel darah putih manusia yang merupakan bagian paling penting dalam sistem kekebalan tubuh. AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah kumpulan gejala-gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Hampir tidak ada gejala yang muncul pada awal terinfeksi HIV. Tetapi ketika berkembang menjadi AIDS, maka orang tersebut perlahan-lahan akan kehilangan kekebalan tubuhnya sehingga mudah terserang penyakit dan tubuh akan melemah.

2. Merusak Sendi-sendi Kehidupan Keluarga

Suami-suami yang tergoda oleh pelacur biasanya melupakan fungsinya sebagai kepala keluarga, sehingga keluarga menjadi berantakan.

3. Mendemoralisasi

Mendemoralisasi atau memberikan pengaruh demoralisasi kepada lingkungan khususnya anak-anak muda remaja pada masa puber dan adolesens.

4. Berkorelasi dengan Kriminalitas

Berkorelasi dengan kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan narkotika (ganja, heroin, morfin, dan lain-lain).

5. Merusak Sendi-sendi Moral, Susila Hukum, dan Agama

Terutama sekali menggoyahkan norma perkawinan, sehingga menyimpang dari adat kebiasaan, norma hukum, dan agama, karena digantikan dengan pola pelacuran dan promiskuitas, yaitu digantikan dengan pola pemuasan kebutuhan seks dan kenikmatan seks yang awut-awutan, murah serta tidak bertanggung jawab. Bila pola pelacuran ini telah membudaya, maka rusaklah sendi-sendi kehidupan yang sehat.

6. Adanya Pengeksploitasian Manusia oleh Manusia Lain

Pada umumnya wanita-wanita pelacur itu cuma menerima upah sebagian kecil saja dari pendapatan yang harus diterimanya, karena sebagian besar harus diberikan kepada germo, calo-calo, centeng-centeng, pelindung, dan lain-lain. Dengan kata lain, ada sekelompok benalu yang memeras darah dan keringat para pelacur ini.

7. Disfungsi Seksual

Bisa menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, misalnya: impotensi, anorgasme, nymphomania, satyriasis, ejakulasi prematur yaitu pembuangan sperma sebelum zakar melakukan penetrasi dalam vagina atau liang sanggama, dan lain-lain.

G. Upaya Penanggulangan Prostitusi

Prostitusi sebagai masalah sosial yang sejak dulu sampai sekarang belum juga dapat dihapuskan. Usaha menanggulangi pelacuran ini sangat sulit dan membutuhkan waktu yang relatif lama serta membutuhkan pembiayaan yang besar. Beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah sosial ini adalah sebagai berikut:

  1. Penyempurnaan undang-undang tentang larangan atau pengaturan penyelenggaraan pelacuran.
  2. Penutupan lokalisasi tetap perlu dilakukan. Kecenderungan untuk selalu bernegosiasi dengan para germo dan alasan perut, tidak akan pernah menyelesaikan, karena selalu berujung sia-sia.
  3. Melakukan bimbingan bahwa perilaku hubungan seks yang berganti-ganti pasangan bisa menyebabkan penularan penyakit seks seperti HIV/AIDS, raja singa, dan lainnya.
  4. Melakukan pemberdayaan pada PSK, yaitu membuka kursus keterampilan singkat bagi para penghuni lokalisasi.
  5. Pengadaan acara bimbingan rohani untuk memperbaiki keimanan dan keyakinan mereka.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyebab utama adanya pelacuran adalah desakan kebutuhan ekonomi. Tingginya biaya hidup sering tidak diimbangi dengan pemasukan. Ketimpangan tersebut menuntut pemenuhan dan bukanlah perkara mudah untuk mendapatkan pekerjaan guna pemenuhan kebutuhan tersebut. Akhirnya diambil jalan pendek yaitu dengan menjual diri.

Prostitusi merupakan permasalahan yang sangat sulit untuk dihapus mulai dari awal kehidupan sampai sekarang prostitusi tidak ada perubahan ke arah positif, tetapi sebaliknya. Semakin maraknya prostitusi dalam segala kalangan dan corak kehidupan masyarakat dunia. Walaupun akibat dari prostitusi itu sendiri terlihat sangat kontras namun tetap itu bukanlah hal yang bisa di jadikan dasar untuk pencegahan prostitusi.

B. Saran

Pemerintah harus menyempurnakan perundang-undangan mengenai pelacuran, perlindungan kaum wanita tunasusila, memberikan penyuluhan seks secara benar, penyediaan lapangan kerja, penyitaan sarana-sarana berbau porno, mengadakan kegiatan rehabilitasi dan resosialisasi pada pelacur. Dan di atas semua saran tersebut, yang terpenting adalah menyejahterakan kehidupan rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

http://ayuhanpard.blogspot.co.id/2012/07/makalah-prostitusi-tugas-patologi.html

http://ayuhanpard.blogspot.com/2012/07/makalah-prostitusi-tugas-patologi.html

http://catatannazla.blogspot.co.id/2013/01/makalah-prostitusi.html

http://catatannazla.blogspot.com/2013/01/makalah-prostitusi.html

http://ilham-koto.blogspot.co.id/2015/01/makalah-tentang-prostitusi.html

http://il-pustakawanhukum.blogspot.com/2014/03/makalah-pelacuran-sebagai-masalah.html

http://www.gudangmateri.com/2011/03/kehidupan-prostitusi-dari-segi.html

Download Contoh Makalah Prostitusi.docx